“Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat percayai, saya menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu bahwa ini adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya!” 1 Petrus 5:12.
Pernyataan Petrus “kasih karunia yang benar,” yang hanya terdapat di sini, mengejutkan kita. Mungkinkah dia mengajukan bahwa ada kasih karunia yang palsu, sesuatu yang lain daripada kasih karunia yang menyamar sebagai kasih karunia? Petrus pernah mencatat bahwa ada orang yang menyimpangkan arti dari surat-surat Rasul Paulus (2 Petrus 3:16). Paulus adalah seorang yang sangat unggul dalam memberikan penjelasan mengenai kasih karunia; saya bertanya-tanya apakah penyimpangan yang disebut oleh Petrus boleh jadi merupakan pemelintiran dari pesan Paulus mengenai kasih karunia?
Apa pun latar belakangnya, Petrus bukanlah menakuti kasih karunia. Dia mulai menulis surat yang pertamanya dengan salam yang sama dengan Paulus, “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu dengan limpah” (1 Petrus 1:2), dan menutup suratnya yang kedua dengan “bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (2 Petrus 3:18).
Dalam surat Petrus yang pertama di mana pernyataan “kasih karunia yang benar” terdapat pemikiran tentang kasih karunia berlaku seakan benang emas yang lewat. Petrus sedang menulis kepada orang Kristen yang telah menderita karena iman dan yang telah menghadapi ancaman dari pergumulan-pergumulan baru, sebagaimana ayat-ayat berikutnya memberikan penjelasan: “Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah” (1 Petrus 2:20, NiV). “Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia” (1 Petrus 15:14, NIV). “Janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu….Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus …jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu” (1 Petrus 4:12-16, NIV).
Kasih karunia yang benar bukanlah perasaan sekilas yang dangkal. Itu adalah kasih karunia yang memungkinkan seseorang, pria atau wanita, untuk tetap berdiri teguh bagi Allah, bagaimanapun kerasnya angin bertiup. Kasih karunia yang benar kuat dalam kemauan, menjadikan rahang kokoh, dan api di dalam mata.
Bagi semua orang yang akan mengkhotbahkan Injil seperti air yang mengalir ke bawah, seorang pendeta berkebangsaan Jerman, Dietrich Bonhoetter, yang mati di tangan Hitler, telah memberikan tanggapan yang meyakinkan: “Kasih karunia yang murahan adalah mengkhotbahkan tentang pengampunan tanpa meminta pertobatan, baptisan tanpa disiplin gereja, Perjamuan tanpa pengakuan, pengampunan tanpa pengakuan. Kasih karunia yang murahan adalah kasih karunia tanpa pemuridan, kasih karunia tanpa salib, kasih karunia tanpa Yesus Kristus, yang hidup dan berinkarnasi.”
Yang sama sekali bukan merupakan kasih karunia.