Oleh Peter N. Landless & Zeno L. Charles-Marcel
Pertanyaan: Saya sedang mengalami rasa marah yang lebih sering dan kian menjadi-jadi. Apakah hal ini dapat merusak kesehatan saya secara menyeluruh?
Jawaban: Kemarahan, seperti halnya emosi lainnya, adalah respons alami terhadap rangsangan tertentu. Namun, ketika hal itu menjadi kekuatan yang dominan dalam kehidupan seseorang, hal itu dapat memiliki efek negatif yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental. Dampak fisiologis dan psikologis dari kemarahan kronis bisa sangat besar, tidak hanya berdampak pada individu yang mengalaminya, tetapi juga pada orang-orang di sekitarnya.
Kemarahan yang berkepanjangan dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung. Ketika kita mengalami kemarahan, tubuh kita melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Seiring waktu, aktivasi kronis dari sistem respons stres tubuh ini dapat menyebabkan hipertensi, peningkatan risiko penyakit jantung, dan bahkan stroke.
Kemarahan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh* Keadaan tegang yang terus menerus yang terkait dengan kemarahan dapat menekan respons kekebalan tubuh, membuat individu lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang bergelut dengan kemarahan kronis lebih mungkin untuk sering mengalami pilek, infeksi, dan masalah kesehatan lainnya.
Kesehatan mental dipengaruhi oleh kemarahan yang tidak terselesaikan. Kemarahan kronis dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan suasana hati, seperti depresi dan kecemasan. Pikiran dan emosi negatif yang terus menerus yang terkait dengan kemarahan dapat mengikis rasa sejahtera seseorang dan menyebabkan perasaan putus asa dan putus asa. Kemarahan dapat merenggangkan hubungan dengan teman, keluarga, dan rekan kerja, yang mengarah pada isolasi sosial dan kesepian.
Kemarahan dapat mengganggu kemampuan penilaian dan pengambilan keputusan. Ketika dikuasai oleh kemarahan, individu dapat bertindak secara impulsif dan tidak rasional, sehingga menimbulkan konsekuensi yang kemudian mereka sesali. Hubungan pribadi dan profesional dapat rusak, bahkan mungkin tidak dapat diperbaiki.
Berikut adalah empat strategi untuk membantu mengatasi kemarahan:
Meditasi dengan penuh doa: Merenungkan Firman, keagungan ciptaan Tuhan, dan jalan-jalan-Nya dapat membantu seseorang menjadi lebih sadar akan emosinya dan lebih siap untuk mengelolanya. Kita dapat belajar mengenali kemarahan tanpa harus dikuasai olehnya, sehingga kita dapat merespons dengan lebih terkendali.
Berikut adalah empat strategi untuk membantu mengatasi kemarahan:
Meditasi dengan penuh doa: Merenungkan Firman, keagungan ciptaan Tuhan, dan jalan-jalan-Nya dapat membantu seseorang menjadi lebih sadar akan emosinya dan lebih siap untuk mengelolanya. Kita dapat belajar mengenali kemarahan tanpa harus dikuasai olehnya, sehingga kita dapat merespons dengan lebih terkendali.
Mengekspresikan secara sehat: Temukan cara yang sehat untuk mengekspresikan kemarahan, seperti berbicara dengan teman atau terapis tepercaya, membuat jurnal, atau melakukan aktivitas fisik untuk melepaskan energi dan ketegangan yang terpendam.
Manajemen Stres: Karena kemarahan berkaitan erat dengan stres, menerapkan teknik manajemen stres dapat berperan penting dalam mengurangi intensitas dan frekuensinya. Hal ini dapat mencakup praktik-praktik seperti latihan pernapasan dalam atau terlibat dalam hobi dan kegiatan yang meningkatkan relaksasi dan kesenangan.
Kemampuan Menyelesaikan Masalah: Mempelajari kemampuan komunikasi dan penyelesaian masalah yang efektif dapat membantu mencegah kemarahan meningkat menjadi masalah yang merusak. Dengan mendengarkan perspektif orang lain dengan penuh perhatian, individu dapat mengatasi perselisihan secara sehat.
Kemarahan adalah emosi yang alami dan tak terelakkan, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, kemarahan yang kronis dan tidak terkendali dapat menimbulkan dampak negatif yang besar bagi kesehatan fisik dan mental.
Dengan pendekatan yang terarah dan terfokus, dan yang paling penting, dengan kasih karunia Tuhan, individu dapat mengatasi kemarahan dan mengembangkan kesejahteraan dan ketahanan yang lebih besar dalam hidup mereka. Ingatlah ayat ini: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Kristus yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).
* SamuelBrod, Lorenza Rattazzi, Giuseppa Piras, and Fulvio D’Acquisto, “ ‘As Above, So Below.’ Examining the Interplay Between Emotion and the Immune System,” Immunology 143, no. 3 (Oct. 2, 2014): 311-318, https://doi.org/10.1111/imm.12341.