Babel Kuno mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Nebukadnezar (604–562 SM) dan mungkin merupakan kota kuno yang terbesar. Babel ibarat alun-alun besar, dengan panjang total 15 mil di setiap sisi, dengan kuil Marduk dan Menara Babel di pusatnya. Daerah ini dibagi menjadi dua bagian yang sama oleh sungai Eufrat yang mengalir di bawah tembok, yang juga berfungsi untuk mengairi dan mensuplai seluruh kota metropolitan.
Babel memiliki 25 jalan, selebar 150 kaki, yang membentang di kota dari utara ke selatan. Jumlah jalan yang sama berlawanan dengan jalan itu dari timur ke barat, membentuk total 676 blok besar, masing-masing dengan luas hampir tiga perempat mil persegi. Nebukadnezar juga membangun benteng besar dengan dinding tebal dengan lebar 67 kaki di bagian bawah hingga 54 kaki di atas; empat kereta kuda bisa berpacu berdampingan di atas tembok.
Babel kuno itu tidak hanya besar, tetapi juga indah! Bangunan-bangunan publik dilapisi dengan batu bata mengkilap cerah dalam berbagai warna. Dinding luar kota itu berwarna kuning, gerbang biru, istana berwarna merah, dan kuil-kuil putih. Semua ini, ditambah dengan taman gantung yang terkenal, menjadikan kota metropolis ini sangat megah, tiada bandingnya dengan kota lainnya pada saat itu.
Namun Allah menubuatkan bahwa Babel kuno akan dihancurkan dan tidak akan pernah dibangun kembali. (Lihat Wahyu 18: 8.). Sebuah pesan khusus juga diberikan tentang Babel dalam Wahyu 14. “Dan seorang malaikat lain, malaikat kedua, menyusul dia dan berkata: “Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, yang telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya” (Wahyu 14: 8).
Babel mewakili organisasi yang menyatakan berpihak pada Tuhan tetapi sebenarnya justru sebaliknya. Keindahan dan kemewahannya telah membodohi orang untuk berpikir adanya kebenaran yang bisa ditemukan di sana. Tetapi itu adalah tiruan dari Injil iman yang sejati. Kota simbolis ini berdiri di belakang semua yang menentang Allah sepanjang sejarah manusia.
Jangan tertipu oleh apa yang terlihat bagus di luar. Kebenaran yang mengubah hati ditemukan jauh di dalam Firman Tuhan.
Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.
Wahyu 18:4
-Doug Batchelor-