Israel

Kembali Ke Israel

Blog AFI
Mari bagikan artikel ini


Dalam terjaganya akan serangan beruntun teroris yang menyasar orang-orang Yahudi di Perancis, ribuan orang pindah ke Israel. Angkanya menunjukkan bahwa 5.000 orang Perancis keturunan Yahudi pulang ke tanah leluhur mereka di tahun 2016. Ketakutan dan sebuah perasaan kurang aman telah memotivasi banyak orang untuk pergi di satu dekade terakhir – dimana lebih dari 40.000 mencari permanent resident di Israel semenjak 2006, sebuah dekade yang menunjukkan tebalnya aktivitas anti Yahudi di seluruh Eropa.

Beberapa melihat kepulangan besar-besaran orang-orang Yahudi ini ke Israel sebagai sebuah penggenapan penting nubuatan Alkitab, yang akan membawa kepada akhir zaman. Banyak organisasi injili telah didirikan untuk membantu orang-orang keturunan Yahudi tersebut untuk kembali ke Israel, semuanya berdasarkan pemahaman mereka akan pemahaman nubuatan yang ditemukan di Perjanjian Lama.

John Nelson Darby, seorang pengajar Alkitab di tahun 1800 an, dan ajarannya akan dispensasionalisme membantu meningkatkan kepercayaan bahwa nubuatan akhir zaman harus dipandang melalui bangsa Israel literal. Demikianlah berjuta-juta orang berfokus pada Yerusalem, dan mempercayai sebuah bait Yahudi akan segera dibangun kembali – yang akan membawa pada armageddon Timur Tengah secara literal. Akan tetapi, tampaknya seringkali buah dari ajaran-ajaran ini hanyalah menambah deretan prediksi yang salah, sebagaimana halnya yang ada di buku The Late Great Planet Earth dan seri buku dan film The Left Behind.

Mungkin kita perlu memastikan bahwa penulis Perjanjian Baru Yahudi sekalipun memahami bahwa kebanyakan nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama tentang Israel ditujukan pada Israel rohani. Petrus menulis kepada orang percaya Yahudi dan Yunani keduanya, “Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” (1 Petrus 2:9). Rasul Paulus menambahkan, “Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel” (Roma 9:6).

Tampaknya orang Yahudi yang sejati, setidaknya menurut Alkitab, tidaklah berdasarkan genetika, tetapi atas karakter kita. “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah” (Roma 2:28,29).

Untuk mempelajari lebih tentang armageddon silakan tekan disini.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *