“Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya” Mazmur 34:7.
Saya menyukai Mazmur! Ia melewati berabad-abad dan berbicara kepada saya sejelas beberapa pengkhotbah yang saya lihat sendiri. Kadang-kadang bahkan lebih jelas. Entah itu Daud, Asaph, anak-anak Korah, atau beberapa orang tanpa nama, pergumulan mereka adalah pergumulan saya, sukacita mereka adalah sukacita saya, harapan mereka adalah harapan saya juga. Dan saya juga ingin iman mereka menjadi iman saya.
Tidak diragukan lagi Mazmur adalah bagian yang paling disukai dan paling sering dibaca di Perjanjian Lama-sesungguhnya, dari seluruh Alkitab. Kapan pun pilihan Kitab Suci dikumpulkan—misalnya, ketika terjemahan baru sedang disiapkan—Anda mendapati Injil dan Mazmur diletakkan bersama, dan seringkali tidak ada yang lain.
Apakah gerangan daya tarik Mazmur yang tak kenal waktu? Tidak diragukan lagi, kemanusiaannya. Ia berbicara jujur dan terbuka. Ia menunjukkan bagaimana doa yang sesungguhnya itu, bukan kata-kata klise dan formula yang diulas, bukan ekspresi yang disusun dengan indahnya, tetapi pergumulan darah dan nyali dengan Allah. Ketika pemazmur mendapati dirinya sendiri jatuh dalam masa sulit, ia menceritakan kepada Allah tentang hal itu. Ketika musuh-musuh mengelilingi dia dan lidah penuh kebencian mengusiknya, ia menceritakan kepada Allah tentang hal itu. Ketika ia diperlakukan buruk—dituduh atas kesalahan yang tidak dibuatnya, dikhianati oleh sahabat-sahabat dan merasa ingin menyakiti musuh-musuhnya, ia menceritakannya kepada Allah. Dan ketika, yang paling berat membebani, ia merasa Allah telah mengecewakannya, ia menceritakan kepada Allah mengenai hal itu juga.
Beberapa pendoa bersifat menantang, lantang, dan mempertanyakan sehingga kita akan terkejut mendengar mereka berbicara keras ketika kita berkumpul bersama untuk beribadah. Tua-tua gereja yang baik akan memastikan agar orang itu tidak akan diminta untuk memimpin jemaat dalam doa lagi! Ia tidak mengetahui apa yang pantas untuk peribadatan!
Pria yang tertindas ini berseru. Wanita yang tertindas ini berseru. Berseru, karena mereka sedang menghadapi masalah.
Kita masih berseru. Kita masih berada dalam masalah. Kita ini lemah, rapuh, hancur. Kita ini manusia.
Tetapi Mazmur melangkah lebih jauh. Sejumlah besar kumpulan literatur, musik, karya seni menggambarkan kelemahan kita, kerapuhan kita, kehancuran kita, kemanusiaan kita, tetapi berhenti sampai di situ. Mazmur tidak.
Tuhan mendengar. Tuhan menyelamatkan. Itulah perbedaannya, dan itu perbedaan yang mengagumkan!
Kita tidak sendirian. Ada Allah, dan Ia peduli. Ia mendengar dan Ia menolong.
Bahkan hari ini.