Amazingfacts.id: Didedikasikan kepada Tuhan bahkan sebelum ia dikandung, nabi Samuel, sebagai seorang anak, dibawa ke bait suci untuk melayani seumur hidupnya.
mujizat bagi ibunya
Samuel adalah mukjizat bagi ibunya yang mandul, Hana, yang telah berdoa dengan putus asa kepada Tuhan untuknya. Sesuai dengan janjinya, Hana segera setelah ia mampu, memberikan Samuel untuk dilatih menjadi imam di bawah bimbingan Eli, imam besar.
Samuel adalah seorang anak yang taat, pekerja keras dan penuh rasa hormat. Dia melakukan tugasnya dengan sukarela, bahkan ketika orang-orang di sekitarnya tidak melakukannya. Di bait suci, ia sangat kontras dengan anak-anak Eli, Hofni dan Pinehas, yang juga adalah imam.
Hofni dan Pinehas menyalahgunakan jabatan mereka untuk kepentingan pribadi mereka; mereka korup, tidak bermoral, dan menghujat (1 Samuel 2:12-16, 22). “Sebab itu besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN” (ayat 17).
Pasti sulit bagi Hana dan Elkana, suaminya, untuk membiarkan orang lain membesarkan anak mereka. Perilaku anak-anak Eli sudah terkenal di seluruh negeri; bukan hal yang tidak masuk akal jika orang tua Samuel khawatir bahwa anak mereka sendiri mungkin akan mengalami hal yang sama.
keinginan untuk mengenal tuhan
Samuel adalah anak bungsu. Wajar jika ia mengagumi anak-anak imam besar, mengadopsi cara dan karakter mereka. Dan disisi lain Hana dan Elkana tidak dapat bertemu setiap saat, mereka bertemu dengan Samuel kecuali setahun sekali pada saat “pengorbanan tahunan” (ayat 19).
Meskipun Hana memperhatikan untuk mengunjungi anak sulungnya, tidak diragukan lagi memberikan semua bimbingan yang ia bisa, apalah artinya satu hari dibandingkan dengan bertahun-tahun terpapar dengan kejahatan seperti itu? Bukankah pada akhirnya hal itu akan berdampak pada pikiran yang begitu muda dan mudah terpengaruh?
Tetapi ada sesuatu yang berbeda dengan Samuel. Ia ingin mengenal Tuhan, mengasihi Tuhan; dan setelah tahun-tahun berlalu, ia “berkenan kepada TUHAN dan kepada manusia” (ayat 26). Samuel, terlepas dari semua yang ada di sekelilingnya, mendedikasikan dirinya untuk melayani Tuhan.
Renungkan: Apakah Anda pernah berada dalam situasi di mana Anda tergoda untuk meninggalkan Allah dan jalan-Nya? Pikirkanlah tentang Samuel, Daniel, atau Yusuf dan bagaimana mereka tetap setia kepada Allah di tengah-tengah kejahatan.
Kemudian bernazarlah ia, katanya: Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya. 1 Samuel 1:11.