Saat ISIS meledakkan sebuah bom kuno yang berlokasi di sebuah reruntuhan yang disebut Nebi Yunus di Mosul pada tahun 2014, sebuah kepingan sejarah Alkitab tiba-tiba terkuak. Banyak orang-orang Kristen mempercayai itu sebagai kubur nabi Yunus, nabi yang dahulu memanggil penduduk Niniwe untuk bertobat.
Sekarang para arkeolog dapat mengakses reruntuhan tersebut, mereka menemukan sebuah istana yang sebelumnya tidak tersentuh dari tahun 600 SM yang adalah milik raja Asyur Sanherib. Professor Eleanor Robson, dewan dari Institut Inggris untuk pembelajaran di Irak mengatakan, “penghancuran ISIS sebenarnya membawa kita pada sebuah penemuan fantastis.”
Sanherib adalah seorang raja yang sombong, berkuasa yang menaklukkan empat puluh enam kota Yehuda selama pemerintahan Hizkia. Ia membawa dua ratus ribu tawanan dan mengepung Yerusalem untuk sementara waktu, tapi ia tidak mengambil alih kota tersebut. Ia menyebut Hizkia “seorang tawanan di Yerusalem… seperti seekor burung dalam sangkar.” Tetapi Sanherib menarik diri mundur dari menyerang kota itu karena ada masalah mendesak di kerajaannya.
Saat ia kembali, pembawa pesannya mengancam Hizkia dengan gambaran mengerikan apa yang akan terjadi jika raja menolak untuk menyerah. Raja Yehuda mencari Tuhan dan lewat nabi Yesaya, Tuhan menjanjikan perlindungan-Nya. Dan akhirnya “keluarlah Malaikat TUHAN, lalu dibunuh-Nyalah seratus delapan puluh lima ribu orang di dalam perkemahan Asyur. Keesokan harinya pagi-pagi tampaklah, semuanya bangkai orang-orang mati belaka!” (2 Raja-raja 19:35). Saat Sanherib kembali ke rumahnya lalu ia dibunuh oleh putranya sendiri.
Seringkali saat kita merasa dikelilingi oleh musuh dan masa depan terlihat tanpa pengharapan, Tuhan dekat pada kita. Bahkan di depan kehancuran, Tuhan dapat membuka sebuah masa depan yang baru. Seperti tindakan penghancuran Isis akan kubur nabi Yunus – yang mengungkapkan konfirmasi lain sejarah Alkitab – bahkan tindakan-tindakan buruk Setan melawan kita dapat berakhir membawa kemuliaan bagi Tuhan.