AKHIRNYA DI RUMAH

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

penghuni surgaBaik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; … masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Matius 25:21

Apabila perasaanmu menyenangi keindahan dunia yang menarik, pikirkan tentang dunia yang akan datang, yang tidak akan pernah mengenal kutuk dosa dan kematian; di mana wajah alam tidak lagi disalut bayangan kutuk. Biarlah angan-anganmu menggambarkan rumah orang yang diselamatkan, dan ingat bahwa rumah itu akan lebih mulia daripada apa yang dapat ditonjolkan oleh angan-anganmu yang paling gemilang sekalipun. Pada pelbagai karunia Allah di dalam alam yang dapat kita lihat hanyalah cahaya yang samar-samar dari kemuliaanNya. Adalah tersurat, “Apa  yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di hati manusia : semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” I Korintus 2:19. 12

Sebentar lagi gerbang sorga akan terbuka untuk menyambut anak-anak Allah, dan dari bibir Raja kemuliaan keluarlah ucapan selamat datang yang pada telinga mereka laksana musik yang paling merdu, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”  Matius 25:34.  Kemudian orang-orang yang ditebus ini akan disambut masuk ke rumah yang telah disediakan Yesus bagi mereka.

Kemudian saya melihat Yesus membawa rombongan yang ditebus itu ke pintu gerbang  kota itu. Ia memegang pintu gerbang yang terpasang pada engselnya yang berkilat-kilat lalu mendorongnya ke belakang dan menyuruh bangsa-bangsa yang telah memelihara kebenaran masuk ke dalam. Segala sesuatu yang ada didalam kota  itu memuaskan mata. Di mana-mana terlihat kekayaan kemuliaan. Kemudian Yesus memandang kepada orang-orang kudus yang ditebusNya; wajah mereka bersinar dengan mulianya; dan sementara Ia mengarahkan mataNya yang berkasihan kepada mereka, Ia berkata dengan suaraNya yang amat merdu, “Aku memandang kesusahan jiwaKu, dan menjadi puas. Kemuliaan yang limpah ini adalah milikmu untuk dinikmati selama-lamanya. Kesusahanmu telah berakhir. Maka tiadalah akan ada lagi maut, atau perkabungan, atau tangisa, atau kesakitanpun tiada akan ada lagi.” …

Bahasa yang dipersatukan terlalu lemah untuk mencoba melukiskan tentang sorga.  Ketika pemandangan itu muncul di hadapan saya, saya tenggelam dalam kekaguman. Terbawa kehebatan dan kesempurnaan kemuliaan yang luar biasa, saya meletakkan pena saya dan berseru, “Oh, sungguh kasih yang indah, kasih yang ajaib!” Bahasa  yang paling tinggipun tidak dapat melukiskan kemuliaan sorga atau kedalaman kasih Juruselamat yang tiada taranya.

 

Maranata Hal. 319


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *