HUKUM TUHAN KEKAL DAN TAK BERUBAH

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Mat. 5:17, 18.

Jika seandainya pekerjaan Setan berhasil di surga, maka hukum Tuhan sudah diubah, tetapi hal ini tidak mungkin, sebab hukum Tuhan adalah catatan tabiat-Nya dan tidak bisa berubah sebagaimana tabiat-Nya. Sekiranya hukum Tuhan bisa diubah, hal itu sudah dilakukan di sana sini dan menghindarkan terjadinya pemberontakan di surga. Tetapi karena hukum itu tidak bisa diubah dan menyesuaikannya dengan permintaan Setan, maka ia kehilangan posisinya yang tinggi dan suci di istana surga. . . .

Setelah kejatuhannya Setan bekerja atas pikiran Adam dan Hawa dan membujuk mereka dari kesetiaan mereka. . . . Sekarang jikalau hukum Tuhan bisa diubah dan disesuaikan dengan keadaan manusia yang sudah jatuh, maka Adam seharusnya bisa diampuni dan tetap bertempat tinggal di Eden; tetapi hukuman pelanggaran adalah kematian, dan Kristus menjadi pengganti dan penjamin manusia. Lalu dalam kesempatan lain, jika hukum Tuhan sudah berubah, dan perubahan ini membuat Kristus tetap berada dalam istana surgawi, maka pengorbanan besar yang dilakukan untuk menyelamatkan manusia yang sudah jatuh tidak diperlukan. Tetapi tidak, hukum Tuhan tidak berubah dalam sifatnya dan oleh sebab itu Kristus harus mengorbankan diri-Nya demi manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, dan Adam kehilangan Taman Eden dan ditempatkan dengan segala keturunannya dalam masa percobaan.

Seandainya hukum Tuhan telah diubah dalam satu segi sejak kejatuhan Setan dari surga, ia akan memperoleh dunia ini, sesudah kejatuhannya, apa yang tidak bisa diperolehnya di surga, sebelum kejatuhannya. Ia akan menerima semua yang dimintanya. Kita mengetahui bahwa ia tidak menerimanya. . . . Hukum itu . . . tetap tidak berubah seperti takhta Tuhan, dan keselamatan setiap jiwa ditentukan oleh penurutan atau tidak menurut. . . . Yesus, oleh hukum kasih simpati, menanggung dosa-dosa kita, menanggung hukuman kita, dan meminum cawan murka Tuhan yang seharusnya diberikan kepada pelanggar hukum Tuhan. . . . Ia menanggung salib penyangkalan diri dan pengorbanan diri demi kita, agar kita boleh memperoleh kehidupan, kehidupan yang kekal. Maukah kita memikul salib Yesus?

Inilah Hidup yang Kekal Hal. 288


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *