“Orang benar yang bersih kelakuannya-berbahagialah keturunannya” Amsal 20:7.
Dalam surat kepada Timotius rasul Paulus menyatakan: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar; untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16).
Ketika seseorang ‘tinggal’ dalam firman-Nya kuasa firman itu akan bekerja secara dahsyat: mengajar, menegur, memperbaiki dan mendidik, sehingga karakter hidupnya makin diperbaharui dari hari ke sehari, kepekaan rohaninya pun semakin bertambah-tambah sehingga panca inderanya pun semakin “…terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat” (Ibrani 5: 14). Tinggal di dalam firman berarti menjadi pelaku firman. Orang yang taat melakukan firman Tuhan bisa dipastikan memiliki kelakuan yang bersih. Bersih kelakuannya dalam Alkitab versi English Amplified ditulis sebagai integrity atau integritas. Definisi integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Orang yang memiliki integritas berarti memiliki kualitas hidup yang baik, jasmani dan rohani. Secara Alkitabiah orang yang berintegritas memiliki hati yang takut akan Tuhan, menghormati Tuhan, memihak kepada kebenaran dan tidak berkompromi dengan dosa. Orang yang berintegritas berarti orang yang tidak plin plan dalam perkataan dan perbuatan (bisa dipercaya). Bukti nyata integritas seseorang adalah mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang terbaik, bukan ala kadarnya. “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga” (Pengkhotbah 9:10), dan “apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23).
Tidak ada kata ‘rugi’ bagi setiap orang yang melakukan firman Tuhan, berkelakuan bersih atau punya integritas, sebab Tuhan menyediakan upahnya yaitu hidupnya akan berbahagia dan diberkati, bahkan berkat itu akan turun sampai ke anak cucu; blessed are his children after him (terberkatilah keturunannya).
Daud berkata, “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti” Mazmur 37:25.