Sekolah Menengah Tennessee mendapatkan hantaman keras di leher dan tidak bisa lagi menggerakkan kakinya, seorang murid pun meminta pendeta yang berdiri dekat situ mendoakan temannya. Suasananya menjadi hening ketika dia berdoa kepada Tuhan—tetapi tidak begitu lama.
Sekelompok Ateis mengajukan protes ke lingkungan sekolah setelah mendengar kejadian tersebut. Setelah mendapati bahwa beberapa guru dan pelatih tunduk kepala juga, yayasan Freedom From Religion memprotes “pelatih tidak bisa terlibat dalam berdoa di sekolah” dan bahkan “doa yang dipipimpin siswa pada pertandingan football adalah tidak berdasar”. Sekolah tidak merasa itu melanggar batasan apapun, dan pendeta pun mengatakan dia senang bisa berdoa.
Apakah Anda berpikir kejadian ini adalah pelanggaran dari pemisahan gereja dan negara? Apakah Anda berpikir bahwa mereka yang mau berdoa harus menyingkir dari lapangan dan berdoa di parkiran? Apakah doa spontanitas di tempat umum menjadi batu sandungan bagi mereka yang bukan dipihak agama atau Tuhan?
Alkitab menyediakan contoh orang yang secara terbuka berdoa dengan mempertaruhkan nyawanya. Setelah diumumkan bahwa berdoa kepada apapun selain dari pada raja adalah menentang titah raja, alkitab mengatakan, “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya” (Daniel 6:11). Setelahnya, Daniel dimasukkan kedalam gua singa.
Sementara orang kristen tidak perlu menentang mereka yang tidak berada di pihak Tuhan secara terang-terangan, tidak seharusnya juga kita menarik diri dari menjadi saksi bagi Kristus—didalam maupun diluar lapangan. Ingatlah perkataan Yesus: “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 10:32, 33).