Di antara hewan darat, jerapah berdiri tegak di atas yang lain, menjulang hingga 18 kaki di atas padang rumput Afrika. Jerapah adalah herbivora, dan lehernya yang memanjang dikombinasikan dengan lidah sepanjang 18 inci memungkinkan mereka mencapai daun lezat di pohon akasia yang tinggi dan berduri. Meskipun leher jerapah panjangnya sekitar tujuh kaki, ia memiliki jumlah tulang belakang yang sama dengan tikus (tujuh). Tentu saja, setiap vertebra berbentuk memanjang.
Sistem peredaran darah jerapah secara khusus disesuaikan dengan lehernya yang panjang. Memiliki pembuluh darah elastis di leher dan kepala untuk menangani perubahan tekanan darah akibat ayunan kepala. Inilah sebabnya mengapa jantung jerapah harus seberat 24 pon untuk memompa darah ke tempat yang begitu tinggi!
Nama “jerapah” mungkin berasal dari kata Arab zarafa, yang berarti “orang yang berjalan dengan cepat.” Panjang setiap langkah jerapah berkisar 15 kaki. Mereka juga pelari cepat dan dapat mencapai kecepatan lebih cepat dari kuda, yakni lebih dari 35 mph. Meskipun jerapah jantan sering “bergulat leher” untuk urusan dominasi, mereka umumnya pasif, non-teritorial, dan mudah bergaul. Mereka hidup dalam kawanan yang bebas dan terbuka, merumput dengan rukun bersama zebra, rusa kutub, dan kijang.
Jerapah adalah yang paling rentan saat minum, karena mereka harus merentangkan kaki depan mereka berjauhan dalam posisi canggung agar kepala mereka cukup rendah untuk mencapai air. Untungnya jerapah bisa hidup tanpa air bahkan lebih lama dari unta.
Jerapah pertama yang pernah terlihat di Barat dibawa ke Roma sekitar 46 SM, tidak lain oleh Julius Caesar. Ketika jerapah pertama kali memasuki Roma, karena mereka sebesar unta dengan bintik-bintik seperti macan tutul, mereka dianggap sebagai hasil perkembangbiakan yang aneh dari kedua hewan tersebut. Meski kita tahu jerapah bukanlah gabungan dari kedua hewan ini, nama ilmiah camelopardalis pun mencuat.
Kita mungkin menertawakan orang Romawi yang percaya bahwa Anda dapat menggabungkan unta dengan macan tutul dan mendapatkan jerapah, tetapi pertanyaan yang lebih besar adalah: “Bagaimana seseorang bisa menjadi setengah Tuhan dan setengah manusia?” Orang-orang Yahudi menganggap ini mustahil. Bahkan, di pengadilan Kristus, imam besar sangat marah setelah Yesus berbicara tentang keilahian-Nya sehingga dia merobek pakaiannya. “Untuk apa kita perlu saksi lagi? Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?” (Markus 14:63, 64). Mereka menghukum mati Yesus.
Apa pendapat Anda tentang Pria yang mengaku sebagai Tuhan?
Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: “Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?” Markus14:61.
-Doug Batchelor-