Banyak dari mereka yang menderita sakit yang melemahkan dan memilih untuk boleh dibantu bunuh diri adalah para orang tua. Alasannya adalah mereka telah hidup secara penuh, dan sekarang penyakit akhir mereka telah berlangsung sebegitu rupa beratnya, sehingga mereka memilih “pilihan terakhir.”
Tetapi keputusan Brittany Maynard berbeda. Orang muda ini baru berusia 29 tahun tetapi telah terdiagnosa dengan kanker otak yang tidak tersembuhkan, memilih untuk mengakhiri hidupnya di saat kebanyakan pasien seumurannya memiliki terapi agresif sampai akhir.
Menurut jurnal pembelajaran medis New England dari 114 pasien, hanya 16 persen dari pasien yang sakit kanker terminal yang bertanya mengenai bantuan untuk bunuh diri akhirnya memutuskan mengakhiri hidupnya. Sepertiga dari mereka yang bertanya sebenarnya mendapatkan resep yang akan membantu mengakhiri hidupnya terpenuhi, tetapi kebanyakan tidak pernah pergi lebih jauh setelah menanyakannya. [1]
Sebagaian argument dari bantuan untuk bunuh diri berfokus pada masalah “kualitas hidup” vs. “kuantitas hidup.” Adalah bukan tujuan dari blog ini untuk berdiri memihak atas permasalahan pelik ini. Beberapa orang yang membaca tulisan ini mungkin memiliki orang yang mereka kasihi yang menderita penyakit yang akan mengakhiri hidup mereka. Orang Kristen harus menunjukkan belas kasihan pada mereka yang bergumul seputar pertanyaan hidup dan mati ini.
Jadi daripada itu mari memfokuskan kembali masalah ini bagi kita semua yang tidak sedang menghadapi penyakit mematikan yang akan mengakhiri hidup dalam jangka pendek. Janganlah pernah kita lupakan bahwa kecuali Kristus datang dalam waktu hidup kita, kita semua akan mati. Kita semua telah membahas bunuh diri sebelumnya, jadi marilah kita ambil waktu merenungkan apa yang Alkitab katakan sehingga kita dapat hidup dengan mulia.
Yesus mengatakan, “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10). Kristus datang untuk membantu orang-orang hidup dalam kepenuhan dan damai. “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yohanes 15:11).
Apa yang Anda lakukan saat Anda kehilangan harapan, saat dimana Anda tidak merasa hidup meski Anda tidak sedang menghadapi sebuah penyakit mematikan? Jawabannya adalah untuk tidak menempatkan harapan Anda pada hal-hal yang tidak dapat diandalkan, seperti halnya narkoba, alkohol, immoralitas, dan uang. Harapan kita satu-satunya adalah dalam sesuatu yang tidak pernah berubah atau mengecewakan kita.
Yesuslah pengharapan itu. Dia-lah satu-satunya yang dapat membantu kita hidup dengan mulia dan penuh sukacita. Anda dapat memiliki semua obat, semua mobil yang baru, rumah yang termegah, pacar yang tercantik, kepopuleran, dan ketenaran… dan masih tetap sepenuhnya merasa hampa. Rasa sakit dalam hati Anda hanya dapat dipenuhi dengan Kristus dan kasih-Nya bagi Anda.
Sebuah masa depan tanpa Tuhan tidaklah berpengharapan. Alkitab mengatakan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).
Jika Anda merasa tanpa pengharapan, berpalinglah pada Yesus. Berserulah pada-Nya dari dalam hati Anda. Ia siap berdiri membawa Anda pada kepenuhan hidup.