Bertumbuh dalam Kasih Karunia
Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, . . . dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang la menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karuniaNya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikanNya terhadap kira dalam Kristus Yesus. Efesus 2:47
Kita tidak pernah akan mempelajari arti perkataan “kasih karunia” jikalau kita tidak jatuh ke dalam dosa. Allah mengasihi malaikat-malaikat yang tidak berdosa, yang melayani Dia dan menurut segala perintahNya, dan la tidak memberi kasih karunia kepada mereka. Makhluk-makhluk sorga itu tidak mengenal sama sekali akan kasih karunia; mereka tidak pernah memerlukannya, karena mereka tidak pernah berdosa. Kasih karunia adalah sifat Allah yang ditunjukkan kepada umat manusia yang sebenarnya tidak layak untuk itu. Kira tidaklah mencari kasih karunia itu, melainkan kasih karunia itulah yang diutus untuk mencari kita. Allah bergembira menganugerahkan kasih karunia ini kepada setiap orang yang lapar akan dia, bukan sebab kita layak, melainkan sebab kita tidak layak sama sekali. Kita memerlukan kecakapan yang akan memberi kita jaminan bahwa kita akan menerima karunia ini.
Akan tetapi Allah tidak rnenggunakan kasih karunia ini untuk menjadikan hukumNya tidak berlaku atau menggantikannya. “Tuhan telah berkenan demi penyelamatanNya, untuk memberi pengajaranNya yang besar dan mulia.” HukumNya adalah kebenaran. . . .
Kasih karunia Allah dan hukum kerajaanNya adalah dalam keselarasan yang sempurna; keduanya berjalan bergandengan tangan. Kasih karunianya memungkinkan kita mendekat kepadaNya melalui iman. Dengan menerima kasih karunia itu, dan membiarkannya bekerja dalam hidup kita, maka kita menyaksikan sahnya hukum itu; kita meninggikan hukum itu dan memuliakannya dengan menjalankan prinsip yang hidup. . . .
Bagaimanakah caranya kita dapat bersaksi bagi Allah? , . . Dengan menurut hukum Allah setulus dan segenap hati. Jika kita mau mengizinkan Dia, ia akan menyatakan diriNya sendiri dalam kita, dan kita akan menjadi saksi-saksi mengenai kuasa penebusan di hadapan semesta alam dan di hadapan suatu dunia yang murtad, yang membatalkan hukum Allah.
Hanya ada satu kuasa yang dapat membawa kita ke dalam persesuaian yang menyerupai Kristus, yang dapat menjadikan kita teguh dan menjaga kita selalu. Kasih karunia Allah itulah yang datang kepada kita melalui penurutan terhadap hukum Allah.
Hidupku Kini, hal. 102