Menjaga Tubuh Tetap Sehat
Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. lbrani 10:22
Kebesihan yang saksama penting sekali terhadap kesehatan jasmani dan pikiran. Kotoran-kotoran terus-menerus terbuang dari tubuh melalui kulit. Kulit yang memiliki jutaan pori-pori segera tersumbat kecuali tetap dijaga bersih dengan mandi teratur, dan kotoran-kotoran yang seharusnya keluar melalui kulit dapat menjadi beban tambahan terhadap organ-organ pembuangan lainnya. . . . Mandi dengan teratur menahan serangan pilek sebab hal itu melancarkan peredaran darah; darah itu terbawa sampai ke permukaan dan peredaran yang Iebih mudah dan teratur diperoleh. Pikiran dan tubuh kedua-duanya dikuatkan. Utot otot Iebih mudah digerakkan, akal menjadi labih cerdas. Mandi menyegarkan saraf.
Ajarkanlan kepada anak-anak kecil bahwa Allah tidak senang melihat mereka dengan tubuh yang kotor dan pakaian yang compang-camping. . . . Mengenakan pakaian yang rapi dan bersih akan menjadi suatu cara menjaga pikiran tetap suci dan manis. . . Terutama setiap pakaian yang menyentuh kulit haruslah tetap bersih.
Orang yarg benar tidak pernah menginjakkan kakinya yang manis itu pada jalan yang kotor atau cemar. . . . ia yang amat teliti agar anak-anak israel harus membiasakan diri tetap bersih, tidak akan membiarkan hal yang kotor di dalam rumah tangga umatNya zaman ini, Allah memandang jijik segala macam kekotoran.
Sudut-sudut rumah yang kotor dan tidak diperhatikan akan cenderung memadikan sudut-sudut jiwa kotor dan diIalaikan.
Kebersihan yang sempurna, sinar matahari yang cukup, perhatian yang cukup terhadap kebersihan dan setiap segi kehidupan rumah tangga penting sekali untuk menghindarkan penyakit dan demi kegembiraan dan kekuatan penghuni rumah tangga itu.
Sorga adalah suci dan kudus, dan mereka yang melewati gerbang kota Allah haruslah dengan kemurnian batiniah dan Iahiriah di dunia ini.
Hidupku Kini, hal. 131