Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah. (Yosua 2:11)
“Sstt.. Bu Priska datang,” bisik ketua kelas. Suasana kelas yang semula gaduh langsung tenang karena sang ketua kelas menyebut namanya. Tidak ada satu pun murid di kelas itu yang berbicara lagi. Beberapa orang bahkan terlihat duduk dengan tegang. Mereka tahu betul siapa Bu Priska. Semua orang di sekolah itu segan kepadanya. Suaranya sama tegasnya dengan sikapnya. Bu Priska murah pujian kepada murid yang berperilaku baik, tetapi juga akan menegur dengan keras murid yang berperilaku buruk.
Apa yang dialami oleh para murid saat mendengar nama Bu Priska mengingatkan saya pada kegentaran penduduk Yerikho saat mendengar nama Tuhan. Penduduk kota Yerikho merasa takut walaupun mereka tinggal di kota yang dikelilingi tembok yang sangat kuat. Tembok yang kokoh dan prajurit yang kuat tidak lagi membuat mereka merasa aman. Mereka merasa ngeri dan gemetar (ay. 9). Penduduk kota Yerikho menjadi tawar hati dan patah semangat ketika akan berhadapan dengan bangsa Israel (ay. 11). Mereka telah mendengar tentang Tuhan yang selama ini menolong bangsa Israel. Tuhan yang telah melakukan mukjizat. Tuhan yang telah memberikan kemenangan kepada bangsa Israel (ay. 10). Nama Tuhan, perbuatan Tuhan, menggentarkan hati penduduk Yerikho.
Nama Tuhan mengacu pada karakter-Nya. Nama-Nya lebih kokoh daripada benteng terkuat sekalipun. Sudah sepatutnya kita gentar pada-Nya. Bukan gentar ketakutan, melainkan gentar penuh hormat. Di dalam nama-Nya, kita beroleh perlindungan, pengharapan, dan keselamatan.
Di tengah kehidupan yang penuh dengan tantangan, nama tuhan adalah benteng perlindungan yang paling aman.