Dan orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, sedang sukacita abadi meliputi mereka; kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh. Yesaya 35:10
Di sana akan terdengar suara musik dan lagu yang cocok di hadapan Allah. Telinga dan pikiran orang fana belum pernah mendengar dan memahami musik dan lagu semacam ini.
“Di sana terdapat para penyanyi dan pemain alat-alat musik.” “Mereka akan mengangkat suara mereka, mereka akan menyanyikan lagu kebesaran Tuhan.” “Sebab Tuhan akan menghiburkan Sion: . . . Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman Tuhan. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.”
Kepada saya telah ditunjukkan ketertiban, kesempurnaan tertibnya sorga itu, dan saya merasa terpesona sementara mendengar keharmonisan suara musik itu. Setelah keluar dari khayal, kedengarannya suara musik di dunia ini kasar dan sumbang. Saya telah melihat rombongan malaikat yang berdiri pada sebuah lembah yang berbentuk empat segi, dan masing-masing memegang kecapi emas. Pada ujung kecapi itu terdapat sebuah alat yang dapat diputar untuk mengatur kecapi atau mengganti lagu. Jari-jemari mereka bukan memetik tali kecapi secara semberono, melainkan memetik tali senarnya satu persatu untuk mendapatkan suara yang berbeda-beda. Ada seorang malaikat yang selalu memimpin, yang mula-mula memetik kecapinya dan menentukan nada, kemudian barulah semua bergabung, memadukan suara untuk menghasilkan suara musik sorga yang amat merdu. Tak terlukiskan merdunya. Suara merdu itu suci, sorgawi, sementara dari wajah setiap orang memancarkan gambar Yesus, berkilau-kilauan dengan sinar terang yang tak ada bandingnya.
Lagu yang bagaimanakah yang akan dinyanyikan bilamana orang yang ditebus Tuhan bertemu. … Segenap sorga penuh dengan suara musik yang merdu, lagu-lagu pujian kepada Anak Domba itu. Keselamatan, keselamatan yang kekal dalam kerajaan yang mulia! Untuk mendapatkan hidup yang setara dengan hidup Allah – itulah upahnya.
Segala bahasa manusia tidak mampu melukiskan tentang sorga itu. Sementara pemandangan itu muncul di hadapan saya, saya terheran-heran sampai tidak sadarkan diri. Dibawa pada pemandangan luas yang amat mengagumkan dan kemuliaan yang gilang-gemilang, saya meletakkan pena saya dan berseru. “Aduh, betapa kasih! betapa ajaibnya kasih itu! “Bahasa manusia yang paling tinggi sekalipun tidak dapat melukiskan kemuliaan sorga itu, atau kedalaman yang tak terhingga dari kasih Juruselamat itu.
Maranata Hal. 361