renungan berkat

KESEMPURNAAN, TUJUAN YANG HARUS DICAPAI

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Kuasa Menyucikan dari Kebenaran
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Matius 5:48

Allah akan menerima orang yang mempunyai ketetapan tujuan cita-cita yang tinggi. Ia menempatkan setiap manusia di bawah kewajiban untuk bekerja sebaik-baiknya. Kesempurnaan akhlak dituntut dari semua orang. Janganlah kita pernah menurunkan ukuran kebenaran untuk menampung kecenderungan-kecenderungan yang diwarisi atau ditumbuhkan untuk berbuat salah. Kita harus mengerti bahwa ketidaksempurnaan tabiat adalah dosa. Segenap sifat  yang benar dari tabiat tinggal dalam Allah sebagai suatu keseluruhan yang selaras dan sempurna dan setiap orang yang menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mendapat kesempatan untuk memiliki sifat-sifat ini.

Dan orang yang ingin menjadi pekerja-pekerja bersama dengan Allah harus berusaha mencapai kesempurnaan setiap bagian tubuh dan kecakapan pikiran. Pendidikan yang benar adalah persiapan dari kuasa jasmani, pikirani, dan akhlak untuk melaksanakan setiap kewajiban; ia adalah latihan tubuh, pikiran, dan jiwa untuk pelayanan yang ilahi. Inilah pendidikan yang akan tahan lama sampai kepada hidup yang kekal.

Tetapi Kristus tidak memberikan jaminan bahwa untuk mencapai tabiat yang sempurna adalah masalah yang mudah. Tabiat yang agung, dan sempurna tidak diwarisi. Tabiat itu tidak datang kepada kita secara kebetulan. Tabiat yang agung didapat dari usaha pribadi melalui jasa-jasa serta karunia Kristus. Allah memberikan talenta-talenta, kekuatan pikiran; kita membentuk tabiat itu. Ia dibentuk oleh peperangan yang berat dan seru dengan diri kita sendiri. Perlawanan demi perlawanan harus dilakukan terhadap kecenderungan-kecenderungan yang diturunkan. Kita harus mengkritik diri kita dengan saksama dan tidak mengizinkan satu sifat yang buruk tinggal tanpa diperbaiki.

Janganlah seorang berkata, Saya tidak dapat memperbaiki kekurangan tabiatku…. Kesulitan yang sesungguhnya timbul dari kejahatan hati yang tidak disucikan dan penolakan untuk menyenangkan diri kepada pengendalian Allah.

Menaklukkan diri kepada kehendak Kristus berarti pemulihan kembali kepada kesempurnaan manusia.

Hidupku Kini, Hal. 273


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *