Beginilah firman TUHAN kepadaku: “Buatlah tali pengikat dan gandar; lalu pasanglah itu pada tengkukmu!” (Yeremia 27:2)
Yos memukul tengkuk lelaki itu hingga pingsan. Ia terpaksa melakukannya karena pria itu terus meronta dan menyulitkan saat hendak ditolong dalam proses evakuasi di laut. Ketika ia dibuat tak berdaya, Yos bisa merangkul leher pria itu dan berenang membawanya ke pantai.
Bacaan hari ini secara mencengangkan menceritakan bahwa ada saat untuk menyerah, untuk menaklukkan diri kepada orang yang mungkin bukan sahabat kita, bahkan merupakan musuh yang akan mengambil hak kita. Tentu sepanjang hal itu dikehendaki Tuhan. Gandar kayu di tengkuk Yeremia adalah gambarannya. Yeremia diminta memberi tahu raja-raja tetangga bahwa seluruh negeri telah diserahkan ke tangan Nebukadnezar, raja Babel, dan mereka harus takluk kepadanya agar tidak mati oleh pedang, kelaparan, penyakit. Ini pun berlaku bagi Yehuda yang saat itu diperintah Raja Zedekia. Ini perintah yang sulit dan tak menyenangkan untuk dilakukan, terutama oleh bangsa yang “tegar tengkuk”.
Mungkin ada saat kita bertanya; mengapa Tuhan menaruh kita di posisi tidak berdaya, mengapa Tuhan seolah-olah melukai ego kita dan tidak membiarkan kita bangkit. Belajar dari kisah evakuasi laut yang dilakukan Yos, ada saatnya ketidakberdayaan itu membantu proses kita diselamatkan dari bahaya yang lebih besar. Sayangnya dalam lanjutan bacaan ini, kerajaan Yehuda tidak mau menyerah hingga mereka berakhir di ujung pedang dan pembuangan di Babel.
Kita mungkin diizinkan Tuhan untuk tidak berdaya, tetapi bukan berarti Tuhan juga sedang tanpa daya. Jika kita meyakini segala sesuatu tetap dalam kendali Tuhan, kita bisa belajar menyerah pada kehendak Tuhan tanpa takut dan ragu. Amen
Tuhan tidak sedang tinggal diam saat dia meminta kita untuk menyerah.