Mereka yang Sudah Menang
Bahwa karena sebab segala kemurahan Tuhan, maka tiada kita dibinasakan sama sekali, dan segala rahmat-Nyapun tiada berkeputusan adanya. Pada tiap-tiap pagi adalah ia itu baharu, dan besarlah setia-Mu! Ratapan 3:22-23 (Terjemahan Lama).
Nabi yang setiawan itu dikuatkan setiap hari agar tetap tahan. “Tetapi Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!” “Menyanyilah untuk Tuhan, pujilah Tuhan! Sebab Ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.” Pengalaman-pengalaman yang dilewati Yeremia pada masa mudanya sama juga pada masa tuanya dalam pekerjaannya mengajarkan pelajaran bahwa, “manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” Maka ia berdoa, “Hajarlah aku ya Tuhan, tetapi dengan selayaknya, jangan dengan murkaMu, supaya aku jangan Kau binasakan!”
Bila dipanggil untuk minum cawan kesusahan dan penderitaan, dan bila dicobai dalam sengsaranya ia berkata, “Hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada Tuhan,” ia teringat akan pemeliharaan Allah dalam hidupnya dan dengan sorak kemenangan berseru, “bahwa karena sebab segala kemurahan Tuhan, maka tiada kita dibinasakan sama sekali, dan segala rahmatNya pun tiada berkeputusan adanya. Pada tiap-tiap pagi adalah ia itu baharu,dan besarlah setiaMu.”
Banyak yang mengaku orang Kristen terlalu lama memikir-mikirkan segi yang gelap dari kehidupan, bila mereka dapat bersorak-sorak dalam sinar matahari; mereka mengeluh pada saat mereka harus bergembira, mereka membicarakan kepedihan pada saat mereka mengangkat pujian atas berkata yang limpah yang dinikmatinya. Mereka memperhatikan perkara-perkara yang menggelisahkan, menimbun kekecewaan-kekecewaan, mengeluh terhadap kesengsaraan-kesengsaraan, dan sebagai akibatnya hati menjadi berat dan sedih, ketika mereka seharusnya menghitung berkat-berkatnya, yang mereka akan dapati berlimpah-limpah sehingga mereka akan lupa menyebut-nyebut hal-hal yang mengganggu mereka. Sekiranya mereka mengambil catatan terhadap rahmat yang diberikan kepada mereka setiap hari; sekiranya mereka mau menyimpan kenangan indah kebaikan yang mereka terima di dalam pikiran mereka, berapa banyak mereka harus mengangkat syukur dan pujian kepada si Pemberi segala kebaikan itu.”
Hidupku Kini, hlm. 329