Dalam artikel yang pertama kita telah melihat tiga kesalahan pertama yang Pilatus buat dan seringkali itu pula yang dibuat manusia. Yang pertama adalah menghindari membuat keputusan yang benar. Kedua adalah ragu untuk untuk melakukan apa yang benar sesuai firman Tuhan. Dan yang ketiga adalah berkompromi dengan kebenaran firman Tuhan demi menyenangkan manusia.
Mari kita lanjutkan untuk membahas tiga kesalahan Pilatus selanjutnya
Salah satu dari jenis hukuman paling kejam yang ada di Romawi kuno adalah hukuman cambuk. Cambuk akan terbuat dari kulit yang tajam, dari tulang, potongan logam, kaca. Mereka akan melucuti pakaian korban. Kemudian mereka akan mengikat tangannya dan mencambuk. Mereka akan memilih prajurit terkuat, prajurit paling kejam untuk melaksanakan pencambukan. Hukuman ini sangat mengerikan, dan beberapa orang benar-benar meninggal. Bahkan banyak prajurit ingin melihat beberapa korbannya mati dengan penderitaan. Anda lihat Pilatus benar-benar melakukan perjudian mengerikan. Ia berharap bahwa hukuman cambuk akan membangunkan simpati orang-orang Farisi sehingga mereka bersedia untuk membiarkan Yesus pergi dan bebas.
Jadi mereka mengambil Yesus, melucuti pakaian-Nya dan mengikat-Nya. Prajurit Romawi mulai menyerang Yesus. Dan sebuah cambukan pada punggung Yesus lalu darah mulai mengalir. Setiap kali prajurit itu mengayunkan gerakan mencambuk maka darah Yesus kembali mengalir dari punggung-Nya. Darah Juruselamat yang mengadakan pendamaian bagi orang yang membenci-Nya. Seandainya kita berada di sana pagi itu, mendengar suara cambukan itu, dan melihat Yesus menderita bagi dosa-dosa kita, mungkin kita tidak akan mau lagi berbuat dosa.
Alkitab mengatakan Dia terluka karena pelanggaran kita, Dia diremukkan oleh karena dosa-dosa kita. Hukuman yang Dia terima menganugerahkan perdamaian untuk kita dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Tetapi Yesus tidak berteriak dengan kemarahan. Sebaliknya, Dia rela menerima hukuman yang mengerikan itu. Ketika menghitung berapa cambukan yang sudah mereka layangkan pada tubuh Yesus, mungkin saja tentara Romawi melihat bahwa darah mulai berjatuhan di tanah dan kaki Yesus. Dan mereka menyadari bahwa mereka tidak berhasil untuk membunuh Yesus dengan penuh penderitaan.
Setelah melihat semuanya itu bisa jadi Pilatus berkata, “Dia sudah cukup menderita. Sekarang aku akan membebaskan-Nya.” Namun bagi orang-orang Yahudi semuanya itu tidaklah cukup. Mereka telah melihat Pilatus berkompromi. Ingat, satu kompromi selalu mengarahkan untuk melakukan kompromi lain yang lebih besar lagi. Ketika setan melihat Anda berkompromi, dia akan menggandakan usahanya untuk membuat Anda lebih jauh dan lebih dalam untuk berkompromi.
Sekarang pilatus ingin melepaskan Yesus.Tetapi orang-orang Yahudi berkata kepada Pilatus, “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.” ( Yohanes 19: 12 ). Kita bisa membayangkan seseorang menyampaikan perkataan itu kepada Pilatus. Seolah-olah mereka berkata, “Pilatus, engkau telah menganggap orang ini bersalah karena engkau telah mencambuk-Nya. Namun Anda hendak membebaskan-Nya. Ini adalah tindakan yang melanggar hukum. Jika engkau tidak memberikan kami apa yang kami inginkan, yaitu kematian orang ini maka kami akan melaporkan kepada Roma bahwa engkau melakukan pelanggaran keadilan.”
Tiba-tiba Pilatus menyadari bahwa dia telah membuat kesalahan yang mengerikan. Ia telah menyatakan Seorang Pria bersalah (karena dia memerintahkan Yesus dicambuk meskipun dia sebelumnya mengakui tidak mendapati satu kesalahan pun pada diri Yesus), dan kemudian ia telah menyuruh supaya Yesus dibebaskan. Pilatus tahu bahwa jika Kaisar mendengar ini maka dia akan kehilangan pekerjaannya.
Di sinilah Pilatus membuat kesalahan keempat: Dia memutuskan bahwa berapa pun harga yang harus dibayar asalkan dia tidak kehilangan pekerjaan atau posisinya, bahkan jika itu adalah kematian Yesus.
Dia memilih pekerjaannya, bukan Yesus. Apakah ada orang yang membuat kesalahan yang sama hari ini? Tentu saja. Mereka belajar kebenaran Alkitab, contohnya adalah kebenaran Sabat. Tetapi ketika mereka menyadari kalau harga yang harus mereka bayar ketika menuruti kebenaran adalah kehilangan pekerjaan (contohnya), banyak dari mereka membuat kesalahan yang sama Pilatus buat.
Mereka berkata, “Aku tidak bisa kehilangan pekerjaan ini. Aku memiliki tagihan untuk dibayar. Aku punya keluarga yang harus dipenuhi kebutuhannya. Jadi Allah pasti akan mengerti kalau aku tidak taat kepada-nya.”
Pilatus membuat kesalahan yang sama. Dia mungkin berkata, ”Aku tidak bisa kehilangan pekerjaan. Aku punya tagihan yang harus dibayar untuk membayar. Keluargaku memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Biarkan saja jika Orang ini (Yesus) harus mati.”
Ada banyak hal dalam kehidupan yang jauh lebih penting daripada pekerjaan Anda. Menuruti hati nurani yang dikuasai firman Tuhan adalah lebih penting dari sebuah mempertahankan pekerjaan. Jika Anda melanggar hukum Allah demi mempertahankan pekerjaan, maka Anda tidak akan punya kedamaian di hati. Apabila Anda berdoa, Anda akan merasa kalau doa-doa Anda tidak akan melewati langit-langit karena Anda hidup dalam ketidaktaatan kepada Allah. Hidup kekal jauh lebih penting daripada pekerjaan. Jika Anda kehilangan pekerjaan dan mendapatkan sorga, apakah Anda akan merasa kehilangan sesuatu nantinya? Tidak ada.
Jika Anda mempertahankan pekerjaan namun kehilangan sorga, maka sesungguhnya Anda telah kehilangan segalanya untuk kehidupan yang layak.
Pilatus telah membuat kesalahan fatal dan ada banyak orang yang telah membuat kesalahan fatal yang sama hari ini.
Lalu apa yang akan Pilatus lakukan sekarang? Ingat, Pilatus adalah mantan jenderal dan sekarang dia adalah gubernur. Dan jabatan itu digunakannya untuk memecahkan persoalan yang kompleks ini. Tiba-tiba ide datang dalam pikirannya. Dia ingat bahwa waktu peristiwa adalah tahun dimana berdasarkan tradisi, orang-orang Yahudi berhak untuk memilih tahanan atau narapidana yang dapat dibebaskan. Tidak peduli betapa jahatnya seorang narapidana dia bisa dibebaskan.
Pilatus berpikir tentang seorang narapidana yang sedang menunggu eksekusi. Dia adalah Barabas, seorang teroris. Dia seperti Osama bin Laden, almarhum pemimpin Al-Qaeda yang kejam. Barabas sudah pergi di seluruh penjur negari. Dia membunuh, merampok, dan memperkosa.
Pilatus berpikir bahwa tidak ada yang akan memilih untuk membebaskan Barabas yang kejam itu. Jadi ia menyuruh prajurit bergegas ke dalam penjara untuk membawa barabas. Segera para prajurit itu datang menyeret Barabas dan mendampingkannya dekat dengan Yesus. Terlihat begitu kontras. Anda dapat membayangkan wajah Barabas, seorang penjahat yang begitu kejam dan itu sangat terlihat dari wajahnya. Berdiri di samping dia adalah Juruselamat manusia, dilucuti pakaian-Nya, darah mengalir dari wajah-Nya di mana mahkota duri telah dipakaikan dengan paksa ke atas kepala-Nya. Dan darah yang mengalir dari punggungnya yang sobek dan terkoyak karena cambukan. Dari wajah-Nya mungkin Anda dapat melihat darah, keringat, dan ludah dari prajurit.
Anda lihat, Pilatus benar-benar berjudi dengan berpikir bahwa tidak ada yang akan memilih Barabas untuk bebas. Kemudian Pilatus bertanya kepada orang banyak: “Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?” (Matius 27:17). Pilatus mungkin berpikir tampaknya perjudiannya akan berhasil untuk membebaskan Yesus. Mungkin suasana terdiam sejenak. Tetapi terdengar bunyi gemuruh orang banyak yang berteriak, ““Enyahkanlah Dia (Yesus), lepaskanlah Barabas bagi kami!” (Lukas 23:18).
Pilatus bertanya untuk kedua kalinya untuk memastikan siapa yang harus dibebaskan dan apa yang akan dilakukan kepada Yesus. Lalu orang banyak itu menjawab: “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” (Lukas 24:21).
Saudara, apa Anda akan memilih Yesus dalam kehidupan jika diperhadapkan pada situasi seperti yang Pilatus alami? Respon Anda kepada kebenaran Alkitab menunjukkan apa yang akan Anda lakukan dengan Yesus. Dua ribu tahun yang lalu Pilatus bertanya kepada orang banyak siapakah yang akan mereka pilih, Yesus atau Barabas. Namun orang-orang itu berteriak supaya Yesus disalibkan. Kita bisa membayangkan bahwa mungkin saja setan-setan yang berbicara dari bibir manusia pagi itu sehingga terdengar suara, “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!”
Pilatus gagal untuk memahami bahwa pemimpin Yahudi membenci Yesus karena hidup-Nya yang murni menjadi sebuah teguran kepada kehidupan mereka yang penuh kemunafikan.
Jadi apa yang akan Pilatus lakukan sekarang? Dia berjalan keluar dari pilihan. Di saat inilah Pilatus kemudian membuat kesalahan kelima: Pilatus bermaksud untuk berdiri dalam posisi netral untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan Kristus.
Dia tidak ingin menyakiti atau membunuh Yesus, tapi ia takut untuk memilih Kristus. Hari ini, banyak sekali orang yang membuat kesalahan yang sama. Mereka tidak ingin menyakiti Yesus, tetapi mereka takut untuk berdiri bagi Dia. Mereka takut mengambil keputusan untuk mengikut Yesus, dan khususnya kebenaran-kebenaran yang tidak populer. Apakah Anda bersedia untuk berdiri memilih yang benar bahkan jika hanya Anda seorang diri yang memilih yang benar itu?
Banyak orang membuat piihan yang netral hari ini. Faktanya adalah bahwa mungkin Anda membuat keputusan untuk netral supaya posisi Anda aman, namun sesungguhnya tidak ada posisi netral! Yesus berkata, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan” (Matius 12:30). Anda tidak dapat bersikap netral tentang Kristus. Pilihannya adalah berdiri dengan Dia atau Anda berdiri melawan Dia. Anda tidak bisa netral tentang Kristus dan kebenaran firman-Nya, Anda harus mengambil posisi.
Sebagai contoh adalah perintah pemeliharaan Sabat. Anda harus mengambil posisi untuk memelihara dan menyucikannya atau sebaliknya. Anda tidak dapat berdiri di tempat netral. Apa yang kita makan dan minum haruslah sesuai kebenaran atau sebaliknya, Anda juga tidak dapat mengambil posisi netral. Mengenai yang kita pakai dan kenakan, kita juga harus mengambil posisi yang benar atau salah dan melawan. Netral pada doktrin Alkitab adalah mustahil. Banyak orang mencoba untuk tetap netral, terutama pada kebenaran yang dianggap tidak populer. Apakah Anda bersedia untuk berani berdiri untuk kebenaran, bahkan ketika Anda harus berdiri sendirian? Tidak ada cara untuk tetap netral. Pilatus mencoba untuk tetap netral, tetapi gagal. Dia akhirnya bekerja melawan Kristus.
Bahkan di sini, Tuhan memberikan Pilatus satu kesempatan. Ketika ia bertanya-tanya apa yang harus dilakukan selanjutnya, tiba-tiba seorang hamba datang kepadanya dan membawa sebuah surat dari istrinya. Dalam surat itu Pilatus membaca pesan dari isterinya, “Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam” (Matius 27: 19). Pilatus sekarang menyadari bahwa Allah berbicara kepadanya melalui istrinya. Apa yang dilihat oleh isterinya dalam mimpinya? Alkitab tidak menjelaskan, tetapi tidak diragukan lagi isterinya melihat dan berbicara dengan Yesus dalam mimpi sehingga Dia memahami siapa Yesus dan misi-Nya.
Kita bisa membayangkan isterinya melihat Yesus berdiri berhadap-hadapan dengan Pilatus. Dia melihat Pilatus bersikap ragu-ragu, dan akhirnya melihatnya mengesahkan hukuman bagi Kristus. Keadaan kemudian berubah dan dia melihat tiga salib di Bukit Golgota dan Yesus tergantung di tengah-tengah dua orang penjahat. Dia juga mungkin melihat gempa yang menanandai kematian-Nya. Dan mungkin ia juga melihat Yesus yang dibawa ke dalam kubur. Kemudian dia mendengar kabar bahwa Yesus telah bangkit pada minggu pagi yang kemudian para imam membuat berita palsu bahwa mayat Yesus dicuri oleh para murid-Nya (Matius 28:13).
Kita bisa membayangkan bahwa dalam penglihatan isterinya itu Allah membawanya hingga akhir zaman ketika langit akan tergulung seperti gulungan kitab dan Kristus akan turun ke bumi. Lalu dia mendongak ke atas dan melihat Yesus datang kembali dalam kuasa dan kemuliaan, tidak mengenakan mahkota duri tetapi mahkota kerajaan. Sementara dia melihat adegan itu dengan perhatian penuh, dia mendengar seorang yang akan diselamatkan yang berdiri di dekatnya berkata, “Dialah yang dikorbankan oleh Pontius Pilatus demi menyelamatkan jabatannya sebagai gubernur.”
Penglihatan dalam mimpi itu begitu meresahkan isteri Pilatus. Dia kemudian mengambil pena dan kertas lalu dengan tergesa-gesa menuliskan kata-kata, “Dear Pilatus, jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.” Pilatus menyadari bahwa telah datang kepadanya sebuah kesempatan emas untuk membuat keputusan yang benar untuk terakhir kalinya. Dia harus membuat pilihan akhir mengenai Orang di depannya yang bernama Yesus Kristus.
Saudara, sebuah kesempatan emas datang dalam hidup kita masing-masing. Setiap keputusan yang Anda buat menentukan apakah kepada hidup kekal atau kematian kekal. Pilatus sangat tahu pagi itu bahwa keputusan yang dia buat akan menentukan nasibnya.
Sekarang ia membuat kesalahan keenam. Mari kita membacanya dari Matius 27: 24, “Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: ‘Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!’” Inilah kesalahan terakhir yang dibuat Pilatus: Berpikir bahwa dia bisa menghindar dan terbebas dari membuat kesalahan.
Pertanyaan: Apakah Pilatus tidak bersalah? Tidak, dia tetap bersalah. Karena dia tercatat di sejarah sebagai orang yang membiarkan penyaliban Yesus meskipun dia tahu bahwa Yesus tidak terbukti bersalah. Namun yang Pilatus pikirkan bahwa dia dapat berpaling dari Kristus dan dianggap tidak bersalah.
Apakah ada orang membuat kesalahan yang sama hari ini? Tentu saja. Banyak orang datang ke Seminar Nubuatan Alkitab, atau mengikuti seri pelajaran Alkitab pribadi dan mereka mengatakan, “Terima kasih, kami telah belajar begitu banyak dan apa yang Anda katakan benar seperti yang Alkitab tuliskan. Tetapi kami tidak bisa mengikutinya dan tidak bisa merubah kebiasaan hidup kami atau meninggalkan cara ibadah atau mengganti hari ibadah kami selama ini.” Orang-orang macam ini masih berpikir bahwa mereka tidak akan dianggap bersalah karena telah mengakui apa yang benar. Saudara, yang membuat Tuhan memandang kita benar bukanlah sekadar pengakuan kita akan kebenaran namun sikap kita yang mengikuti kebenaran firman Allah. Itu pula yang dilakukan Abraham, tidak hanya percaya namun juga bertindak sesuai yang dipercayainya.
Untuk setiap kebenaran yang telah diungkapkan kepada Anda namun Anda tidak membuat keputusan untuk mengikuti kebenaran itu maka Allah akan meminta pertanggungjawaban dari Anda. Allah juga akan meminta pertanggungjawaban untuk waktu yang disia-siakan padahal ada kesempatan untuk belajar dan mengetahui apa yang benar dari Alkitab.
Kata Pilatus pagi itu: “Silahkan kalian bawa Dia (Yesus) dan lakukan kepada-Nya apa pun yang kalian ingin perbuat. Aku membasuh tanganku dan tidak bersalah terhadap darah Orang ini.” Pilatus pikir dia bisa mencuci segala kesalahannya dengan air. Namun ini adalah tidak mungkin. Satu-satunya cara untuk menjadi dibebaskan dari dosa dan rasa bersalah adalah melalui darah Kristus. Pilihannya adalah dosa kita yang dibersihkan oleh darah kristus, atau kita yang bersalah karena menumpahkan darah Kristus.
Orang-orang Yahudi kemudian keluar dari ruang pengadilan Pilatus dan tanpa sadar sesungguhnya mereka berjalan menuju jalan penderitaan akibat penolakan mereka terhadap Yesus.
Saat mereka keluar melewati gerbang kota, mereka meletakkan kepada bahu Yesus yang memar sebuah kayu salib yang berat yang sesungguhnya adalah kayu salib yang disiapkan untuk Barabas. Tetapi Yesus telah kehilangan banyak darah untuk membawa salib. Oleh karena itu, para prajurit Roma memaksa Simon dari Kirene, untuk membawa salib Yesus.
Ketika tiba di puncak Golgota, mereka melucuti pakaian Yesus. Di tempat itu pula telah disiapkan dua kayu salib untuk dua penjahat yang akan disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Kemudian dalam keadaan Yesus yang sungguh-sungguh telanjang (inilah yang membuat hukuman mati di kayu salib sangat memalukan) mereka mulai bersiap untuk menyalibkan Dia. Lalu para prajurit kejam ini mulai memukulkan paku pada tangan dan kaki Yesus.Tangan yang telah digunakan untuk memberkati, untuk menyembuhkan, untuk menyelamatkan, namun sekarang dipaku ke kayu salib. Kaki yang tak kenal lelah untuk mejalankan misi belas kasihan sekarang terpaku ke kayu salib itu.
Kemudian prajurit-prajurit yang kuat itu mengangkat salib dan menjatuhkan ujung bawah kayu salib itu dengan kekuatan besar ke dalam lubang yang telah disiapkan sehingga menyebabkan Yesus mengalami penderitaan yang paling menyakitkan pada tangan dan kaki yang tertancap paku.
Di sanalah Yesus tergantung dalam keadaan sekarat yang sesungguhnya kitalah yang harus mengalaminya. Anda lihat, Yesus tidak mati dalam sebuah sebuah kematian yang normal. Banyak orang lain disalibkan bersama-sama pada zaman zaman kekaisaran Romawi. Ibrani 2: 9 berkata bahwa Yesus “untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat . . . Ia mengalami maut bagi semua manusia.” Maut yang Dia alami melambangkan KEMATIAN KEDUA, maut yang para penolak belas kasihan Allah akan alami dalam danau api, sebuah kematian yang tidak ada pengharapan akan keselamatan. Saudara, bayangkanlah sebuah penderitaan dari kematian seperti itu. Yesus tidak dapat melihat lihat melalui pintu gerbang kubur itu. Dia tidak tahu apakah Dia akan dapat bersama-sama lagi dengan Bapa-Nya di sorga. Bayang-bayang kematian itu sangat mengerikan bagi-Nya, sehingga dari bibirnya terdengar suatu suara yang menunjukan ketakutan-Nya, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27: 46 ). Yesus merasakan suatu kenyataan bahwa akibat dosa Dia mengalami keterpisahan dari Allah.
Kembali ke Pilatus di ruang pengadilan. Dia mencoba melupakan peristiwa yang dialaminya di pagi hari. Tetapi penderitaan di wajah Yesus begitu mengganggu pikirannya. Dia tidak dapat mengusir itu dari otaknya. Sore harinya Pilatus melihat bahwa Yesus meninggal begitu cepat bila dibandingkan dengan orang lain yang juga disalibkan.
Kemudian beberapa sahabat-Nya yang kaya memohon untuk mengambil jenazah Yesus dan mengadakan penguburan yang terhormat bagi Yesus (Matius 27:57-60). Pilatus kemudian memberi mereka izin. Lalu “datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: ‘Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama’” (Matius 27:62-64). Kemudian Pilatus mengutus penjaga untuk menjaga kubur Yesus.
Minggu pagi, Pilatus dibangunkan lebih awal karena para prajurit yang telah ditempatkan untuk menjaga kubur Yesus ingin bertemu dengannya. Dalam hatinya Pilatus bertannya: “Mengapa mereka tidak menjaga makam?” Segera para prajurit itu ikut Pilatus ke kamar tidurnya. Ketika Pilatus melihat ke wajah para prajurit, melihat sangat gemetar, dan ketakutan tampak di wajah mereka. Ia menyadari bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi. Ini adalah para prajurit keras yang terbiasa dengan pertempuran dan tidaklah wajar jika mereka tampak ketakutan.
Kemudian mungkin saja Pilatus bertanya kepada mereka, “Apakah ada masalah? Mengapa kalian tidak menjaga makam?” Lalu para prajurit berkata, “Pilatus, kami menjaga dengan posisi yang baik, dan tidak ada dari kami yang sedang tidur. Tetapi dalam kegelapan malam, sesaat sebelum sinar matahari bersinar, batu yang menutup itu bergeser dari pintu kubur. Dan sebuah suara terdengar dan berkata, ‘Hai, Anak Allah mari keluar, Bapa-Mu memanggil Engkau.’ Mendengar itu lalu kami langsung lemah dan rubuh ke tanah seperti orang mati. Ketika cahaya yang penuh dengan kemuliaan itu pergi, kami segera berlari dan ingin memberitahukan berita ini untuk Anda. Tetapi dalam perjalanan kami bertemu para imam yang memberi kami uang dan berkata, “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa” (Matius 28:13, 14).
Ketika Pilatus menyadari bahwa ia telah menyalibkan Anak Allah, tubuhnya langsung gemetar dan kecemasan yang mengambil alih rasa damainya sepanjang hari itu. Tidak lama setelah itu, Pilatus dipanggil ke Roma untuk menjawab tuduhan bangsa Yahudi. Dalam perjalanan ke Roma, Kaisar yang adalah sahabat Pilatus tiba-tiba meninggal, dan Kaisar yang baru mengambil alih. Kaisar baru tidak mengenal Pilatus dan tidak ingin mengenalnya. Akibatnya ketika Pilatus tiba di Roma, ia diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya sebagai gubernur dan kehilangan pekerjaan. Setelah kehilangan tujuannya dalam hidup, Pilatus mulai menjelajahi jalanan Roma sebagai seorang pemabuk. Akhirnya, Pilatus mengambil keputusan untuk meengakhiri hidupnya sendiri. INI ADALAH KEGAGALAN TERBESAR YANG PERNAH DICATAT DALAM SEJARAH.
Mari kita kembali membayangkan adegan ketika di gedung pengadilan Pilatus. Pilatus bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Apa yang akan kalian lakukan dengan Yesus yang disebut Kristus ini?” Pertanyaan itu berlaku pada masing-masing dari kita: “Apa yang akan Anda lakukan dengan Yesus yang disebut Kristus? Akankah Anda memahkotai Yesus sebagai Tuhan dalam hidup Anda, atau Anda akan menyalibkan Dia sekali lagi karena penolakan kepada diri-Nya dan hukum-Nya? Apakah Anda tahu bahwa kita bisa menyalibkan Kristus kembali?” Alkitab memberitahu kita di dalam Ibrani 6:6, “Namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.”
Sekali lagi, inilah enam kesalahan yang dibuat Pilatus:
- Menghindari membuat keputusan.
- Ragu-ragu.
- Mendahulukan Pekerjaan dari pada Yesus.
- Ingin berdiri netral.
- Berpikir bahwa dia bisa menghindar dan tidak bersalah apa-apa.
Pertanyaan: Apa yang menyebabkan Kristus harus mati di kayu salib? Apakah paku dan penderitaan? Tidak, melainkan dosa menyebabkan kematian-Nya. Dosa siapa? Dosa saya dan Anda. Dengan demikian setiap kali kita memilih untuk melakukan dosa, kita menambahkan penderitaan Yesus di kayu salib. Itu hanya seolah-olah kita sedang menambahkan paku di tangan dan kaki-Nya. Itu seolah-olah kita meludah di wajah atau mencambuk Dia.
Seandainya kita mendapatkan mimpi yang diberikan kepada seorang teolog dari Skotlandia, Alexander White. Mimpinya begitu mengerikan sehingga ia mulai menangis dalam tidurnya. Dan istrinya, Maria, membangunkan dia lalu berkata, “Alex, Alex, apa ada masalah? Bangun!” Ketika bangun ia berkata, “Oh Maria, saya mengalami mimpi yang mengerikan. Aku bermimpi bahwa aku berada di gedung pengadilan Pilatus ketika mereka membawa Yesus untuk dicambuk. Aku melihat mereka mengikat-Nya dan mulai mencambuk.” Melanjutkan ia berkata, “Aku sedang melihat dalam mimpiku, dan kebrutalan ini melangkah melewatiku. Aku tidak dapat melihat wajah Yesus, tapi aku melihat sisi belakang-Nya. Dan cambuk mengerikan ada di tangan prajurit. Maria, aku menyaksikan bahwa tentara mengayunkan lengannya dan mencambuk dengan gerakan yang mengerikan ke punggung Tuhan Yesus. Darah mulai mengalir. Dan ketika orang itu mengayunkan tangannya kembali untuk kedua kalinya, aku tak bisa hanya berdiri di sana dan tak melakukan apa-apa. Aku harus menghentikannya. Aku melompat ke depan dan meraih tangan prajurit itu untuk menghentikannya. Ketika prajurit itu berbalik dan melihatku, aku seperti melihat ke dalam cermin. Aku adalah prajurit yang mencambuk Tuhan.”
Alexander menangis dan menangis malam itu ketika dia berpikir tentang apa yang sedang dilakukan dosa kepada Yesus.
Saya tidak ingin melakukan itu. Bagaimana dengan Anda? Setiap kali kita sengaja memilih untuk melakukan dosa, kita membawa rasa sakit ke jantung Anak Allah. Saya tidak ingin membawa rasa sakit ke hati Yesus. Bagaimana dengan Anda?
Ketika Anda melihat ke dalam hatimu, Anda mungkin menyadari bahwa Anda telah membuat beberapa kesalahan yang sama dengan yang dibuat Pilatus. Mungkin Anda telah lama ingin menghindari beberapa keputusan. Anda tahu apa yang perlu Anda lakukan. Anda tahu bahwa Tuhan rindu Anda membuat keputusan yang benar untuk Tuhan, tetapi Anda ingin menghindarinya karena kerugian yang akan Anda alami. Atau mungkin Anda berpikir bahwa di masa depan Anda dapat membuat keputusan yang lebih mudah, tetapi tidak karena hanya akan semakin sulit. Atau mungkin Anda melakukan kompromi dalam kehidupan Kristen Anda. Atau mungkin pekerjaan Anda telah menjadi penghalang antara Anda dan Yesus. Atau mungkin Anda hanya ingin tetap netral. Anda tidak ingin menyakiti Yesus, tetapi Anda tidak mau berdiri untuk-Nya. Atau mungkin Anda hanya berharap untuk berjalan jauh dari itu semua dan tetap tidak berdosa.
APA YANG AKAN ANDA LAKUKAN DENGAN YESUS YANG DISEBUT KRISTUS? Pikirkan pertanyaan itu dalam hati dan pikiran kita.