Rekreasi dan Hiburan
Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan kesukaan. Pengkhotbah 2:26
Orang muda tak dapat dibuat bersikap seperti tenangnya orang yang lanjut usia, anak kecil seperti tenangnya seorang bapa. Sementara hiburan-hiburan yang mendatangkan dosa tidak dibenarkan, . . . sediakanlah sebagai gantinya kesenangan-kesenangan yang baik; yang tidak akan merusak atau menodai akhlak.
Ada perbedaan yang jelas di antara rekreasi dan hiburan. Rekreasi apabila digunakan seperti namanya, menciptakan kembali, cenderung menguatkan dan membangun. Rekreasi itu memanggil kita menyingkirkan dari beban dan pekerjaan sehari-hari, menyegarkan pikiran dan tubuh, dan dengan demikian menyanggupkan kita kembali dengan kekuatan yang baru kepada pekerjaan dalam kehidupan. Di pihak lain, hiburan itu dicari untuk kesenangan, dan sering melampaui batas; hal itu menyerap tenaga yang diperlukan untuk pekerjaan yang berguna, dan dengan demikian hal itu menjadi penghalang kepada hidup sukses yang sebenarnya.
Sementara kita menyingkirkan kepalsuan dan tiruan. . .kita harus menyediakan sumber-sumber kesenangan yang murni dan agung serta meluhurkan.
Hari-hari libur kita janganlah dimanfaatkan menurut teladan dunia ini, namun janganlah hal itu dilewatkan dengan membiarkannya begitu saja. . . . Pada hari-hari ini . . . ambillah sesuatu yang menggantikan hiburan-hiburan yang membahayakan.
Tidak ada rekreasi yang menolong selain dari pada bagi mereka yang mau memanfaatkan berkat yang begitu besar kepada anak-anak dan orang-orang muda, sehingga mereka menjadi penolong bagi orang-orang lain.
Tidakkah baik bagi kita merayakan hari-hari raya bagi Allah, bilamana kita dapat mengingat dengan segar tentang hubungan-Nya dengan kita? . . .
Dunia mempunyai banyak hari raya, dan manusia terpikat dengan permainan-permainan, pacuan-pacuan kuda, berjudi, merokok, dan mabuk-mabuk. Mereka mempertunjukkan dengan jelas di bawah panji siapakah mereka sedang berdiri. . . Tidakkah umat Allah lebih sering mengadakan kumpulan yang suci dalam kesempatan mana mereka megucapkan syukur kepada Allah atas berkat-berkat-Nya yang limpah?
Hidupku Kini, hal. 215