Louis Braille (1809–1852) adalah penemu sistem membaca Braille untuk orang buta. Melalui serangkaian tonjolan yg terorganisir mewakili huruf, sistem ini memungkinkan orang tanpa persepsi cahaya untuk menikmati bahan tertulis yang sama dengan orang dengan penglihatan normal. Namun, Tuan Braille tidak dilahirkan buta. Dia menjadi buta setelah secara tidak sengaja menusuk matanya dengan alat tusuk ayahnya.
Meskipun itu merupakan tragedi pribadi, kecelakaan Mr. Braille membuatnya mengembangkan sistem Braille, yang masih banyak digunakan hingga saat ini. Orang buta dan tunanetra yang tak terhitung jumlahnya telah mendapat manfaat dari penemuan ini. Dengan demikian, kecelakaannya memberikan manfaat yang jauh lebih besar dan telah melayani banyak orang sejak itu.
Yesus dipanggil untuk menyembuhkan orang buta. Murid-muridnya bertanya apakah itu dosanya sendiri atau dosa orang tuanya yang menyebabkannya menjadi buta. Jawaban Kristus adalah bahwa tidak ada satu pun pihak yang berbuat dosa yang menyebabkan kebutaan, melainkan bahwa ia dilahirkan buta sehingga “pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (Yohanes 9: 3). Tuhan tidak mengizinkan anak-anak-Nya menderita tanpa alasan. Meskipun orang buta itu pasti menderita sepanjang hidupnya, kebutaannya menyebabkan Dia “melihat” Yesus, dan itu menyelamatkannya. Selain itu, kisahnya telah memperkuat iman banyak pelajar Alkitab sepanjang waktu.
Ketika tragedi menimpa, kita harus ingat bahwa Allah lebih besar daripada tragedi itu. Seperti Mr. Braille dan orang buta di zaman Yesus, kita harus membiarkan Allah menggunakan penderitaan kita untuk kemuliaan-Nya. Manfaat besar, dan bahkan keselamatan, akan datang dari penyerahan diri kepada Allah di tengah-tengah kesulitan.
Yesaya 29:18
Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat.
-Doug Batchelor-