Oleh Joe Crews
DIAGNOSA
Jika ada sebuah jalan menuju bulan, mungkin akan memakan waktu 20 bulan mengendarai mobil dengan kecepatan rata2 400 mil tiap harinya untuk mencapai bulan tersebut. Dan bila ada sebuah jalur kereta api terbentang menuju matahari, sebuah kereta api lancar harus berjalan 90mil per jam tanpa berhenti, hari demi hari, tahun demi tahun, dan membutuhkan 116 tahun untuk mencapai matahari tersebut. Sebuah kapal terbang harus terbang dengan kecepatan 500 mil per jam dan berjalan tanpa henti selama 500 tahun untuk mencapai bintang yang terdekat.
Dan juga, jauh diseberang langit yang penuh bintang tersebut, terletak Pintu Mutiara Kota Surga Tuhan yang maha besar. Tidak ada yang mengetahui seberapa jauh kota tersebut, dan tidak akan ada manusia yang akan menciptakan kendaraan luar angkasa untuk pergi ke tempat tersebut, tetapi setiap orang dapat mencapai tempat yang indah itu dengan mengambil 3 langkah sederhana yang akan kita bahas di dalam buku kecil ini.
Di dalam buku wahyu, Yohanes menyatakan bahwa “Tidak ada sesuatu yang najis” akan melalui pintu tempat di mana Tuhan tinggal. Satu-satunya hal yang najis di hadapan Tuhan adalah dosa. Yesaya menuliskan “Segala kejahatanmu telah memisahkan engkau dan Tuhan-mu” (Yesaya 59:2). Agar dapat hidup kembali di hadapan Tuhan, Setiap Individu harus bebas dari penghukuman yang diakibatkan oleh dosa. Rasul Yohanes memastikan hal tersebut melalui gambarannya mengenai kumpulan besar orang banyak yang dilihatnya di dalam penglihatannya berdiri dihadapan takhta Tuhan. Mereka memegang daun-daun palem di tangan mereka dan memakai jubah putih, menggambarkan kebebasan dari dosa (Wahyu 7: 9).
Oleh sebab itu harus kita ingat, sebagai langkah besar awal dalam perjalanan dari dunia menuju surga : Dosa-dosa kita harus diampuni. Ini mungkin adalah fakta terbaik yang diketahui tentang proses keseluruhan keselamatan. Namun, Pertanyaan yang paling membingungkan muncul yaitu cara untuk mengambil langkah tersebut. Pada kenyataaannya adalah berjuta-juta manusia hanya mengetahui ide-ide yang samar tentang bagaimana memperoleh kelegaan dari rasa bersalah yang disebabkan pelanggaran mereka. Bagaimana seseorang dapat memperoleh pengampunan dan kembali dipulihkan ke dalam kesatuan dengan Tuhan?
Saya percaya bahwa tidak terhitung jumlahnya orang-orang yang ingin menjadi Kristen, namun tidak ada seorangpun yang membuat dengan cukup jelas menyatakannya untuk memenangkan keputusan mereka tersebut. Dalam beberapa halaman berikutnya, saudara akan membaca penjelasan yang paling sederhana dan dasar dari rencana keselamatan. Bahkan anak-anak akan dapat mengerti apa artinya diselamatkan. Saya tidak percaya bahwa cukup bagi kita hanya dengan mengatakan kepada orang lain bahwa mereka telah hilang dan harus di temukan. Kita harus menunjukan langkah demi langkah bagaimana melalui kematian dan menuju kehidupan. Seorang dokter tidak hanya memberitahukan kepada pasiennya bahwa mereka sakit dan harus sembuh tanpa memberikan resep obat untuk kesembuhan mereka. Hal yang sama, Kita harus bersedia menyiapkan pengobatan khusus kepada orang-orang yang di diagnosa dengan “penyakit dosa”.
Syarat syarat Pengampunan
Mari kita melihat lebih dekat lagi mengenai langkah awal menuju surga yaitu Dosa diampuni. Bagaimana kita dapat memperoleh pengampunan yang dibutuhkan akan dosa-dosa yang telah menjadi dosa biasa bagi umat manusia? Kita harus mengerti dari awal bahwa ada 3 syarat atau kondisi agar dosa kita dapat diampuni – Pertobatan, Pengakuan dan Pemulihan. Jangan biarkan Istilah-istilah teologi tersebut membingungkan saudara. Kita harus menjadikannya dalam bahasa yang sederhana agar kita dapat mengerti apa artinya dan bagaimana untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut.
Bagaiamana dengan syarat yang pertama? Apa itu pertobatan dan dari apa kita harus bertobat? Alkitab mengatakan ”Karena Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan” (Roma 3:23). Arti Dari kata-kata yang penuh inspirasi ini sungguh jelas. Tanpa memperhatikan akan kekayaan, sex dan lingkungan dalam kehidupan kita, masing-masing kita telah membuat keputusan pribadi untuk melanggar hukum Tuhan. Alkitab menyebut itu Dosa. Tidak ada upaya manusia yang cukup pasti untuk mengatasi atau mengalahkan kecenderungan turun untuk selalu memilih cara kita sendiri. Hasil dari dosa awal yang dilakukan oleh Adam dan Hawa telah diteruskan ke setiap generasi setelahnya, termasuk generasi kita. Ketidakmampuan untuk memenuhi standart Tuhan telah menjadi bagian keinginan daging kita yang menandai setiap anggota keluarga manusia sejak kejatuhan orang tua pertama kita.
Kita dapat mengerti lebih baik, bagaimana “Semua telah berdosa” ketika kita melihat seorang bayi cantik, tanpa dosa melontarkan kemarahannya ketika kemauannya di halangi. Tidak ada masa ketika sifat alami kita yang telah jatuh ke dalam dosa memiliki kekuatan untuk mengendalikan hidup dan mengubah kelakuan. Alkitab menyatakan, ”Sebab Keinginan Daging….tidak takluk kepada hukum Tuhan; hal ini memang tidak mungkin baginya” (Roma 8:7). Yeremia melakukan pengamatan yang menarik ”Dapatkah orang etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?” (Yeremia 13:23).
Dengan kata lain, tidak ada satupun diantara kita yang memiliki kemampuan untuk mengubah keadaan kita yang hilang dan mati ini. Kita tidak dapat mengangkat diri kita dengan usaha kita sendiri. Tidak juga Pendidikan, budaya atau fasilitas masyarakat lainnya dapat memutar balik konsekuensi dari warisan dosa yang kita peroleh.
Setelah mengetahui fakta bahwa kecenderungan akan sifat-sifat turunan telah menghukum kita semua, kita dihadapkan akan hasil dari pada pelanggaran-pelanggaran kita. Rasul Paulus menggambarkannya dengan singkat dan jelas dalam kata-kata berikut: ”Upah dosa adalah maut” (Roma 6:23). Dengan kata-kata mengejutkan ini, kepada kita ditunjukan betapa mengerikannya keadaan kita. Bukan hanya karena kita semua memang bersalah, tetapi juga kita telah dijatuhkan hukuman mati oleh karena dosa-dosa kita. Setiap anggota keluarga manusia diserahkan kepada status hukuman mati sebagai konsekuensi dari ketidakpatuhan kita yang sengaja kita lakukan.
Tidakkah itu membuat kita khawatir ketika kepada kita di hadapkan hukuman mati dan menyadari bahwa tidak ada pengadilan ataupun hakim di dunia ini yang akan menyatakan bahwa kita ”Tidak bersalah”? Pada kenyataaannya adalah bahwa kita sama bersalahnya dengan dosa. Dan lebih daripada itu, Hukumannya tidak dapat diputarbalikkan, dan Tuhan sendiri tidak dapat membatalkannya tanpa menyangkal karakter dan hukum-Nya.
Adakah solusi akan dilemma kita ini? Beberapa orang menyarankan bahwa satu satunya cara bagi kita adalah terus berjalan dan jalani hukuman yang harus kita jalani karena kesalahan yang telah kita lakukan. Dengan mati oleh karena dosa kita, kita telah menegakkan keadilan Tuhan Tuhan. Kita semua dapat melakukan itu bukan? Namun kemudian apa yang akan terjadi pada kita? Oleh karena kita tidak memiliki kekuatan untuk membangkitkan diri kita masing-masing dari kematian. Kita akan selamanya tidak dapat kembali ke dalam kehidupan, tidak ada harapan akan kebangkitan. Dan tentunya itu bukanlah jawaban yang memuaskan akan permasalahan kita.
Pada akhirnya kita harus menghadapi kenyataan yang mengganggu bahwa kita memiliki hutang yang tidak dapat kita bayar. Kita berhutang akan hidup kita karena dosa-dosa kita dan tidak ada cara untuk membayarnya tanpa mengorbankan masa depan kita. Hal tersebut seperti seseorang yang membeli belanjaan bulanannya secara kredit dan tidak dapat membayar $200 hutangnya pada akhir bulan. Selain dari pada rasa malu yang dirasakan, orang tersebut selalu menghindari toko dimana dia memiliki tunggakan. Namun kemudian, Sahabatnya mendengar akan masalah keuangan orang miskin tersebut. Segera sahabatnya pergi ke toko tersebut menghitung dan membayar $200 tunggakan itu. Bukankah itu tindakan persahabatan dan kasih yang sungguh indah? Sekarang orang yang memiliki hutang tadi tidak perlu merasa malu dan bersalah. Hutangnya telah dibayar. Catatannya bersih. Bagaimana menurut anda jika orang yang telah ditangguhkan hukumannya menolak kebaikan temannya itu? Tidakkah itu akan menjadi sebuah penghinnaan bagi dia yang telah menunjukkan perilaku murah hati itu?
Sekarang mari kita aplikasikan cerita tersebut ke dalam kasus kita sendiri. Kita juga berhutang dan kita juga tidak dapat bayar. Namun seorang teman, yaitu Yesus mengatakan : ”Aku akan menanggung hutang-mu, mati menggantikan engkau, dan semua itu untuk membayar hutang-mu”. Tawaran tersebut berada di balik 3 langkah yang kita pertimbangkan untuk mengalami keselamatan. Itu semua terdiri dari hal-hal dasar akan pengampunan dosa kita. Bagaimana rasa bersalah, penghukuman dan hukuman mati dapat dialihkan dari saudara dan saya kepada Yesus, pengganti kita? Jawaban dari pertanyaan tersebut membawa kita kembali kepada 3 syarat untuk dapat memperoleh pengampunan. Syarat pertama adalah Pertobatan.
Apa itu Pertobatan?
Saya berjanji akan menyederhanakan istilah teologi yang panjang tersebut. Pertobatan artinya merasakan dukacita akan kesalahan-kesalahan yang diperbuat. Dukacita yang murni tersebut dapat terjadi hanya jika kita menyadari bahwa harapan kita satu satunya berada pada kematian Yesus di kayu salib menggantikan kita. Dengan Pasrah kita harus menyangkal diri kita dan “Lihatlah domba Tuhan” yang menghapuskan dosa seluruh umat di dunia. Apa yang terjadi ketika kita melihat Dia berdarah, menderita dan mati di kayu salib? Kita menyadari bahwa Dia suci dan tidak bersalah. Kitalah yang bersalah. Kita seharusnya yang tergantung di sana, bukan Dia. Kita terharu untuk menyadari bahwa Dia menyerahkan dirinya untuk disiksa dan mati hanya untuk satu jiwa bahkan untuk saudara atau saya. Tiba-tiba mata kita mulai dibahasi dengan air mata dan kita menyadari bahwa dosa kita menyebabkan Dia mati di kayu salib. Hati-Nya hancur tertimpa oleh beratnya dosa yang diambil dari kita. Dengan sukarela Ia menderita dari penghukuman yang selayaknya untuk kita. Kita dipenuhi dengan dukacita bahwa dosa-dosa yang kita lakukan tersebut mengambil nyawa Anak Tuhan. Dukacita tersebut adalah pertobatan.
Kita harus dengan jelas membedakan dukacita dunia dengan dukacita ke-tuhanan yang murni. Terkadang anak-anak mengatakan “saya minta maaf” ketika menghadapi hukuman karena perilakunya yang salah. Tetapi seringkali mereka merasa menyesal hanya ketika mereka kedapatan bersalah. Ini bukanlah pertobatan yang sejati. Ketika saya di Sekolah menengah umum, salah satu guru saya adalah pelatih olahraga. Dia adalah orang yang cukup baik, namun bukanlah seseorang yang dapat berkomunikasi dengan efektif. Oleh sebab itu, adalah suatu ancaman ketika seorang guru wanita muda mengambil posisinya di pertengahan tahun sekolah. Semua kami anak murid laki-laki khususnya senang karena guru baru ini sangat cantik dan tidak terlalu jauh umurnya dibanding kami semua.
Pada awalnya, Kami bersaing untuk memperoleh perhatiannya dengan cara yang mungkin mengganggu setiap orang. Suatu hari saya tetap tinggal disekolah setelah jam sekolah berakhir dengan 2 orang teman saya untuk bermain bola basket. Kemudian, setelah semua murid pulang, kami masuk ke dalam ruangan kami untuk mengambil buku-buku kami. Tepat sebelum membuka pintu, melalui kaca pintu, kami melihat guru wanita kami yang cantik itu menangis di mejanya. Tidak seorangpun perlu menjelaskan mengapa dia menangis, karena kami dapat langsung mengingat apa yang kami lakukan selama kelas berlangsung. Tidak ada satupun diantara kami yang memiliki keinginan untuk menyakitinya. Kami sangat menyukainya dan tidak menyangka bahwa kami telah menyebabkan kesedihan. Kami sangat malu akan diri kami pada hari itu, dan akhirnya 3 orang anak murid yang sangat menyesal tersebut berjalan pulang menyusuri hall sekolah tanpa membuka pintu tersebut. Kami bertiga membuat sebuah perjanjian bahwa kami tidak akan melakukan hal-hal yang dapat menyakiti guru cantik tersebut. Kami betul-betul bertobat. Prinsip yang sama berlaku untuk mereka yang merasakan dukacita akan sakitnya melakukan dosa yang menyebabkan Yesus menderita, dan dengan Kasih Karunia Tuhan mereka menetapkan untuk berbalik dari setiap hal yang tidak menyenangkan bagi-Nya.
Mengapa kita Harus mengakui Dosa kita?
Syarat ke 2 untuk memperoleh pengampunan adalah mengaku dosa. Rasul Yohanes menuliskan, ”Jika Kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 yoh 1:9). Kelihatannya seperti sederhana. Namun dalam hal ini, kebanyakan orang terjatuh dan tidak mengetahui caranya. Pertanyaan yang sering ditanyakan adalah seperti ini: Bagaimana kita tau bahwa kita telah diampuni? Hanya ada 1 jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut. Kita tahu kita telah diampuni karena Tuhan Tuhan mengatakannya bahwa kita akan diampuni. Disinilah element Iman ikut berperan. Kita memiliki setiap alasan untuk mengetahui bahwa Firman Tuhan tidak akan pernah gagal. Apapun yang dikatakan akan terjadi. Setiap janji di dalam Alkitab akan membangun dan memberikan kekuatan.
Dapatkah orang yang lumpuh sejak lahir berdiri sendiri diatas kakinya? Tidak, itu sangat mustahil. Dia harus diangkat dan dibawa setiap hari untuk dapat meminta-minta di luar bait suci di Yerusalem. Namun Petrus memerintahkan ”Di dalam nama Yesus Kristus orang Nazareth, Berdirilah dan berjalanlah” (Kisah rasul 3:6). Seandainya orang lumpuh itu tetap diam diatas kasurnya dan berkata kepada petrus: “Aku bahkan tidak dapat berdiri, apalagi untuk berjalan atau lari. Aku telah lumpuh sepanjang hidupku, dan tidak memilii kekuatan untuk menggerakkan kaki ini dari tempat tidur ini.” Apakah saudara kira dia dapat disembuhkan? Tidak, Dia harus menerima kenyataan bahwa Yesus orang Nazareth dapat memberikan kekuatan pada tulang-tulang kakinya sehingga ia dapat berdiri dan berjalan. Ketika dia melakukan usaha seolah-olah kakinya normal. Kakinya di pulihkan kembali seperti biasa.“ Sebagaimana iman mu, seperti itulah yang terjadi.”
Saudara mungkin merasa tidak diampuni ketika memintanya, tetapi janji Tuhan adalah kita diampuni. Oleh sebab itu lupakan tentang perasaan. Percayalah bahwa itu terjadi sebab Tuhan mengatakannya. Ucapkan syukur kepada-NYA atas apa yang Dia lakukan, Karena iman-mulah yang membuat itu menjadi kenyataan.
Seseorang mungkin dapat mengatakan, “Saya pikir menjadi seorang Kristen mendapatkan kebahagiaan sebagai hasil dari menerima Yesus.” Biarkan saya meyakinkan saudara, bahwa rasa bahagia itu akan mengikuti sebagai hasil dari iman dan pengampunan, tetapi harus selalu diingat bahwa Iman harus lebih dahulu ada kemudian perasaan. Paulus benar ketika dia menulis,” Oleh sebab itu kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Tuhan oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus” (Roma 5:1). Coba bayangkan jika Perasaan bahagia datang sebelum iman dalam pengampunan. Dalam hal itu, saudara akan menjadi orang yang tidak percaya yang penuh dengan rasa damai dan kebahagiaan, dan tidak ada ciptaan semacam itu.
Apakah rahasia sebenarnya dibalik proses pengakuan tersebut? Mengapa kita harus memberitahukan kepada Tuhan tentang kesalahan dan dosa kita? Bukankah Dia sudah mengetahuinya tanpa menyatakan kepada-Nya? Tentu saja, benar bahwa kita tidak memberitahukan Tuhan tentang segala sesuatu yang Dia sudah ketahui. Dan Pengakuan kita juga tidak mengubah Dia. Namun itu mengubah kita. Cobalah tanyakan kepada siapa saja yang telah memiliki keberanian untuk meminta pengampunan. Mungkin saudara dapat mengingat pengalaman untuk memperbaiki hubungan dengan seseorang dimasa lalu. Mungkin saudara pernah berulang-ulang kali menyebarkan gosip tentang seseorang dan orang tersebut merasa bahwa andalah yang bertanggung jawab. Walaupun sulit, saudara berusaha mengumpulkan keberanian dan melemparkan kata maaf tersebut. Apakah yang terjadi setelah itu? Saudara akan merasa beban yang sungguh berat telah lepas dari pundak anda. Rasa lega yang sungguh hebat akan memenuhi jiwa saudara. Walaupun anda bukan memberitahukan sesuatu yang dia tidak tahu sebelumnya.Dia dengan sangat sadar bahwa kata-kata yang saudara keluarkan membawa rasa sakit. Saudara membutuhkan pengakuan tersebut melebihi dia.
Pemulihan
Syarat ke-3 agar dapat diampuni adalah Pemulihan. Secara sederhana, kata ini berarti bahwa kita melakukan usaha untuk memperbaiki apa yang menjadi kesalahan kita. Tentu kita menyadari bahwa tidak mungkin untuk kembali kemasa lalu dan memperbaiki setiap kesalahan, kebohongan dan setiap ketidakjujuran. Kita bahkan tidak dapat mengingat kapan saat kita melakukan kesalahan tersebut. Mungkin itu akan membuat sesorang menjadi gila karena merasa bertanggung jawab utnuk melakukan permintaan yang tidak mungkin tersebut. Namun, Roh kudus akan menggerakan hati nurani kita dan mengingatkan kita akan hal-hal yang dapat diperbaiki.
Jika sesuatu telah dicuri, tentu harus dikembalikan. Jika sebuah kebohongan dikatakan yang telah merusak reputasi seseorang, kita dapat meminta maaf dan mengatakan yang sebenarnya untuk menghilangkan noda pada karakter orang tersebut. Terkadang mungkin penjara menjadi konsekuensinya jika pencurian atau perampokan telah dilakukan, tetapi itu sangat penting untuk membayar kembali apa yang telah dilakukan. Dan Jika pemulihan tidak memungkinkan untuk dilakukan, orang yang bertobat tersebut hanya dapat percaya bahwa pengampunan/pembersihan hanya melalui darah Kristus.
Apakah sulit untuk menghadapi dan memperbaiki dosa-dosa kita di masa lalu? Bahkan ini mungkin adalah bagian yang paling mengerikan di dalam proses penebusan. Ini menjelaskan bahwa banyak orang meyakinkan diri mereka sendiri bahwa ini bukanlah syarat alkitabiah. Tetapi ini mungkin juga menjelaskan sebagian mengapa pembaharuan kerohanian sukar dipahami di dalam gereja-gereja modern? Banyak orang percaya pembaharuan yang luar biasa akan dapat menyapu gereja-gereja Kristen jika setiap anggotanya melakukan pemulihan terhadap setiap orang yang pernah mereka sakiti.
Melihat 3 syarat tersebut, pertobatan, pengakuan dan pemulihan meyakinkan kita bahwa langkah yang sangat panjang telah dilakukan untuk dapat menjadi orang Kristen yang sejati. Dosa telah diampuni dan tidak dapat lagi menghancurkan hati nurani dengan rasa bersalah. Ketika kita telah memiliki iman tersebut, percaya bahwa Tuhan telah mengambil tempat kita di kayu salib itu, transaksi yang luar biasa telah terjadi. Hukuman mati yang harusnya untuk kita secara cepat dilepaskan dari kita dan ditempatkan kepada Yesus. Seakan-akan kita bersama dengan Dia dikayu salib merasakan derita hukuman mati tersebut, namun kita berada disana hanya oleh karena iman. Dia yang mengalami rasa sakit dan hukuman tersebut untuk kita, tetapi karena kita mengakui Dia sebagai penyelamat kita. Dia sebenarnya memperlakukan kita seolah-olah kita sendirilah yang telah mati dan membayar hukuman akan tindakan dosa kita.
Tapi tidak hanya Tuhan Bapa menerima korban penebusan anaknya sebagai kepuasan hukuman mati terhadap setiap anggota ras yang jatuh, Ia memperhitungkan kepada setiap orang yang memilih untuk menerima kredit atas kehidupan yang suci sebagaimana Yesus hidup. Dengan kata lain, mereka tidak hanya dinyatakan “tidak bersalah” ; mereka dinyatakan sama benarnya dengan Juruselamat yang tidak berdosa yang tinggal di dalam daging selama 33 tahun tanpa melakukan satu dosa. Dengan cara yang menakjubkan ini semua tingkat pelanggaran dibatalkan, dan “siapapun yang mau” bisa berdiri tanpa penghukuman dihadapan Tuhan. Iman-nya sendiri telah membuka pintu baru dalam hubungannya dengan Tuhan. Ini disebut pembenaran, dan menyediakan pengampunan untuk setiap kesalahan di masa lalu dan telah bertobat, mengakui, dan meninggalkannya. Dan meskipun dapat dikatakan bahwa kematian Yesus, dalam satu pengertian, merupakan rekonsiliasi secara bersamaan untuk semua orang dengan Tuhan, namun hanya melalui menerima pengorbanan secara pribadi, siapa pun dapat mengalami “pembenaran oleh iman.”
Apakah totalitas keselamatan, kemudian, yang terdiri hanya “menghitung” dari sisi Tuhan? Apakah bagian kita hanya percaya bahwa Tuhan melakukan segala sesuatu untuk kita, dan kemudian menunggu dia untuk menghembus kita di awan-awan gelap mawar ke dalam Kerajaan Surga? Tentu tidak. Sejauh ini, kita telah menggambarkan bagian dari kebenaran oleh iman yang mengalir di luar diri kita. Ini disebut pembenaran dan didasarkan sepenuhnya pada tindakan Tuhan yang objektif atas nama kita. Memang benar bahwa kita tidak bisa bekerja agar ini diperhitungkan bagi kita untuk menjadi benar. Kita hanya dapat menerima manfaat dari darah Yesus, yang memberi kesaksian bahwa orang lain membayar hukuman bagi dosa-dosa kita. Dengan mempraktekan iman di dalam Dia, yang mengambil tempat kita dalam kematian, kami memperoleh “posisi” benar dihadapan Tuhan.
Tapi yang paling penting adalah kita memahami bahwa Tuhan tidak menganggap kita fiksi dengan memanggil kita sebagai orang benar ketika kita sebenarnya tidak. Kebenaran oleh iman mencakup lebih dari sekedar “posisi” atau “menghitung”. Tuhan tidak hanya memperhitungkan kebenaran kepada kita melalui pembenaran untuk mengurus dosa masa lalu, tetapi ia menjadikan kebenaran menjadi bagian kita melalui pengudusan untuk menjauhkan kita dari dosa-dosa masa depan. Dengan kata lain, ada “keadaan” benar di hadapan Tuhan dan juga “posisi” menjadi orang benar. Kita akan membahas lebih banyak tentang kedua aspek kebenaran oleh iman ketika kita pindah ke bab berikutnya. Perlu diingat, Apakah diperhitungkan atau diberikan, semua kebenaran berasal dari Tuhan dan ada di dalam kita saja asalkan Kristus juga ada dalam kita melalui iman.
Perlunya Kelahiran Baru
Sekarang kita bersiap untuk mempertimbangkan langkah besar kedua dalam perjalanan menarik ini, dari bumi ke surga, dan itu sangat erat hubungannya dengan transaksi iman yang kita telah bahas. Bahwa penerimaan tidak hanya membawa perubahan yang objektif akan posisi kita di hadapan Tuhan, tetapi juga menghasilkan sebuah transformasi subjektif yang fantastis di hati dan pikiran orang percaya. Yesus menyebut pengalaman dramatis ini sebagai “dilahirkan oleh Roh.” Perlunya akan hal ini diungkapkan dalam kata-kata yang segera diucapkan Yesus kepada Nikodemus, “kecuali seorang dilahirkan kembali, ia tidak bisa melihat Kerajaan Tuhan”(Yohanes 3:3).
Tidak ada cara yang mungkin untuk menganalisis atau mendiagnosa perubahan yang ajaib, dan sering kali secara spontan, menyertai tindakan iman ini. Rasul Yohanes tampaknya mengekspresikan itu sesederhana mungkin untuk dapat dikomunikasikan: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Tuhan, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yohanes 1:12). Tetapi meskipun kita tidak bisa mengerti misteri ini , kita dapat mengamati hasilnya dengan jelas. Paulus menggambarkannya dengan kata-kata ini. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama telah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17).
Seperti angin yang tak terlihat menghembus dengan lembut, Roh Kudus Tuhan masuk ke dalam kehidupan untuk menggantikan hal hal daging yang telah diserahkan dengan hal hal yang sebaliknya. Meskipun sifat alami jatuh ke dalam dosa tetap melekat dan tidak dihapus oleh kelahiran baru, pikiran duniawi diganti dengan pikiran spiritual yang memiliki kekuatan untuk menaklukkan semua keinginan dan nafsu yang mungkin timbul dari yang sifat alami tersebut. Ini adalah usaha yang terus berkembang dalam menaklukkan diri sendiri dan terus-menerus menyerahkan keinginan pribadi ke dalam tangan Kristus yang membawa kita ke langkah besar yang ketiga dalam perjalanan surgawi kita. Kita menyebutnya pengudusan.
Sekali Lagi ketika kita mengurangi kata teologi yang panjang ini menjadi makna dasar, semua kebingungan menguap. Ini hanya berarti mencintai untuk hidup patuh kepada semua keinginan Tuhan yang telah dinyatakan. Kata “cinta” membedakan tindakan-tindakan ketaatan dari penurutan yang dipaksakan hanya karena mencoba untuk mendapatkan keselamatan dengan menuruti hukum belaka. Beberapa agamawan liberal menyamakan ketaatan dan legalisme. Mereka mengabaikan perbedaan antara pelayanan hati dan pelayanan pikiran. Yang satu adalah demonstrasi yang sangat baik dari agama yang benar dan yang lain adalah penipuan yang paling berbahaya. Seseorang telah menyarankan bahwa jutaan manusia akan kehilangan surga hanya karena jarak delapan belas inci dari pikiran ke hati. Mematuhi hukum Tuhan dalam rangka memenuhi persyaratan hukum untuk keselamatan adalah pendekatan pikiran. Tetapi ketaatan hati yang tulus mengalir keluar spontan karena hubungan pribadinya dengan Kristus. Ketika kita berbicara tentang penyucian ini, kita mengacu semata-mata untuk pendekatan hati.
Ada banyak perdebatan atas cara pembenaran dan penyucian yang berhubungan satu sama lain, jadi mari kita memperjelasnya dengan pengamatan sederhana. Kita membutuhkan pengalaman keduanya untuk dipersiapkan bagi surga. Pembenaran menghubungkan kemenangan sempurna Yesus untuk menutupi dosa-dosa kita di masa lampau, tapi pengudusan memberikan kuasa kemenangan Yesus untuk menjaga kita dari perbuatan dosa selanjutnya. Kita tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lain. Siapa pun yang melatih iman yang benar telah dibenarkan. Semua yang benar-benar dibenarkan telah diubahkan, atau berubah menjadi ciptaan yang baru; dan semua yang telah mengalami kelahiran baru akan berjalan dalam penurutan kasih. Sebab-akibat adalah seketika dan tak terpisahkan. Tidak ada pembenaran tanpa penyucian dan tidak ada pengudusan tanpa pembenaran. Namun demikian, sangat penting untuk diingat bahwa pembenaran, sebagai langkah awal menuju Tuhan, secara Cuma-cuma dianugerahkan dan tidak diberikan berdasarkan pada perbuatan baik kita. Prinsip Alkitab ini mewajibkan orang percaya menerima anugerah pembenaran sebelum layak melakukan pengudusan. Maka sesuai dengan hukum, diakui sebagai hasil dari hubungan kelahiran kembali dengan Juruselamat.
Mungkin seperti yang Anda telah sadari sekarang, ada banyak orang yang mengaku Kristen yang menganggap langkah nomor tiga menjadi pilihan dalam keselamatan. Tapi kecuali kita mengabaikan banyak pernyataan sederhana dari kitab suci, tidak mungkin bagi kita untuk sampai pada kesimpulan seperti itu. Alkitab mengatakan, ” Maka sesudah Ia dijadikan penyelamat yang sempurna, Ia menjadi sumber keselamatan yang kekal bagi semua orang yang taat kepada-Nya ” (IBIS) (Ibrani 5:9). Ketaatan adalah benar-benar salah satu persyaratan spiritual untuk masuk ke dalam kerajaan. Yohanes menyatakan “ tetapi sekali-kali tiada akan masuk ke dalamnya barang apa yang najis,” (ITL) (Wahyu 21:27).
Dosa, tentu saja satu-satunya hal yang menajiskan di hadapan Tuhan, dan secara khusus dikecualikan dari memasuki pintu Surga. Dosa didefinisikan dalam Alkitab sebagai pelanggaran hukum. Ini berarti tidak akan ada pencuri, pembunuh, pezinah, dan yang lainnya di surga. Harus itu menakut-nakuti kita untuk belajar bahwa dosa yang disengaja harus disingkirkan agar diselamatkan? Sebelumnya, kita tidak mengatakan bahwa perbuatan yang baik dari penurutan adalah alasan penerimaan kita oleh Yesus, tetapi itu adalah iringan yang diperlukan dari anugerah yang diberikan secara cuma-cuma kepada semua orang yang percaya.
Tak satu pun yang telah menerima anugerah akan berkecil hati dengan persyaratan untuk menghentikan kesengajaan dalam melanggar akan kehendak Tuhan yang dinyatakan. Hati yang diubahkan bersemangat dalam menyenangkan seorang yang sangat dikasihinya. Mereka senang untuk berjalan dalam penurutan karena hukum Tuhan telah ditulis di dalam hati dan pikiran mereka.
Mengapa lebih mudah bagi kebanyakan orang Kristen untuk mengambil dua langkah pertama dari ketiga telah kami uraikan sejauh ini ? Apakah karena pengampunan dan perubahan sebagian besar dicapai bagi kita dan di dalam kita oleh kuasa Tuhan dalam menanggapi iman kita sendiri, sementara pengudusan menuntut upaya yang kuat selain iman kita ? Sangatlah mungkin. Untuk alasan itu, saya ingin berbagi, dalam beberapa paragraf berikutnya, rahasia terbesar yang pernah saya pelajari tentang kehidupan Kristen. Bagaimana seseorang berpaling dari dosa-dosa yang berakar pada kecanduan fisik atau psikologis yang kuat? Bagaimana dengan rokok, alkohol, dan obat-obatan?
Menuntut Kemenangan-Pengudusan
Jumlah kemenangan atas segala dosa telah dijanjikan melalui sejumlah ayat Alkitab, tapi empat darinya akan cukup untuk membawa kelepasan bagi setiap orang yang akan menuntut itu dalam iman. Izinkan saya memberikan pesan kepada Anda secara pribadi tentang kelemahan yang menimpa Anda, masalah, atau kecanduan? Sederhananya, langkah-langkah praktis untuk Anda pelajari bisa membuat perbedaan antara hidup dan mati pada masa depan Anda. Lepaskan apa pun yang mengalihkan Anda dari rumus Alkitab ini menjamin untuk memecahkan setiap rantai atau kebiasaan dalam hidup Anda bahwa Anda bersedia untuk melepaskan.
Teks pertama berisikan prinsip paling penting tentang kemenangan atas dosa. “Tetapi syukur kepada Allah; Ia memberikan kepada kita kemenangan melalui Yesus Kristus Tuhan kita!” (IBIS) (1 Korintus 15:57). Biarlah kebenaran mulia ini ditanamkan pada pikiran Anda. Kemenangan adalah anugerah! Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa Anda sendiri peroleh (sebaagai upah) atau layak. Juga bukan diberikan sebagai pemberian atas usaha keras dan perjuangan. Hal ini dengan cuma-cuma diberikan kepada barangsiapa yang memintanya dengan cara yang benar. Tapi, mungkin Anda bertanya, apa cara yang tepat untuk meminta kepada Tuhan atas pemberian (anugerah) ini? Jawabannya terkandung hanya dalam satu kata – iman. Yesus berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” (ITB) Segala sesuatu yang dijanjikan dalam Alkitab adalah milikmu untuk diminta, tapi Anda harus percaya itu dalam aturannya untuk menerimanya.
Sekarang mari kita ilustrasikan prinsip itu dengan beralih kepada ayat kedua. ” (ITB) Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7:11, tambahkan penekanan)? Perhatikan bahwa ayat ini juga berbicara tentang meminta pemberian (anugerah), dan teks sebelumnya mengatakan bahwa pemberian (anugerah) adalah “kemenangan” atas dosa. Dari perkataan Yesus, kita belajar bahwa Bapa-Nya lebih bersedia dan bersemangat untuk memberikan kita “hal-hal baik” yang kita minta dibandingkan saat kita memberi makan anak-anak kita ketika mereka lapar!
Pertanyaan berikutnya: “Apakah kemenangan adalah hal yang baik untuk diminta?” Tentu saja, dan kemenangan juga merupakan “anugerah (karunia),” seperti yang kami beritahukan dalam 1Korintus 15:57. Dan pada otoritas perkataan Yesus sendiri, jika kita meminta pemberian (anugerah) yang baik ini, Tuhan akan memberikan lebih bebas daripada kasih orang tua dalam memberi makan anak-anak mereka.
Bahkan kita juga tidak perlu memasukkan frase “Jadilah yang Kau kehendaki” kedalam permintaan doa ini, karena Alkitab telah meyakinkan kita bahwa itu adalah kehendak-Nya untuk membebaskan kita dari segala dosa. Jika kita meminta beberapa pemberian fisik, seperti penyembuhan atau pekerjaan yang lebih baik, kita pasti harus menyertakan kalimat itu dalam doa kita.
Saat ini kita siap untuk membuat sebuah pengamatan. Apapun karunia kemenangan atas dosa yang Anda minta, itu akan segera diberikan. Jika Anda tidak percaya dengan segenap hati Anda, maka jangan mengejar rencana ini lebih jauh. Jika Anda percaya kemenangan akan menjadi milik Anda saat Anda memintanya, kemudian berlututlah dan minta kepada-Nya sekarang, sebutkan dosa dengan namanya. Ketika Anda bangkit dari lutut, Anda tidak akan merasa bahwa sesuatu telah berubah, tapi perasaan Anda tidak ada hubungannya dengan itu. Sebuah hal yang indah telah terjadi. Begitu Anda berdoa, Allah menempatkan kuasa dari seorang Penanggung perkasa ke dalam hidup Anda. Kekuatan itu adalah kemenangan atas dosa Anda! Anda memilikinya sekarang!
Beberapa orang mungkin bertanya, “Bagaimana saya bisa tahu kemenangan telah diberikan?” Sederhana saja, karena Tuhan berjanji akan memberikannya ketika Anda meminta kepada-Nya. Dalam beberapa kasus Tuhan sesungguhnya melepaskan rasa atau keinginan untuk melakukan dosa itu, tapi itu bukanlah cara yang biasa Dia lakukan. Keinginan dapat tetap kuat di sebagian besar mereka yang mencari pembebasan, namun mereka masih memiliki kekuatan dari Tuhan untuk tidak pernah menyerah kepada keinginan itu lagi. Rahasianya adalah menerimanya tanpa pertanyaan bahwa apa yang dijanjikan Tuhan memang terjadi.
Apakah Anda ingat bagaimana Petrus berjalan di atas air? Yesus meyakinkannya bahwa dia bisa melakukannya, dan nelayan yang handal itu melangkah keluar dari perahu dan mulai melakukan hal yang mustahil. Tidak ada yang bisa berjalan di atas air, tapi Petrus melakukannya-untuk sementara waktu. Berapa lama dia melakukannya? Alkitab mengatakan angin dan gelombang ribut, dan ia menjadi takut. Apa yang dia takutkan? Jelas, tenggelam dan mati tenggelam. Tapi tidakkah ia meragukan perkataan Yesus? Guru besar itu telah memberitahu Petrus bahwa ia bisa datang kepada-Nya.
Dengan cara yang sama, Dia telah berjanji untuk memberikan kemenangan sebagai pemberian (anugerah). Dia mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Apa respon kita? Apapun kelemahan kerohanian kita, kita harus “melangkah keluar dari perahu” dan meneguhkan bahwa kita memiliki kekuatan dari Tuhan tidak akan menyerah kepada dosa itu lagi. Kita dapat memberitahu siapa pun atau semua orang bahwa Allah telah membebaskan kita, dan kita tidak lagi terikat dengan kebiasaan itu. Iman kita akan bertumbuh seperti yang kita saksikan atas apa yang telah dilakukan Tuhan, dan juga karena kita tanpa putusnya bersyukur dan memuji-Nya atas kemenangan yang dianugerahkannya.
Paulus menulis: ” Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, “(ITB) (Roma 6:11). Ini adalah kata yang paling penting bagi mereka yang menguasai langkah rencana iman. Kata “memandang (ITB)/menganggap (Reckons-KJV)” berarti melakukan perhitungan. Tidak boleh ada syarat dalam mempertimbangkan dosa sebagai “mati” dalam dasar janji Tuhan. Godaan terbesar kita, pada pokok ini, adalah untuk berpikir tentang banyak kali kita telah mencoba dan gagal untuk menempatkan dosa ini keluar dari kehidupan kita. Setan akan menyerang iman kita dengan menyarankan bahwa kita tidak mungkin bertahan hidup tanpa terlibat dosa tertentu, dan bahwa kita terlalu lemah untuk menyerah. Ujian terbesar kita akan membanjiri dan menenggelamkan bahwa pendapat “mencoba” dari sifat-alami (diri) dan fokus dengan iman pada rencana anugerah Tuhan dari kemenangan mutlak.
Iman Membuat Tidak Ada Ketentuan untuk Gagal
Ayat terakhir dalam penuntutan kelepasan ditemukan dalam Roma 13:14: (IBIS) “Biarlah Tuhan Yesus Kristus yang menentukan apa yang kalian harus lakukan. Dan janganlah menuruti tabiat manusia yang berdosa untuk memuaskan hawa nafsu.” Meletakkan kayu terakhir dalam kepercayaan Tuhan, rencana yang sempurna dari pemberian kemenangan. Bagaimana orang mati dapat meletakan rencana-rencana agar tetap berbuat dosa? Jika Anda tahu, Anda akan mati esok pagi, akankah Anda membuat syarat untuk esok siang? Jika Anda “Menganggap diri anda mati” atas segala dosa melalui kuasa Firman, itu akan menjadi pertentangan alam agar bertindak seolah-olah dosa itu masih dalam kendali. Ini juga akan menjadi penolakan akan janji Tuhan. Jika Dia mengatakan Anda memiliki kemenangan, percaya itu!
Sekarang sudah jelas di hadapan kita sebuah skema rumit keselamatan seperti yang telah dijelaskan di dalam Alkitab. Tiga langkah besar yakni Penghapusan dosa, Lahir Baru, dan Penurutan. Setiap anak, remaja, atau orang dewasa dapat mengambil langkah-langkah ini sekarang dan melewati dari maut kepada kehidupan. Tidak ada yang misterius tentang datang kepada Yesus untuk diselamatkan. Dosa-dosa diampuni dengan memenuhi tiga keadaan yang diberikan dalam Alkitab- pertobatan, pengakuan, dan pemulihan (restitusi). Kami telah mengurangi kata-kata panjang kepada persamaan yang paling sederhana agar di mengerti.
Kami telah menunjukkan bahwa langkah besar kedua untuk Kristus adalah pengalaman kelahiran-baru. Perubahan besar ini terjadi ketika seseorang menerima Yesus sebagai pengganti pribadi dan Juruselamat. Ini sering terjadi dalam hubungannya dengan pembenaran diperhitungkan (The imputed justification) yang dihargai ketika dosa diakui. Hasil hubungan kasih, dengan ketaatan (penurutan) pelayan, memenuhi langkah terakhir dalam proses menjadi seorang Kristen.
Jika Anda belum memasukkan sepenuhnya ke dalam hubungan yang menyenangkan ini dengan Tuhan Yesus, jangan ragu untuk mengambil tiga langkah sekarang. Dan jika ada kebingungan tentang apa yang harus dilakukan atau bagaimana melakukannya, Lupakan saja tentang protokol atau prosedur dan beritahukan Tuhan dengan tepatnya bagaimana perasaan Anda dan apa yang Anda rindukan. Dia akan berada di sana untuk memimpin Anda ke dalam pengalaman yang paling memuaskan yang pernah Anda bayangkan.