Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah Raja Kemuliaan?” “Tuhan, jaya dan perkasa, Tuhan perkasa dalam peperangan!”. . . Dialah Raja Kemuliaan!” Sela. Mzm. 24:7-10
Kristus datang ke dunia ini sebagai Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Ia naik ke surga sebagai Raja orang-orang kudus. Kenaikan-Nya layak karena tabiat-Nya yang agung. Ia pergi sebagai seorang yang perkasa dalam peperangan, seorang penakluk, memberwa tawanan yang tertawan. Ia dibantu oleh pasukan surga, di tengah-tengah sorak-sorai dan pujian suara bulat dan nyanyian surgawi. . . . Seluruh surga bersatu dalam penyambutan-Nya.
Kenyataan paling berharga kepada murid-murid dalam kenaikan Yesus adalah bahwa Ia pergi dari antara mereka ke surga dalam wujud nyata Guru Ilahi mereka. . . . Kenang-kenangan terakhir yang dimiliki oleh murid-murid mengenai Tuhan mereka adalah sebagai Teman yang bersimpati, Penebus yang dimuliakan. . . . Kecemerlangan iring-iringan surgawi dan pembukaan pintu- gerbang kemuliaan Tuhan untuk menyambut Dia tidak bisa terlihat oleh mata fana.
Seandainya perjalanan Kristus naik ke surga dinyatakan kepada murid-murid dalam segala kemuliaan-Nya yang tak terkatakan itu, mereka tidak akan tahan melihat pemandangan itu. Seandainya mereka melihat sejumlah besar malaikat, dan mendengar ledakan seruan kemenangan dari benteng surga, sementara pintu-pintu kekal dibuka, perbedaan antara kemuliaan itu dengan kehidupan mereka di dunia yang penuh dengan pencobaan akan begitu besar, sehingga mereka akan sulit untuk menanggung kembali beban kehidupan duniawi mereka. . . .
Perasaan mereka tidak menjadi begitu tergila-gila dengan kemuliaan surga sehingga mereka akan kehilangan pandangan tabiat Kristus di dunia ini, yang harus mereka tiru untuk mereka sendiri. Mereka harus ingat dalam pikiran mereka keindahan dan kebesaran hidup-Nya, keharmonisan yang sempurna dalam semua sifat-Nya, dan persatuan ajaib antara Keilahian dan kemanusiaan dalam sifat-Nya. Adalah lebih baik bahwa pengenalan murid-murid dengan Juruselamat secara dunia berakhir dengan khidmat, tenang, dan Iuhur sebagaimana yang terjadi. Kenaikan-Nya dari dunia yang kelihatan selaras dengan kerendahan hati-Nya dan ketenangan hidup-Nya.
“That I May Know Him”