Kristus dalam Hidupku
Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. . . . Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya dan makin dikasihi 0leh Allah dan manusia. Lukas 2:51, 52.
Meskipun tugas yang dijalankan-Nya suci, meskipun Ia mempunyai hubungan yang mulia dengan Allah, dari hal mana Ia sepenuhnya sadar, !a tidak menolak untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Ia adalah Khalik dunia namun Ia mengakui kewajiban-Nya kepada orang tua-Nya di dunia, dalam melaksanakan kewajiban, sesuai dengan keinginan orang tua-Nya, Ia kembali bersama mereka dari Yerusalem sesudah Paskah dan tetap hidup dalam asuhan mereka.
Ia tunduk kepada kekangan-kekangan yang diberikan orang tua dan mengakui kewajiban seorang anak laki-laki, seorang saudara, seorang teman dan seorang warga Ia melaksanakan kewajiban-Nya kepada orang tua-Nya dengan penuh rasa hormat dan sopan santun. Ia adalah Maharaja sorga. Dia adalah panglima besar di sorga. Malaikat senang melakukan perintah-Nya. Dan sekarang Ia adalah seorang pelayan dengan hati yang rela, putera yang gembira dan suka menurut. . . .
Yesus tidak digeserkan oleh suatu pengaruh dari pelayanan yang setia yang diharapkan dari seorang putera Ia tidak bercita-cita melakukan sesuatu hal yang luar biasa untuk membedakan diri-Nya dari orang muda lain atau untuk memberitakan kelahiran-Nya berasal dari sorga. Bahkan teman-teman dan kaum kerabat-Nya, dalam seluruh tahun-tahun kehidupan Kristus yang dilalui bersama mereka, tidak melihat adanya tanda istimewa dari keilahian-Nya. Kristus tenang dan sopan, hidup menyangkal din, lemah lembut, gembira, ramah dan selalu menurut. . . .
Ada pelajaran yang penting untuk dipelajari orang tua dan anak-anak dari Kitab Suci yang menyangkut masa kanak-kanak serta masa muda Kristus. Ia adalah teladan kita dalam segala perkara. Dalam catatan singkat mengenai kehidupan kanak-kanak serta masa muda terdapat suatu teladan bagi orang tua dan anak-anak, bahwa semakin tenang dan tak diketahui masa kanak-kanak dan masa muda itu dilalui, maka semakin alamiah dan bebas dari kegembiraan semu, dan semakin aman bagi anak—anak serta semakin baik untuk pembentukan tabiat yang suci, sederhana dan bernilai dengan akhlak yang sejati.
Hidupku Kini, hlm. 301