TONGKAT PENGHITUNG

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Kita banyak mendengar akhir akhir ini tentang korupsi perbankan, tetapi masalah ini bukanlah hal yang baru. Di Inggris pada abad kesebelas, banyak orang dirugikan oleh ketidakjujuran kreditur. Untuk mengatasi persoalan ini, pada tahun 1100, M. Henry I, putra William the Conqueror, memperkenalkan sistem yang dikenal sebagai “tongkat penghitung”. Tongkat penghitung panjangnya sekitar sembilan kaki dan lebar setengah inci. Setiap kali uang berpindah tangan, dibuat satu garis pada permukaan kayu, yang menunjukkan jumlah pinjaman. Pada kedua sisi, nilai hasil “perhitungan” diukir pada permukaannya. Tongkat kemudian dibagi menjadi dua, setengah dari tongkat yang dipakai sebagai bukti transaksi, dipegang oleh kreditur dan debitur mendapatkan setengahnya yang lain (kalau sekarang seperti salinan karbon).

Praktis tidak mungkin untuk memalsukan penghitungan. Serat kayu itu unik seperti sidik jari. Ukiran dan tulisan tinta harus cocok. Ini hanya bisa terjadi jika kedua bagian berasal dari tongkat penghitung yang sama. Saat dibandingkan, mereka harus “menghitung”, di situlah kita mendapatkan kata ‘reckoning/menghitung’. Kerajaan Inggris menggunakan tongkat penghitung selama lebih dari 700 tahun. Kemudian pada tahun 1843, karena sistem perbankan dan mata uang baru diperkenalkan, semua tongkat penghitung di Inggris dikumpulkan dan dibakar. Namun istilah itu tetap hidup, karena dari kata Jerman untuk “stick/tongkat” kita mendapatkan kata “stock/saham,” surat berharga untuk kreditur bisnis yang populer lewat Wall Street.

Kitab Wahyu berbicara tentang umat Allah yang diukur dengan tongkat. Apakah “tongkat penghitung” Tuhan? Yakobus menulis, “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya” (Yakobus 2:10). Jika kita sedang mempersiapkan kedatangan Yesus, maka “apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia” (1 Yohanes 3:2). Dengan kata lain, hukum Tuhan dan hati kita akan seimbang!

Sebelum Yesus datang, marilah kita memeriksa hidup kita. Dia menutupi hutang dosa kita agar kita dapat menerima anugerah keselamatan secara cuma-cuma. Saat kita semakin dekat dengan Yesus, karakter kita akan menjadi salinan dari karakter-Nya. Ini adalah transaksi yang tidak akan pernah bisa dipalsukan.

Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: ”Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya. Wahyu 11:1.

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *