Apakah Diamnya Mahkamah Agung Amerika Menandakan Sesuatu?

Blog AFI
Mari bagikan artikel ini

Blog_CourtOfSilentPasangan sesama jenis di Oklahoma, Utah, Virginia, Indiana, dan Wisconsin mulai meminta izin untuk menikah beberapa jam setelah Mahkamah Agung secara tidak diharapkan memalingkan diri tuntutan hukum dari negara-negara bagian ini. Tidak dibuatnya peraturan pada hari Senin itu secara efektif membuka jalan untuk makin merebaknya pernikahan sesama jenis, yang saat ini sah secara hukum di sekitar 30 negara bagian.

Secara mengejutkan hakim agung John Roberts tidak mengatakan sepatah katapun mengenai masalah tersebut seiring pengadilan memulai sesinya pada tanggal 6 Oktober 2014 lalu. Tidak adanya tanggapan akan hal ini artinya bagi enam negara bagian (Colorado, Kansas, North Carolina, South Carolina, West Virginia, dan Wyoming) dilakukan pencabutan larangan, tindakan yang sebelumnya ditahan sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.

Meskipun demikian perubahan keputusan di masa depan masih dapat terjadi. Tampaknya sebuah keputusan negara akan diambil dalam satu atau dua tahun kedepan di dunia politik dan sosial. Akan tetapi orang-orang di kedua belah pihak masih berharap untuk peraturan yang pasti minggu ini atas masalah kunci yang mendefinisikan pernikahan. Ini terus memancing banyak debat panas, seiring hakim Kennedy lalu melarang pernikahan gay di Idaho dan Nevada – lalu hampir secara langsung mencabut pelarangan di Nevada. Sungguh membingungkan?

Namun bagi umat Kristen masalah seperti ini tidak didefinisikan oleh ilmu sosial, poling, persidangan atau preferensi. Alkitab adalah perkataan final atas masalah pendefinisian moral ini. Pernikahan bukanlah dicetuskan oleh umat Kristen abad permulaan, oleh Musa ataupun hukum keimamatan. Itu dicetuskan di awal penciptaan di Eden (Kejadian 1:26-28; 2:20-24). Yesus mengkonfirmasi persatuan seumur hidup antara seorang pria dan wanita sebagai pernikahan (Matius 19:4-6). Itu adalah satu-satunya basis moral yang benar untuk ekspresi seksual.

Homoseksualitas adalah distorsi dari rencana Tuhan dan penyimpangan dari prinsip Alkitab. Itu menandakan putusnya hubungan yang disebabkan oleh dosa. Tuhan tidak berkenan atas praktek semacam itu dalam Firman (Imamat 18:22; 20:13; 1 Korintus 6:9-11). Sebuah hubungan monogami antara pria dan wanita adalah dasar dari pengalaman “satu daging”, yang menandakan keeratan hubungan antara Kristus dengan jemaat-Nya.

Tanpa melihat orientasi seksual seseorang, kita harus menyatakan betapa berharganya setiap individu di mata Tuhan. Tuhan mengasihi setiap ciptaan-Nya, dan kita harus menyatakan belas kasihan kepada semua manusia tidak peduli gaya hidup apapun yang mereka lakukan. Kita semua adalah pendosa. Adalah tidak layak bagi orang Kristen untuk mengejek, mencemooh, ataupun menertawakan mereka yang homoseksual. Sementara kita harus berdiri di atas batu karang kebenaran, kita masih dapat menawarkan sebuah bentuk kepedulian pada komunitas gay tersebut.

Injil kekal harus disebarluaskan ke seluruh dunia di akhir zaman ini, di sebuah masa dimana dikatakan pada kita bahwa praktek dosa akan menjadi lumrah dan diterima secara luas. Itu adalah sebuah pekabaran dari pembebasan total dari dosa dalam kehidupan kita, bukan dengan usaha kita sendiri, tetapi dengan bekerjasama dengan kuasa Roh Kudus. Apapun dosa yang membelenggu Anda, Yesus dapat membebaskan Anda. Ini adalah sebuah pekabaran yang setiap orang perlu dengar dan bagikan.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *