Kedewasaan Batin Mendatangkan Kebahagiaan
Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. 1 Yohanes 4:7
Dari sudut pandangan orang Kristen, kasih adalah kuasa. Kekuatan akal dan rohani terlibat dalam prinsip ini. Kasih sejati mempunyai kemanjuran khusus untuk melakukan yang baik, dan tidak dapat berbuat sesuatupun kecuali yang baik. Kasih itu mencegah timbulnya perselisihan dan kesedihan, serta membawa kebahagiaan yang paling indah. Kekayaan sering menjadi satu pengaruh yang merusak dan membinasakan; kekuatan sering melukai; akan tetapi kabenaran dan kebaikan adalah milik kasih yang murni.
Seorang yang berdamai dengan Allah dan sasamanya manusia tak akan dirundung rasa duka. Iri hati tidak akan terdapat dalam hatinya; sangka-sangka jahat tidak mendapat tempat di sana; begitu pula kebencian. Hati yang selaras dengan Allah diangkat ke atas segala gangguan dan ujian yang menimpa hidup.
Hal yang setan tanamkan dalam hati—iri hati, cemburu, sangka-sangka jahat, tidak sabar, prasangka, mementingkan diri sendiri, tamak dan sombong—haruslah dicabut. Jika hah-hal yang jahat ini dibiarkan tinggal dalam jiwa, maka mereka akan mengeluarkan buah yang akan mencemarkan banyak orang. Oh, betapa banyak orang yang memelihara tetumbuhan yang beracun membunuh buah-buah kasih yang indah itu dan mencemarkan jiwa!
Hanya kasih yang mengalir dari hati Kristus yang dapat menyembuhkan. Hanya Dialah, yang dari padaNya kasih itu mengalir, seperti getah pohon atau darah dalam tubuh, dapat menyembuhkan jiwa yang luka.
Perantara kasih mempunyai kuasa karena hal itu dari Tuhan. Jawab yang lembut yang lembut yang “menyurutkan murka,” kasih yang “sabar dan murah hati,” kebajikan yang menutupi banyak sekali dosa”—Akan kita pelajari bersama-sama, dengan kuasa yang menyembuhkan yang akan dikaruniakan kapada kita! Bagaimana kehidupan akan diubahkan, dan dunia ini akan manjadi suatu dunia yang menyerupai dan menjadi pendahuluan bagi sorga!
Hidupku Kini, hal. 181