Hidup oleh Prinsip, Bukan oleh Kecenderungan Hati
Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendakMu, ya Allah Toratmu ada di dalam dadaku. Mazmur 40:8, 9
Kehidupan Kristus berbeda dari kehidupan anak-anak pada umumnya. Kekuatan akhlakNya dan ketekunanNya selalu menuntun Dia untuk tetap benar terhadap kewajibanNya dan taat terhadap peraturan, tiada motif betapapun kuatnya, dapat menggoncangkan pendirian-Nya. Uang atau kepelisiran, pujian atau celaan, tidak dapat membeli atau menawan hatiNya untuk berbuat salah. la kuat menolak pencobaan, bijaksana melawan yang jahat, dan tetap setia atas keyakinan-Nya.
Orang jahat dan yang tidak berprinsip akan terbujuk dan menunjukkan pemanjaan diri yang menyenangkan tetapi penuh dosa, akan tetapi kekuatanNya atas prinsip kuat menolak bujukan setan. PengamatanNya terlatih, dan dengan mudah Ia dapat mengenal suara si penggoda itu. la tidak menyimpang dari kewajiban supaya disenangi orang. la tidak mau menjual prinsip-prinsipNya ganti pujian manusia atau menjauhkan celaan, iri hati dan kebencian orang-orang yang menjadi musuh kebenaran dan kebajikan sejati.
la gembira melaksanakan kewajibanNya kepada orang tuaNya dan kepada masyarakat, tanpa mengorbankan prinsip-prinsipNya atau tanpa dinodai dengan pengaruh bejat yang mengelilingiNya di Nazaret.
Kristus tidak pernah menyimpang dari kesetiaan terhadap prinsip hukum Allah. Ia tidak pernah melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kemauan BapaNya.
Setelah Yesus memberikan kepada kita petunjuk-petunjuk umum, Yesus tidak meninggalkan kita meraba-raba jalan di tengah-tengah jalan sempit dan jalan kecil yang berbahaya. la menuntun kita pada jalan yang lurus, dan sementara kita mengikuti Dia, kaki kita tidak akan tergelincuh.
Tiap-tiap jiwa haruslah hidup setiap jam berhubungan dengan Kristus; karena Ia berkata, “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” PrinsipNya harus menjadi prinsip kita; karena prinsip ini adalah kebenaran kekal yang diberitakan dalam kebenaran, kebaikan, rahmat dan kasih.” PrinsipNya adalah satu-satunya perkara tetap yang dikenal dunia ini.
Hidupku Kini, Hal. 76