Renungan Alkitab Harian

TUBUHKU MILIK ALLAH

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

HIDUP YANG SEHAT

Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Rah Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu. 1 Korintus 6:19;20

Kehidupan adalah suatu karunia Allah. Tubuh kita telah dikaruniakan kepada kita untuk digunakan melayani Allah, dan la ingin agar kita memelihara dan menghargainya. Tubuh kita haruslah Dijaga sebaik-baiknya, dan haruslah berada di bawah pengaruh yang rohani. . . .

Kehidupan yang suci dan sehat adalah yang paling baik demi kesempurnaan tabiat Kristen dan perkembangan kuasa pikiran dan tubuh.

Hukum pertarakan haruslah mengendalikan kehidupan setiap orang Kristen. Allah haruslah di dalam  segala segi pikiran kita; kemuliaanNya haruslah tetap dicamkan. Kita haruslah mematahkan setiap pengaruh yang mau menawan pikiran kita menyimpang dari Allah. Kita berada di bawah kewajiban yang suci terhadap Allah, jadi kita harus menguasai tubuh kita dan nafsu makan serta nafsu birahi kita agar tidak akan membawa kita menyimpang dari kesucian dan kekudusan, atau mengalihkan pikiran dari pekerjaan Allah yang dituntut dari kita.

Mereka yang melayani Allah dengan sungguh-sungguh dan benar akan menjadi umat yang istimewa, tidak seperti orang dunia, terpisah dari dunia ini. Makanan mereka disediakan bukannya mendatangkan nafsu gelojoh atau untuk memuaskan cita rasa yang rusak, melainkan untuk memelihara kekuatan tubuh mereka sekuat-kuatnya, yang kemudian menghasilkan cara berpikir yang paling baik. . . .

Bapa kita yang di sorga telah mengaruniakan kepada kita berkat-berkat pembaharuan kesehatan yang limpah agar kita dapat memuliakan Dia dengan menurut tuntutanNya yang diberlkan kepada kita. . . . Tindakan kesehatan yang selaras dari semua daya tubuh dan pikiran menghasilkan kebahagiaan; semakin dimurnikan dan ditinggikan kuasa itu, semakin bersih dan murnilah kebahagiaan itu.

 Hidupku Kini, hal. 127


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *