Oleh John Cloud
Empat puluh ribu hektar terbakar, 12.300 bangunan hancur, dan 24 orang tewas—itu adalah hasil gabungan yang menghancurkan dari kebakaran Palisades, Eaton, dan Hurst yang terjadi di Los Angeles. AccuWeather memperkirakan dampak finansial mencapai $150 miliar, menjadikannya sebagai kebakaran hutan dengan kerugian terbesar dalam sejarah AS. Rekor sebelumnya sebesar $12,5 miliar, yang tercatat pada tahun 2018, adalah kebakaran hutan di Paradise, California, yang tidak sebanding dengan kerugian yang ditimbulkannya.
Angin semakin kencang pada hari Minggu pagi, dan kondisi kebakaran yang parah diprediksi akan terus berlanjut hingga hari Rabu. Selain 24 korban tewas yang telah dikonfirmasi, 16 orang hilang, dan jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah.
Berbagai teori konspirasi tentang asal-usul kebakaran menyebar di dunia maya. Tuduhan diarahkan kepada pejabat pemerintah, senjata energi langsung, dan bahkan Tuhan. Satu kebakaran memang sedang diselidiki sebagai tindakan pembakaran. Namun, ketika asap mereda, penyebab kebakaran mungkin tidak sepenting respon kita terhadapnya.
Hikmah dari Tragedi
Menurut situs web California, “Lebih dari 7.500 personel negara bagian berada di lapangan bekerja sama dengan mitra lokal dan federal,” 1.040 petugas pemadam kebakaran dan 260 mobil pemadam kebakaran telah dikerahkan, dan “California telah meminta dan menerima dukungan untuk 75 mobil pemadam kebakaran dari Oregon, 45 mobil pemadam kebakaran dari Washington, 5 mobil pemadam kebakaran dari New Mexico, 10 mobil pemadam kebakaran dari Utah, dan 25 mobil pemadam kebakaran dari Idaho, serta ratusan mobil pemadam kebakaran tambahan melalui Emergency Management Assistance Compact.”
Di tengah tragedi, selalu mengharukan melihat orang-orang yang tidak dikenal bersatu untuk membantu mereka yang membutuhkan. Bencana seperti kebakaran di L.A. tidak pernah gagal menginspirasi tindakan kepahlawanan di mana orang-orang menempatkan diri mereka dalam risiko demi kebaikan orang lain. Para pahlawan yang nyata adalah para petugas pemadam kebakaran, petugas polisi, dan personel lainnya yang mengkoordinasikan dan melaksanakan upaya untuk memadamkan api.
Namun ada juga yang lain, seperti Eddie de Ferrari dan Ray Moore, yang melangkah untuk membantu mengevakuasi 90 orang dari sebuah panti jompo, yang sebagian besar menggunakan kursi roda dan brankar, ketika api mendekat. Lalu ada Felipe Carrillo, yang menyelamatkan rumahnya dan tetangganya dengan menyiramnya menggunakan selang taman selama lima jam sementara bagian lain dari lingkungan itu terbakar.
Kesempatan Setiap Hari
Kita tidak perlu menunggu sesuatu seperti kebakaran, angin topan, atau gempa bumi melanda lingkungan kita sebelum kita dapat membantu orang-orang di sekitar kita. Orang-orang di sekitar kita mengalami tragedi pribadi setiap hari. Entah itu kematian seorang anggota keluarga, diagnosis kanker, kesulitan keuangan, atau berbagai kesulitan lainnya, kita dapat berada di sana untuk mengangkat orang lain dan memberi mereka harapan.
Alkitab menasihati kita untuk memberi makan orang yang lapar dan memberi pakaian kepada orang miskin. Dan kita dijanjikan, “Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering,
dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.” (Yesaya 58:10, 11).
Orang Samaria yang Baik Hati
Kita sering menyebut orang yang pergi keluar dari jalan untuk membantu orang asing, terutama yang berada dalam situasi darurat, sebagai orang Samaria yang baik hati. Frasa ini berasal dari perumpamaan Yesus yang paling terkenal, yaitu Orang Samaria yang Baik Hati (Lukas 10:25-37).
Dalam perumpamaan tersebut, orang Samaria berhenti untuk menolong seseorang yang berada dalam kondisi yang tragis dan putus asa—ia telah dipukuli dengan kejam, dilucuti pakaian dan harta bendanya, dan ditinggalkan begitu saja di selokan. Meskipun daerah itu dikenal sebagai daerah yang dihantui oleh perampok dan pencuri, orang Samaria ini berhenti untuk menolong orang yang sekarat itu tanpa ada jaminan bahwa dia tidak akan menjadi korban berikutnya. Dia kemudian mengoleskan minyak dan anggur sebagai obat penyembuh pada luka-luka orang itu sebelum membalutnya.
Dikatakan bahwa kita semua harus mencoba untuk menjadi seperti orang Samaria itu. Memang, itu benar. Namun yang terpenting, Orang Samaria yang Baik Hati melambangkan Yesus, Anak Allah, yang dengan pengorbanan pribadi yang besar, datang untuk menyelamatkan manusia, yang diwakili oleh orang yang sekarat di parit. Anggur dan minyak melambangkan darah Kristus, yang dengannya kita diampuni (Matius 26:28), dan Roh Kudus (Zakharia 4:6), yang diutus Yesus untuk membawa kesembuhan ke dalam hati kita (Yehezkiel 36:26, 27).
Pintu yang Terbuka
Tragedi seperti kebakaran di L.A. benar-benar dapat mengguncang seseorang dan membuat mereka menilai kembali prioritas hidup mereka. Pada saat-saat seperti inilah Tuhan sering kali berada paling dekat (Mazmur 34:18), mengetuk pintu dan menunggu untuk diundang masuk (Wahyu 3:20). Mari berdoa agar para korban di Los Angeles dapat menemukan pengharapan di dalam Yesus.
Bagaimana Anda merespons tragedi dalam hidup Anda sendiri? Sudahkah Anda mengundang Yesus masuk?