Dongeng Kuno atau Catatan yang Dapat Dipercaya

Blog AFI
Mari bagikan artikel ini


Blog_Bible_FableOrTrustDalam jejak pendapat nilai-nilai dan kepercayaan tahunan Gallup, sebuah sampel acak lebih dari 1.000 orang, berusia 18 tahun ke atas dari seluruh penjuru Amerika Serikat, merespon kepada jangkauan luas wawancara telepon… dan hasilnya memberikan wawasan yang menarik atas opini orang-orang Amerika terhadap Alkitab.

Saat ditanya, “mana dari pernyataan berikut yang paling mendekati pandangan Anda mengenai Alkitab?” tiga pilihan disediakan: (1) Alkitab adalah sungguh Firman Tuhan dan seharusnya diambil secara harfiah kata demi kata, (2) Alkitab adalah Firman Tuhan yang diinspirasikan, tetapi tidak semua di dalamnya harus diambil secara harfiah, (3) Alkitab adalah buku kuno berisikan dongeng, legenda, sejarah, dan aturan-aturan moral yang dicatat oleh manusia.

Hasilnya menunjukkan bahwa 28 persen percaya Alkitab seharusnya diambil secara harfiah, kata demi kata, 47 persen percaya Alkitab diinspirasi, tetapi tidak semuanya seharusnya dibaca secara harfiah, dan 21 persen percaya itu adalah buku dongeng kuno, dll. Kelompok terakhir yang memandang Alkitab secara murni sekuler meningkat dari 13 persen pada tahun 1976. Semua angka-angka ini berhubungan dengan mereka yang mengaku Kristen (76 persen) dan non-Kristen (22 persen).

Saat Yesus bertanya pada ahli taurat, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” (Lukas 10:26), kita tahu bahwa sebutan Alkitab Firman Tuhan tidaklah berarti sama bagi semua orang. Rasul Paulus menasehati Timotius untuk tekun dalam “dengan benar mempelajari Firman Tuhan” (2 Timotius 2:15 – terjemahan literal). Akan tetapi beberapa orang dapat berkata hal-hal rohani dapat saja menyukai “omong kosong dan yang tak suci” (ayat 16).

Paulus juga menjelaskan proses inspirasi dari Alkitab. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16). Kata Yunani untuk diilhamkan secara literal adalah “dihembuskan Tuhan.” Rasul Petrus bahwa “oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Tuhan” (2 Petrus 1:21). Orang-orang tersebut bukan secara pasif berada dalam keadaan tak sadarkan diri, tetapi bekerjasama dengan Tuhan, menggunakan bahasa manusia untuk mengekspresikan pesan dari Tuhan.

Jejak pendapat seperti ini terkadang mempersempit bidikan pada pilihan yang tidak sepenuhnya mengekpresikan semua sisi dari sebuah masalah. Alkitab mempersembahkan sebuah gambaran dari orang-orang yang mencatatkan kebenaran ilahi dari Tuhan dalam bahasa manusia. Hasilnya adalah sebuah pekerjaan antara manusia dengan Tuhan – kebenaran ilahi diekspresikan dalam bahasa manusia. Tetapi tetap kebenaran tidaklah hilang. Seperti halnya inkarnasi Yesus, yang adalah keduanya manusia dan Ketuhanan.

Alkitab adalah pewahyuan mutlak kehendak Tuhan. Tidak ada standar lain untuk mengukur karakter kita, untuk menguji pengalaman pribadi kita, atau punya otoritas untuk menunjukkan kepada kita apa itu kebenaran. Kita dapat mempercayai Alkitab sebagai catatan tindakan Tuhan dalam sejarah. Sumber pokok kebenaran datang dari Kristus (Yohanes 5:39), bukan dari jejak pendapat.

Kami ingin tahu bagaimana pendapat Anda. Apa yang Anda rasakan mengenai meningkatnya jumlah orang yang meragukan validitas Firman Tuhan? Apakah ini tanda akhir zaman? Masih dapatkah Firman Tuhan dipercaya? Izinkan kami mengetahui pemikiran Anda dalam komentar di bawah.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *