Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 2 Kor. 12:9
Selama sakit delapan bulan terakhir,* pada jam-jam tidak bisa tidur, aku merenungkan kasih Tuhan kepada manusia, yang dinyatakan dalam pengorbanan yang dilakukan untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Aku suka mengulangi nama Yesus; betapa penuh kemanisan, terang dan kasih nama itu! Memandang ke atas salib, bahwa kehinaan dan penderitaan ditanggung untuk mengangkut dosa-dosa kita, agar kebenaran-Nya bisa diberikan kepada kita, melembutkan hati dan mengisi jiwa dengan kasih-Nya. . . .
Pada waktu rasa sakit kelihatannya hampir tidak tertahankan lagi, aku telah memandang kepada Yesus dan berdoa dengan sangat bersungguh-sungguh, dan Dia ada di sampingku, dan kegelapan telah berlalu dan segalanya tampak terang. Udara terasa bagaikan semerbak bunga. Betapa mulianya kelihatan kebenaran itu! Betapa mengangkat jiwa! Aku bisa beristirahat dalam kasih Yesus. Rasa sakit masih tetap menjadi bagianku, tetapi janji, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,” sudah cukup untuk menghiburkan aku. Rasa sakit yang luar biasa kelihatannya diubah menjadi kedamaian dan ketenangan. Selama berjam-jam pada malam hari aku bersekutu dengan Tuhan. Pikiranku kelihatannya diterangi.
Aku tidak mempunyai kecenderungan untuk bersungut atau mengeluh. Yesus adalah mata air pengharapanku, sukacitaku dan ketabahanku. Surga kelihatannya sangat dekat, dan Kristus, Dokter Agung itu, pemulihku, obat segala penyakit. Di dalam Dia ada segala kepenuhan. Yesus adalah musik kepada telingaku, dan walaupun meminum cawan penderitaan, air hidup diberikan kepadaku untuk memuaskan dahagaku.
Kristuslah kebenaran kita, pengudusan kita, penebusan kita. Selama bulan-bulan penderitaan ini aku mempunyai pandangan yang begitu berharga mengenai kebaikan Yesus, yang aku suka jangan sampai pernah hilang. Aku yakin sekarang bahwa penyakitku di negeri asing ini adalah bagian dari rencana. . . . Betapa mendesak jiwaku memohon anugerah surgawi. Aku tidak bisa berbuat apa-apa atas diriku sendiri. Kuasa dan kemuliaan semuanya ada pada Tuhan.
* Dituliskan pada waktu Ellen White menderita sakit yang lama di Australia.
Inilah Hidup yang Kekal Hal. 282