Allah dalam Hidupku
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. Yesaya 41 :10
Allah senantiasa berhubungan secara aktif dengan setiap bagian alam semesta milik-Nya. Ia digambarkan sebagai memiringkan tubuh-Nya ke arah bumi dan penghuninya. Ia mendengarkan setiap kata yang diucapkan. Didengar-Nya setiap keluh kesah; Ia mendengarkan setiap doa; Ia memperhatikan gerakan setiap orang. . . .
Allah senantiasa memelihara umat-Nya. . . . Kristus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa perhatian yang diberikan Tuhan kepada setiap benda di bumi sesuai dengan status benda itu seperti dimaksudkan ketika Tuhan menciptakannya. Ia mengarahkan perhatian mereka kepada burung-burung yang beterbangan di udara. Tidak ada seekor burung pipit pun, kata-Nya, jatuh ke bumi tanpa sepengetahuan Bapa kita yang di surga. Dan kalau burung pipit diperhatikan-Nya tentulah jiwa manusia, untuk siapa Kristus telah mati, sangat berharga dalam pandangan-Nya. Nilai manusia, nilainya menurut pandangan Allah, dinyatakan di Salib Golgota. . . .
Kemurahan dan kasih Allah bagi bangsa manusia yang telah jatuh masih terus bertambah-tambah, kasihNya belum beralih dari bumi ini.
Memang benar, kekecewaan-kekecewaan akan datang; kita harus mengharapkan penderitaan-penderitaan; tetapi kita harus menyerahkan kepada Tuhan segalanya, perkara kecil maupun perkara besar. Ia tidak dibingungkan oleh kesusahan-kesusahan yang banyak yang senantiasa mencekam kita, atau menjadi kewalahan karena beban-beban kita. Perhatian dan penjagaan-Nya ditujukan kepada setiap rumah tangga, dan melingkari setiap orang. Ia turut memikirkan urusan-urusan dan kesusahan-kesusahan kita. Diperhatikan-Nya setiap tetesan air-mata; hati-Nya tersentuh karena penyakit-penyakit kita. Semua kesengsaraan dan pencobaan yang kita alami di dunia ini diizinkan oleh-Nya supaya terwujud rencana-rencana kasih-Nya terhadap kita—”supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya,” dengan demikian turut menikmati kebahagiaan yang sempurna yang terdapat dalam kehadiran-Nya.
Hidupku Kini, hlm. 294
