Tidak diragukan lagi bahwa semua orang yang diselamatkan akan memiliki hubungan pribadi dengan Yesus. Mereka akan mengenal Dia dan dikenal oleh-Nya (Yohanes 17:3). Dan seperti yang terjadi dalam semua hubungan kasih yang harmonis, orang-orang yang diselamatkan pasti ingin menyenangkan hati Yesus — tidak perlu dipertanyakan lagi.
Jadi, sebelum membaca judul artikel ini, janganlah berpikir bahwa orang yang diselamatkan belum atau tidak akan memiliki hubungan dengan Yesus—mereka memiliki hubungan yang luar biasa dengan Yesus!
Tetapi yang saya tunjukkan adalah bahwa seseorang dapat memiliki hubungan dengan Yesus, pengalaman pribadi, akrab, dan intim dengan Yesus dan masih belum diselamatkan—karena hubungan itu harus menyebabkan sesuatu dalam diri orang berdosa yang membuka pintu bagi orang tersebut untuk diselamatkan oleh Yesus.
Dengan kata lain: Apakah keselamatan hanya sekadar memiliki hubungan dengan Yesus, atau apakah keselamatan adalah sesuatu yang kita alami dari dan melalui hubungan pribadi kita dengan Yesus?
Saya bertanya apakah mungkin untuk memiliki hubungan pribadi dengan Yesus dan masih belum diselamatkan karena hasil utama dari keselamatan yang seharusnya terjadi di dalam diri kita melalui hubungan pribadi kita dengan Yesus tidak terjadi.
Coba pikirkan tentang Lusifer di surga—apakah ia memiliki hubungan yang nyata, secara pribadi dengan Yesus? Apakah hubungan itu menyebabkan Lusifer tetap setia? Apakah hubungan itu menyebabkan Lusifer bertobat dan diselamatkan setelah pemberontakannya?
Bagaimana dengan Yudas di bumi—apakah ia memiliki hubungan pribadi yang nyata dan secara pribadi dengan Yesus? Apakah hubungan pribadi yang dimiliki Yudas dengan Yesus menghasilkan keselamatan baginya? Mengapa tidak?
Apa yang tidak dimiliki oleh Lusifer dan Yudas meskipun mereka memiliki hubungan pribadi dengan Yesus? Mereka tidak mempercayai Yesus dan tidak mengasihi Dia lebih dari diri mereka sendiri!
Apakah elemen inti yang menjadi faktor utama dari apa artinya diselamatkan? Inilah yang Yesus gambarkan kepada Nikodemus – dilahirkan kembali; menerima, melalui hubungan kita dengan Yesus, hati yang baru dan roh yang benar; mati terhadap sikap takut dan mementingkan diri sendiri dan hidup untuk mengasihi dan mempercayai; diciptakan kembali di dalam hati; diciptakan kembali dalam kebenaran oleh Roh Kudus — yang kesemuanya itu dicapai melalui hubungan pribadi dengan Yesus, melalui kepercayaan kita kepada-Nya. Agar hubungan pribadi dengan Yesus menghasilkan keselamatan, hubungan tersebut harus menyebabkan hati kita yang berdosa dan tidak percaya diubahkan menjadi kasih dan kepercayaan -—dengan kata lain, kita harus benar-benar mempercayai Yesus dan mengasihi-Nya serta metode, rancangan hukum, dan prinsip-prinsip-Nya. Kita harus memilih untuk membuka pintu hati kita kepada-Nya dan membiarkan Dia masuk. Yesus berdiri di depan pintu dan mengetuk, tetapi kita mengalami keselamatan hanya jika kita membuka pintu hati kita dan percaya kepada-Nya.
Di surga, Lusifer merusak kepercayaannya kepada Allah dan tidak pernah memulihkannya. Meskipun Yudas memiliki hubungan pemuridan dengan Yesus, dia tidak pernah benar-benar percaya kepada Yesus. Yudas memiliki pengalaman pribadi dengan Yesus, tetapi tidak pernah mati bagi diri sendiri dan tidak pernah dilahirkan kembali untuk mengasihi Allah dan sesama melalui kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Yesus.
Apakah ada bahaya jika kita berpikir bahwa keselamatan ada di dalam hubungan dengan Yesus dan bukannya diubahkan oleh pekerjaan Roh Kudus melalui hubungan kita dengan Yesus?
Bagaimana jika seseorang lebih memilih Kristus yang palsu, penipu, pemaksa hukum dan pemberi hukuman, percaya bahwa dia adalah ilahi, bahwa “Yesus penegak hukum” adalah Yesus yang benar—dapatkah mereka menjalin hubungan dengan Yesus tersebut, dan dalam hubungan itu, dapatkah mereka mempercayai Yesus tersebut untuk membayar denda hukum mereka, dan suatu hari nanti menghukum musuh-musuh mereka yang tidak bertobat dan kemudian pergi keluar dalam nama Yesus tersebut untuk melakukan “keadilan” dan menghakimi musuh-musuh mereka yang tidak mau bertobat, menghapus kejahatan dosa mereka dari catatan, dan suatu hari nanti menghukum semua musuh mereka atas kejahatan dosa mereka yang tidak bertobat dan kemudian pergi dalam nama Yesus itu untuk melakukan “keadilan”, untuk maju ke depan dengan hukum dan hukuman untuk menumpas pemberontakan dan dosa — seperti yang dilakukan oleh Saulus dari Tarsus di Jalan Damsyik?
Dan apa yang akan Yesus katakan kepada para penyembah seperti itu ketika mereka mengklaim bahwa mereka melakukan semua ini dalam nama-Nya? Yesus menubuatkan:
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:22, 23).
Yesus akan menyuruh mereka pergi dan mengatakan bahwa Dia tidak pernah mengenal mereka—mereka sebenarnya tidak memiliki hubungan kepercayaan dengan-Nya, tetapi lebih memilih “Yesus” yang berkarakter seperti Iblis.
Ya—semua orang yang diselamatkan akan memiliki hubungan yang pribadi, mendalam, penuh kasih, dan intim dengan Yesus, dan melalui hubungan itulah kepercayaan dipulihkan dan mereka menerima Roh Kudus yang berdiam di dalamnya, yang mengubah dan menyembuhkan mereka untuk menjadi seperti Yesus. Keselamatan berarti kesembuhan; keselamatan berarti diselamatkan dari dosa; keselamatan berarti memulihkan hukum Allah di dalam diri kita dan membersihkan hati, pikiran, dan karakter kita dari rasa takut, keegoisan, dan ketidakpercayaan — dan hal ini mengharuskan kita untuk mengenal Allah dan Yesus Kristus serta mati terhadap diri kita sendiri dan sungguh-sungguh percaya kepada Yesus serta terlahir kembali untuk mengasihi Allah dan orang lain lebih dari diri sendiri.
Inilah bagaimana rasul Petrus diselamatkan. Melalui hubungannya dengan Yesus, ia mengalami transformasi hati yang mengalahkan rasa takut dan keegoisan yang melekat pada dirinya, yang menjadi penghalang bagi keselamatannya. Pada Perjamuan Terakhir, Yesus berkata kepada Petrus,
Simon, Simon, lihatlah, Iblis menginginkan engkau, supaya ia dapat mengayak engkau seperti gandum: Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan goyah, dan apabila engkau telah bertobat, kuatkanlah saudara-saudaramu (Lukas 22:31, 32 KJV, terjemahan bebas).
Petrus menjawab, “Tuhan, aku siap untuk pergi bersama-Mu ke dalam penjara dan ke dalam maut” (ay. 33, KJV).
Tetapi kita tahu ceritanya. Petrus menyangkal Yesus dengan sumpah serapah, dan ketika ayam berkokok dan Petrus baru saja menyangkal Tuhannya,
Tuhan menoleh dan menatap Petrus, dan Petrus teringat bahwa Tuhan telah berkata kepadanya, “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Dan Petrus keluar dan menangis dengan sedihnya (Lukas 22:61, 62 ).
Hubungan Petrus dengan Yesus membawa konflik antara rasa takut dan keegoisan yang melekat pada dirinya dengan kasih dan kepercayaannya kepada Yesus. Dia harus memilih, dan pada saat itu, dia memilih rasa takut dan keegoisan. Dia menangis tersedu-sedu karena dia menyadari bahwa hatinya masih dikuasai oleh dosa, tetapi pada saat itulah dia bertobat, ketika dia akhirnya menyerahkan kehidupan lamanya kepada Yesus dan dilahirkan kembali dengan hati yang baru dan roh yang benar, ketika dia mengalami kuasa yang mengubahkannya untuk menjalani hidup yang baru dalam kasih. Yesus menegaskan hal ini di pantai setelah kebangkitan-Nya:
Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon anak Yohanes, benarkah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka?”
“Ya, Tuhan,” jawab Simon, ”Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.”
Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Sekali lagi Yesus berkata, “Simon anak Yohanes, apakah engkau sungguh-sungguh mengasihi Aku?”
Ia menjawab, “Ya, Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”
Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Untuk ketiga kalinya Yesus berkata kepadanya, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”
Petrus sakit hati karena Yesus bertanya untuk ketiga kalinya, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Ia menjawab, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”
Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yohanes 21:15-17 KJV).
Keselamatan lebih dari sekadar memiliki hubungan dengan Yesus, melainkan menjadi seperti Yesus melalui hubungan dengan-Nya!