Amazingfacts.id: Masih ingat tentang anak sulung yang memberikan reaksi berbeda dari bapanya yang penuh kasih.
bahaya cinta diri
Perhatikan pokok-pokok penting dalam perumpamaan itu. Anak sulung datang dari ladang, mendengar suara bersukaria.
Ia bertanya apa arti semua itu, dan diberitahukan tentang kedatangan saudaranya kembali, dan bagaimana anak lembu tambun telah disembelih untuk pesta itu.
Kemudian tampaklah kecintaan diri, kesombongan, cemburu, dan kebencian dalam diri sang anak sulung. Ia menganggap rasa sayang kepada si anak yang boros itu merupakan kehinaan bagi dirinya sendiri.
Dan sang ayah membantah itu, tidak juga ia akan bergabung bersama ayahnya dalam bergembira ria atas ditemukannya anak yang hilang itu.
Ia meminta ayahnya untuk mengerti bahwa karena ia telah berada di sisinya selama ini, maka ia tidak akan menerima putranya itu kembali, dan melupakan bahwa anak yang pemboros ini adalah saudaranya sendiri.
tuduhan yang dilayangkan
Ia berbicara dengan sikap tidak hormat kepada ayahnya, menuduhnya tidak adil kepada dirinya sendiri karena memperlihatkan rasa suka kepada anak yang menghabiskan uang.
Ia berbicara tentang anak yang boros ini kepada ayahnya sebagai “anak bapa.” Meskipun sikap anaknya yang sombong dan angkuh, sang ayah menghadapinya dengan sabar dan lemah lembut.
Apakah si anak sulung akhirnya bisa melihat ketidaklayakannya dari ayah yang begitu baik dan penuh perhatian?
Apakah ia bisa melihat bahwa, meskipun saudaranya telah berbuat jahat, ia tetap masih saudaranya, bahwa hubungan mereka tidak berubah?
Dan apakah ia bertobat dari sifat iri hatinya, dan meminta pengampunan ayahnya karena salah paham tentang dirinya?
Sungguh tepat gambaran tindakan anak sulung ini dengan orang Israel yang tak bertobat dan tak percaya, yang menolak mengakui bahwa pemungut cukai dan orang berdosa adalah saudara-saudara mereka.
perlunya kesadaran diri dan pertobatan
Mereka adalah termasuk orang yang harus diampuni dan dicari, didekati, dan tidak dibiarkan binasa, tetapi dituntun untuk mendapatkan kehidupan kekal!
Betapa indahnya perumpamaan ini saat mengilustrasikan sambutan yang akan diterima setiap jiwa yang bertobat dari Bapa surgawi!
Dengan sukacita yang sama penghuni surgawi senang melihat jiwa-jiwa kembali ke rumah Bapa! Orang-orang berdosa akan bertemu tanpa celaan, ejekan, tidak ada teguran tentang ketidaklayakan mereka.
Yang diperlukan hanyalah rasa sesal. Pemazmur berkata:
“Karena engkau tidak menginginkan korban; karena Aku memberikannya: kau tidak bersukacita dalam persembahan korban bakaran. Korban dari Allah adalah roh yang hancur: hati yang hancur dan patah hati, Oh Allah, tidak akan Engkau hinakan.”
Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Lukas 15:28.
-Suara Hati Nurani, Hlm. 125-