Janji Kemenangan
Terpujilah Tuhan yang memberikan tempat perhentian kepada umat-Nya Israel tepat seperti yang difirmankan-Nya; dari segala yang baik, yang telah dijanjikan-Nya dengan perantaraan Musa, hamba-Nya, tidak ada satupun yang tidak dipenuhi. I Raja-raja 8:56
Kita sangat menyenangi pemandangan matahari terbenam, yang bagi saya indah sekali dan saya ingin menatapnya. Bahasa tidak cukup untuk menggambarkan keindahannya. Sinar terakhir matahari yang sedang tenggelam yang berwarna perak dan emas, ungu, kuning gading, kirmizi, memancarkan kemuliaannya melintasi langit, yang makin lama makin terang, dan lebih tinggi dan lebih tinggi di angkasa, sampai seolah-olah pintu gerbang kota Allah telah terbuka sedikit dan memancarkan kemuliaan sampai keluar. Selama dua jam kemuliaan yang ajaib ini terus memenuhi langit bagian utara yang dingin—sebuah gambar yang dilukiskan oleh Seniman Mahabesar di atas layar angkasa yang luas. Tampak bagaikan senyuman Allah, di atas segala rumah yang di dunia, di atas dataran yang berbatu, gunung yang kasar, hutan-hutan yang sunyi, tempat kita mengadakan perjalanan.
Tampaknya malaikat rahmat berbisik, “Lihat, kemuliaan ini hanyalah seberkas sinar terang yang mengalir dari takhta Allah. Janganlah hidup untuk dunia saja. Menengadahlah ke atas, dan pandanglah oleh iman akan rumah yang di surga.” Bagi saya pemandangan ini bagaikan pelangi perjanjian kepada Nuh, yang menyanggupkan saya untuk menggenggam kepastian pemeliharaan Allah yang tak pernah gagal dan memandang ke depan ke surga yang teduh yang menunggu pekerja yang setia. Sejak saat itu saya merasa bahwa Allah mengaruniakan tanpa kasih-Nya ini untuk memberi dorongan keberanian bagi kita. Tidak pernah dalam ingatan saya dapat saya melupakan keindahan pemandangan itu dan rasa nyaman serta damai yang dihasilkannya.
Mustahil bagi setiap pikiran untuk mengerti segala kelimpahan dan kebesaran perjanjian Allah walaupun hanya satu. Seorang mendapat kemuliaan dari satu segi pandangan, yang lain mendapat keindahan dan rahmat dari sudut yang lain, lalu jiwa dipenuhi dengan terang surga.
Di dalam pemandangan-pemandangan ini Ia berbicara kepada kita secara perorangan. . . . Di dalam janji-janji inilah Kristus memberitahukan anugerah dan kuasa-Nya kepada kita.
Hidupku Kini, hlm. 339