Bagaimana Kristus menyangkal diri-Nya untuk kebaikan orang lain?
“Dalam prinsip-Nya yang teguh seperti batu, hidup-Nya mengungkapkan kasih karunia dalam keramah-tamahan yang tidak mementingkan diri sendiri.” Desire of Ages, hal. 69.
“Dari tahun-tahun awal kehidupan-Nya, Dia dikuasai oleh satu tujuan; Dia hidup untuk memberkati orang lain.” Ibid, hal. 69.
“Dia akrab dengan kemiskinan, penolakan diri, dan penderitaan.” Ibid, hal. 72.
“Dia Bekerja dengan sungguh-sungguh bagi kemanusiaan.” Ibid, hal. 86.
“Seringkali tak seharusnya pekerjaan-Nya dibuat begitu berat hanya karena Dia bersedia dan tak mengeluh.” Ibid, hal. 89.
Maria melihat Dia “Mengorbankan diri-Nya untuk kebaikan orang lain.” Ibid, hal. 90.
“Kristus benar-benar mengosongkan diri-Nya hingga Dia tidak membuat rencana untuk diri-Nya.” Ibid, hal. 208.
“Yesus sepenuhnya berserah kepada kehendak Allah sehingga Bapa saja yang terlihat dalam hidup-Nya.” Ibid, hal. 389.
“Yesus tidak merasakan surga tempat yang diinginkan sementara kita hilang.” Ibid, hal. 417.
“Dia berdiam di tengah kasih dan persekutuan surga, tetapi di dunia yang telah Ia menciptakan, Dia [merasa] dalam kesendirian.” Ibid, hal. 422.
“Ia mati untuk menebus kita.” Ibid, hal. 504.
“Ia tidak pernah memiliki kesedihan yang mementingkan diri.” Ibid, hal. 576.
“Seluruh kehidupan Kristen telah menjadi kehidupan pelayanan yang tidak mementingkan diri sendiri.” Ibid, hal. 642.
“Pikirannya tentang apa yang Ia sendiri harus derita selalu berhubungan dengan murid-murid-Nya. Dia tidak memikirkan diri-Nya sendiri. Kepedulian-Nya bagi mereka adalah yang paling utama dalam pikiran-Nya.” Ibid, hal. 643.