KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA KALI

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

will-you-be-left-behindAllah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapanNya api menjilat, sekelilingNya bertiup badai yang dahsyat. Ia berseru kepada langit yang di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umatNya. Mazmur 50:3,4

Segala mata kita dialihkan ke sebelah timur, karena sebuah awan hitam kecil muncul di sana, kira-kira sebesar separuh kepalan tanga manusia, yang kita semuanya mengetahui ini merupakan tanda Anak Manusia. Dengan khidmat dan tenang  kita semua memandangi awan itu ketika semakin dekat dan menjadi lebih terang, lebih mulai, sampai menjadi awan besar yang putih. Dasarnya tampak seperti api;  sebuah pelangi ada di atas awan itu, sedang di sekelilingnya sepuluh ribu malaikat menyanyikan suatu nyanyian yang sangat merdu; dan di atas awan itu Anak Manusia duduk.

Ketika pertama kali muncul dikejauhan, awan itu tampak amat kecil. Malaikat mengatakan bahwa itulah tanda Anak Manusia. Ketika awan itu semakin dekat ke bumi, maka kita dapat memandang kemuliaan dan keagungan Yesus yang sempurna ketika ia datang dengan awan untuk merebut kemenangan.

RambutNya putih dan berikal panjang sampai ke atas bahuNya; dan banyak mahkota di atas kepalaNya. KakiNya tampak seperti api; di tangan kananNya ada sabit yang tajam; di tangan kiriNya, sebuah terompet perak. MayaNya bagaikan nyala api, yang mencari anak-anakNya ke sana ke mari. Kemudian semua wajah manusia menjadi  pucat, dan mereka yang ditolak Allah menjadi hitam. Kemudian kita semuanya berseru: “Siapakah yang dapat bertahan? Apakah jubahku tidak bercacat?” Kemudian malaikat-malaikat berhenti menyanyi dan terjadi suatu keheningan yang menegakkan bulu roma ketika Yesus berkat: “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya akan dapat bertahan; Cukuplah kasih karuniaKu bagimu.” Pada saat ini wajah kita diterangi, dan sukacita memenuhi setiap hati. Dan malaikat-malaikat menjauhkan diri ke atas lalu menyanyi kembali, sedangkan awan itu turun semakin  mendekati bumi.

Bumi bergoncang di hadapanNya, langit menyusut bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya. “Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung.”

 

Maranata Hal. 289 


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *