IMBAUAN UNTUK KESEMPURNAAN

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” Matius 5:48.

Kata-kata dari Yesus ini sungguh menantang dan mendesak, memberikan motivasi dan mengena tepat kepada jiwa-jiwa yang tulus di dalam setiap abad, sejak Dia mengucapkannya. Kata-kata itu masih kuat diperdengarkan sampai pada zaman kita sekarang, dan kita harus memberikan tanggapan dengan serius.

Beberapa orang telah, dan masih menggunakannya untuk menjadi tuntutan bagi kemurnian secara mutlak. Dan karena dimengerti dengan cara demikian ini, orang-orang ini mendapatkan di dalam diri mereka sendiri sesuatu yang muncul dan mengatakan, “Saya akan menjadi orang semacam itu! Saya akan melakukan apa saja untuk mengeluarkan semua kekurangan dari dalam kehidupan saya sehingga saya dapat berdiri tanpa bersalah di hadapan Allah nantinya!”

Jiwa-jiwa yang bersungguh-sungguh ini sebenarnya sedang jatuh ke dalam sumur yang dalam, sumur angan-angan diri sendiri. Kehidupan mereka terfokus hanya kepada diri mereka sendiri dan berbalik ke dalam, sementara kehidupan Yesus memanggil kita untuk selalu beralih keluar dan menjadi berkat bagi orang lain.

Kalau mereka terus berada dalam keadaan ini, maka mereka tanpa diragukan lagi akan berakhir dengan membanggakan diri sendiri, terhadap apa yang mereka perkirakan sebagai kebenaran, atau malahan berakhir dengan meninggalkan agama itu sama sekali.

Apakah yang Yesus maksudkan dengan kata-kata  yang cukup keras ini? Sebagaimana yang selalu terdapat di dalam Alkitab, konteksnya akan memberikan penjelasan kepada artinya. Maka kita perlu kembali kepada ayat 43, di dalam ayat mana Yesus mengutip dari buku Perjanjian Lama: “Kamu telah mendengar firman, kasihilah sesamamu manusia (Imamat 19:18) dan bencilah musuhmu. Tetapi aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga” (Matius 5:43-45).

Jadi demikianlah Yesus mengatakan kepada kita agar kita berhubungan baik dengan orang-orang—semua orang, bukan hanya teman-teman kita sendiri saja—dengan cara seperti Allah telah berhubungan dengan mereka. Dia itu baik kepada semua orang, berkemurahan kepada semua orang. Tanpa membedakan atau memihak. Maka datanglah ayat yang ke 48, yang merupakan kesimpulan dari argumentasi: Kita harus menjadi sempurna dan menjadi dewasa (ini adalah arti dari yang sebenarnya), sama seperti Bapamu yang di surga, dalam setiap tindakan kita.

Ellen G. White berkata, “Kita harus menjadi pusat terang dan berkat kepada lingkungan kita yang kecil, sebagaimana Dia kepada alam semesta. Kita tidak mempunyai apa-apa dalam diri kita sendiri tetapi terang kasih-Nya yang bersinar kepada kita, dan kita harus memantulkan sinarnya. ‘Dalam kebaikan-Nya yang dipinjam,’ kita bisa sempurna dalam lingkungan kita, sebagaimana Allah sempurna dalam lingkungan-Nya.” (Khotbah di Atas Bukit, hlm. 88).

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm.  98

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *