DEKAT KEPADA ANAK

JIKA SAYA MENGULANGINYA LAGI

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Hentikan tangismu dan keringkan air matamu! Takkan sia-sia jerih payahmu untuk anak-anakmu. Bagimu akan ada ganjaran, anak-anakmu pulang dari negeri lawan. Ada harapan bagimu di masa depan; anak-anakmu akan kembali ke kampung halaman.” (Yeremia 31:16, 17).

Mengasuh anak mungkin merupakan pekerjaan paling penting yang harus kita lakukan, dan juga yang paling sulit. Ada banyak buku, dan manual, dibuat oleh orang-orang yang yakin mereka memiliki semua jawaban.

Suatu kali, beberapa tahun yang lalu, Noelene dan saya diminta untuk mengadakan seminar tentang bagaimana memiliki sebuah keluarga yang bahagia. Kami tidak terlatih secara profesional pada topik ini, tetapi kami menyetujuinya. Apa yang kami sampaikan sepertinya dianggap bermanfaat, karena kami menerima undangan untuk mengulanginya di tempat lain. Dan kami pun mengadakan seminar, tetapi akhirnya kami keluar dari bisnis itu. Ketika anak kami memasuki umur remaja, kami menemukan bahwa jawaban yang kami rasa paling tepat tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Saya memikirkan cara orang Kristen mencoba mengelola rumah tangga mereka dan untuk membesarkan anak-anak mereka. Saya merenungkan cara Noelene dan saya membangun rumah tangga kami. Saya melihat sekitar dan berpikir kembali, dan kata-kata yang berdengun dipikiran saya adalah kasih (pasti), menghormati, wewenang, penurutan, penghargaan, dan hukuman.

Tetapi tidak banyak kasih karunia. Oh, kasih karunia memang ada, tetapi bukan sebagai inti, dan prinsif yang memerintah. Kami tidak terus-menerus bersikap sebagaimana Kristus berhubungan dengan kami. Kami seringkali sadar memiliki keluarga “baik,” dan “benar,” karena saya adalah seorang pendeta, Noelene istri pendeta dan Terry dan Julie anak-anak pengkhotbah. Saya dan Noelene tetap setia satu sama lain, dan anak-anak kami berperilaku baik.

Kami memiliki keluarga yang Bahagia, tetapi Saya berharap saya bisa mengulangi kesempatan itu lagi. Saya berharap melayani lebih banyak lagi, daripada berfokus kepada kebutuhan diri sendiri. Saya akan menjadi lebih murah hati sehingga anak-anak akan memiliki pemikiran yang lebih baik tentang betapa Allah itu sangat murah hati. Saya akan membuang selamanya perasaan berpusat kepada diri sendiri dan kata-kata yang terlontar pertama kali adalah “saya minta maaf” setelah mengalami suatu pertengkaran. Saya akan membantu Terry dan Julie mengerti dengan jelas, melampaui bayang keraguan, bahwa mereka tidak akan pernah bisa melakukan apa pun, pergi ke mana pun, yang akan mengurangi cinta Noelene dan cintaku pada mereka, bahwa salam sambutan selalu keluar, siang dan malam. Dan kami bangga pada mereka, dan akan selalu demikian.

Ps. William G. Johnsson – Yesus, Hati yang Penuh Kasih Karunia / Jesus a Heart Full of Grace, pg. 53

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *