Amazingfacts.id: Yesus sebagai Anak Tunggal Bapa dan itu akan bertahan sampai kapan pun. Mengapa Dia disebut demikian, Anda melihatnya di dalam artikel yang berjudul Apakah Bapa Hanya “Meminjamkan” Anak-Nya Yang Tunggal ?, dan untuk mempelajari selengkapnya dapat Anda klik link berikut (kasih linknya).
Namun ada suatu kondisi di mana Yesus tidak hanya menjadi Anak Tunggal Bapa. Ibrani 1:6 menyatakannya bagi kita, “Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: ‘Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.’” Bisakah Anda melihat bahwa Yesus, tidak hanya disebut sebagai Anak Tunggal, namun juga dinyatakan sebagai Anak Sulung.
Ketika seseorang disebut sebagai anak sulung maka dia memliki saudara, begitu pula dengan Yesus saat menjadi yang sulung maka sesungguhnya Dia memiliki saudara. Jika Ibrani 1:6 menyebut Yesus sebagai Anak Sulung, kapankah Dia menjadi Anak Sulung?
Naik ke ayat 5, “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’ dan ‘Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?’” Ayat tersebut menyatakan bahwa Bapa memperanakknya Anak-Nya, yaitu Yesus.
Pertanyaan : Kapan Yesus diperanakkan Bapa? Ayat ini seringkali digunakan untuk menyerang ajaran Kristen karena seolah-olah mengatakan bahwa Tuhan beranak-pinak. Namun apa yang sesungguhnya dimaksudkan bahwa Bapa memperanakkan Yesus? Kita dapat menemukan jawabannya di dalam Kisah Para Rasul 13:33, “Telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini.”
Dengan mengutip Mazmur 2 (tepatnya ayat 7), Paulus menyatakan mengenai kebangkitan Yesus. Dan berdasarkan Kisah Para Rasul 13:33 tatkala Bapa berkata “Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini”, maka itu merujuk kepada kebangkitan-Nya.
Sehingga saat Yesus bangkit dari kubur pada hari Minggu pagi kala itu, maka Dia adalah Anak Sulung dan memiliki memiliki saudara. Dia memiliki “adik-adik” secara rohani, dan itu adalah kita yang menjadi anak-anak Allah.
Sebagai saudara dari Yesus dan sebagai anak-anak Allah maka janji Tuhan kepada kita, “Jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” (Roma 8:17). Sebagai anak-anak Allah maka kita menjadi ahli waris kerajaan surga bersama-sama Yesus.
Namun tidak hanya itu, sebagai anak Allah maka Yesus memiliki janji yang lain pula. “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (ayat 29). Dengan menjadi saudara Yesus dan sebagai anak Allah maka kita berkesempatan untuk memiliki dan mencerminkan kemuliaan karakter Bapa.
Namun bagaimana caranya? Kembali kepada ayat 17, “Jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Penderitaan seperti apa yang dimaksudkan oleh ayat tersebut?
“Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya” (1 Petrus 2:21, 22). Kita harus menderita bersama-sama dengan Yesus dalam pergumulan menghadapi dosa. Secara alamiah kita cenderung untuk berpikir, berucap dan berbuat dosa. Untuk melawan semuanya itu membawa penderitaan bagi kita, dan sebagaimana yang Paulus katakan bila kita berhasil dalam semuanya itu maka “kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
Pertanyaan : Bagaimana caranya supaya kita dapat menang dalam pergumulan melawan dosa? Kita harus mati sebagaimana Yesus telah mati; dan kita bangkit seperti Yesus telah bangkit.
Mati dan bangkit yang bagaimana? Apakah fisik kita harus mati? Tidak. Secara rohani kita harus mati. “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa” (Roma 6:6, 7). Manusia lama kita yang dipenuhi dengan selera dan nafsu berbuat dosa harus mati, dan sebagai gantinya kita dapat mengalami kebangkitan manusia baru.
“Yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 4:22-24).
Dengan matinya manusia lama sehingga kita dapat mengenakan manusia baru supaya kita hidup dalam kebenaran dan kekudusan. Ibrani 12:14 mengatakan, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.”
Untuk menjadi manusia baru yang hidup kudus dan suci, maka itu haruslah bermula dari hati. “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Matius 5:8).
Hanya Yesus yang dapat menyingkirkan hati yang lama yang menyukai dosa dan menggantinya dengan hati yang baru kepada kita. “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat” (Yehezkiel 36:26).
Sebagai kerabat dari Yesus yang adalah saudara sulung kita, maka dengan memiliki hati yang baru kita akan mencintai perbuatan benar dan kudus sesuai perintah Tuhan. Yang perlu untuk kita pikirkan apakah kita sudah sungguh-sungguh memohon hati yang baru kepada Tuhan dan rela meninggalkan hati yang lama? Renungkan pengorbanan Kristus yang menderita maut menggantikan kita, dan selamanya mengenakan tubuh yang luka karena menanggung dosa manusia (Zakharia 13:6).