Sebagian besar kita tahu dengan perumpamaan tentang anak yang hilang dalam Lukas 15:11-31. Satu hari anak yang bungsu ini mendatangi ayahnya (simbol dari Allah) dan berkata bahwa dia ingin pergi dari rumah dan hidup sendiri. Jelas bahwa peraturan dan aturan ayahnya (perintah Allah) tidak cocok dengan keinginan hatinya. Sebelum anak ini pergi, dia meminta bagian warisannya, yang sebenarnya dia tidak berhak miliki pada saat itu. Tetapi ayahnya memberikan bagiannya. Sang ayah memberikan dia kebebasan penuh, karena sangat mengasihi anak ini. (Beginilah cara Tuhan bertindak bagi kita).
Anak ini pergi ke tempat yang sangat jauh. Dia melakukan semua yang ingin dia lakukan disana. Dia menghabiskan uangnya untuk pesta pora dan dengan pelacur. Pada waktu uangnya hampir habis, lingkaran temannya segera menjadi kecil. Akhirnya semua yang dia miliki habis, dan yang lebih parah lagi, satu wabah kelaparan menimpa daerah dimana dia berada. Untuk dapat bertahan hidup dia harus bekerja. Satu-satunya pekerjaan yang dapat dia peroleh adalah sebagai penjaga ternak babi. Meskipun berat akhirnya diapun menerima pekerjaan ini. Rasa lapar seringkali menyiksanya tetapi untuk makan makanan babipun dia tidak diijinkan. Dalam kesukaran ini dia teringat hari-hari hidupnya dengan ayahnya dan akhirnya dia membuat keputusan: Semua orang upahan ayahku memiliki makanan yang berlimpah dan saya sekarang menderita kelaparan. Saya akan pulang ke rumah ayahku dan berkata: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebut anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.” (ayat 18-19). (Pada waktu kita menyesal bahwa kita telah berdosa terhadap Bapa surgawi kita dan kita akui, ini disebut “pertobatan” dan “pengakuan” di dalam Alkitab). Dia memulai perjalanan pulang ke rumah bapanya dengan perasaan yang bercampur aduk. Sang ayah mengenali anaknya dari jauh. Jelas disini bahwa sang ayah telah lama merindukan dan memperhatikan anaknya. (Bapa surgawi kita menunggu dengan kerinduan dan harapan bahwa kita akan meninggalkan dosa-dosa kita, dan kembali kepada Bapa!) Dengan rasa penuh belas kasihan sang ayah berlari kearah anaknya, memeluk dan menciumnya, meskipun tubuh anaknya kotor dan berbau. Sang anak bahkan belum sempat mengakui semua kesalahannya pada waktu ayahnya memanggil pembantunya. Dia meminta pembantu untuk membawakan pakaian terbaik dan menyiapkan pesta untuk anaknya. Disini terlihat jelas bahwa ayah ini mengasihi anaknya sama seperti sebelumnya. (Kasih Allah tidak bersyarat! Kasih Allah telah melewati berbagai ujian!). Tetapi kasih Allah ini tidak bermanfaat jika kita tidak hidup bersama dengan-Nya. Sang ayah dalam cerita ini tidak dapat membantu anaknya pada waktu dia pergi meninggalkan rumahnya; bahkan pada waktu sang anak jatuh sakit atau mengalami masalah besar dalam hidupnya.
Kapan kasih Tuhan menjadi penting bagi saya?
Apa yang membuat anak yang hilang ini menghargai kasih ayahnya? Hanya pada saat dia menyadari betapa baiknya ayahnya di rumah. Krisis yang dia alami mengembalikan kesadarannya. Melalui “kesulitan hidup” sikap tidak bersyukurnya kandas oleh kenyataan hidup yang dia hadapi. Dia dapati bahwa teman-temannya hanya ‘mencintai’ uangnya gantinya dirinya. Tetapi ayahnya selalu memperlakukan dia dengan cinta bahkan pada waktu dia bersikap dingin terhadap ayahnya.
Saya yakin bahwa setelah ayahnya menerima dia dengan kasih seperti ini, anak itu tidak akan pernah berpikir untuk meninggalkan ayahnya lagi.
Kini sang ayah dapat menyatakan kasihnya yang seutuhnya kepada anaknya karena sekarang anaknya benar-benar terbuka untuk menerimanya. Sebelumnya sang ayah tidak dapat menyatakan kasihnya yang seutuhnya karena anak ini sering menunjukkan sikap yang bertentangan. Tetapi sekarang tidak ada lagi penghalang dalam hubungan yang intim antara anak dan ayahnya!
Pada waktu saya membuka diri sepenuhnya bagi Allah, pada waktu saya mengakui kesalahan dan membuat komitmen, saya dapat merasakan kepenuhan kasih Allah!
Hanya orang, yang merendahkan diri di hadapan Allah dan menyadari bahwa dia tidak pantas dikasihi oleh Allah (sama seperti sikap anak bungsu tadi saat dia kembali kepada bapanya), dapat menjadi anak-anak Tuhan yang sejati. Hanya mereka yang menyerahkan hidup mereka kepada Bapa akan, pada akhirnya, menerima warisan – hidup kekal.
Berdoa Meminta Kasih Allah
Apa yang harus saya lakukan jika saya merasa hanya memiliki sedikit kasih untuk Allah dan para sahabat saya? Baiklah, kita dapat berdoa meminta apa saja, termasuk meminta diberikan kasih yang lebih besar untuk Tuhan dan sesama kita. Kita bisa berdoa seperti ini: “Bapa di surga bantulah hambamu ini untuk mengasihi Engkau dengan segenap hati, dengan seluruh jiwa raga, emosi dan kekuatan. Biarlah Engkau merubah semua keinginan hati hamba menjadi sesuai dengan kehendakMu. Hambamu juga ingin membantu orang-orang yang hamba kenal. Dan bantu juga agar hamba dapat lebih mengasihi diri hambamu. Terimakasih Tuhan untuk kesempatan menerima kasihMu, biarkan hamba dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain. Amin.” (Kita dapat berdoa agar Tuhan memampukan kita untuk menggenapi ayat dalam Matius 22:37, 39!).