Dalam artikel nubuatan sebelumnya, “SAYEMBARA PENCARIAN AYAT TENTANG PENGUDUSAN HARI MINGGU BERHADIAH $10.000 (1),” kita telah mempelajari dan menemukan satu fakta bahwa Tuhan tidak merubah hari kudusNya, yaitu hari Sabat hari ketujuh (Sabtu) ke hari lainnya. Tuhan juga tidak pernah memberikan otoritas kepada gereja untuk melakukannya juga. Tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas untuk merubah hari Sabat Tuhan. Itulah yang Firman Tuhan katakan.
Sehingga kita bisa berpikir dan untuk sementara menyimpulkan bahwa sesungguhnya hari Minggu bukanlah hari yang diminta Tuhan untuk kita khususkan dan kuduskan sebagai hari special untuk menyembah Tuhan dengan khusus pula.
Tapi tentu kita perlu adil dalam penelitian kita sehubungan dengan hal ini. Dalam pengadilan ada istilah pembuktian terbalik, jadi sekarang mari kita coba buktikan. Jika Tuhan menginginkan kita menjaga kekudusan hari Minggu untuk menghormati kebangkitan atau karena alasan lain, harus ada beberapa bukti dalam Perjanjian Baru? Bukankah Anda setuju? Jadi inilah sayembara kita.
Kita akan mencari ayat yang hilang yang berhadiah $ 10.000, yaitu jika kita bisa menemukan ayat yang menyatakan bahwa hari Minggu adalah hari yang harus dijaga kekudusannya setiap pekan.
Banyak orang telah mencoba mencari ayat yang hilang ini, tetapi sampai sekarang tetap tidak ditemukan. Karena memang sebenarnya ayat tersebut TIDAK ADA dalam Alkitab. Tapi untuk bersikap adil, kita akan melihat ayat-ayat yang menyebutkan hari pertama (Minggu) dalam pekan itu.
Dan kita tidak akan membahasnya dalam waktu yang cukup lama, karena ayat-ayat yang menyatakan hari pertama (Minggu) itu hanya ada delapan ayat!
- Matius 28:1.
- Markus 16:1, 2.
- Markus 16:9.
- Lukas 24:1.
- Yohanes 20:1.
- Yohanes 20:19.
Keenam ayat itu semua mengacu pada hari Minggu yang sama, yaitu tentang Kebangkitan Yesus di hari Minggu. Dan tidak ada satupun diantaranya yang mengatakan apa pun tentang Minggu adalah hari yang suci. Ayat-ayat tersebut hanya mencatat kebangkitan Kristus dari antara orang mati pada hari itu.
Jadi di sini kita memiliki empat Injil. Jika Allah ingin kita untuk menjaga kekudusan hari Minggu, bukankah Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, seharusnya tahu tentang hal itu. Kita menemukan dari Injil hari apa yang merupakan hari Tuhan yang kudus. Hari apa itu? Hari Sabat.
Mari kita lihat ayat ketujuh sekarang. 1 Korintus 16:1, 2, “Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama (Minggu) dari tiap-tiap minggu (pekan) hendaklah kamu masing-masing — sesuai dengan apa yang kamu peroleh — menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”
Disini Paulus menulis kepada gereja-gereja di Asia. Dia mengatakan dalam ayat satu supaya mereka mengumpulan uang untuk orang-orang kudus, bukan dari orang-orang kudus. Sekarang beberapa orang mengatakan bahwa Paulus memberitahu jemaat Korintus untuk mengumpulkan persembahan sekolah Minggu. Apakah itu yang Dia katakan? Kita akan lihat (kembali baca ayatnya di atas).
Baik, apa hari pertama dalam satu pekan? Minggu (Lukas 24:1). Jadi Paulus meminta jemaat Korintus untuk menyisihkan dan menyimpan sesuatu (mungkin uang sebagai donasi) pada hari Minggu.
Ini adalah sesuatu yang mereka lakukan di rumah, tidak di gereja. Jadi Paulus memberitahu jemaat Korintus untuk melakukan perhitungan mereka pada hari Minggu, menyisihkan sesuatu sehingga mereka tidak harus melakukannya ketika ia datang.
Paulus mengajarkan jemaat di Korintus untuk menjaga hari Sabat. Mari kita lihat ayat dalam buku kisah 18:4, “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.” Paulus berkhotbah setiap hari Sabat di Korintus untuk orang Yahudi dan orang Yunani. Berapa lama Paulus dalam mengajar Korintus? Kisah 18:11 mengatakan ia ada di sana selama satu tahun dan enam bulan. Berapa banyak Sabat dalam satu tahun dan enam bulan? 78 Sabat. Jadi untuk 78 hari Sabat Paulus mengajar di Korintus dan terjadi kebangunan besar dalam menguduskan Sabat.
Jadi, berdasarkan Kisah 18 tadi ketika Paulus menulis kepada jemaat di Korintus, ia tahu bahwa jemaat Korintus akan membaca suratnya ketika mereka berkumpul untuk beribadah, dan hari apa itu? Hari Sabat. Jadi Paulus berkata, “Besok, hari pertama (Minggu) dalam pekan, supaya Anda tidak lupa, ketika Anda pulang ke rumah tolong persiapkan persembahan bagi Gereja di Yerusalem.” Paulus justru mengajarkan mereka untuk bekerja pada hari Minggu. Jadi kita tidak dapat menemukan bukti dari 1 Korintus bahwa Minggu adalah kudus.
Mari kita sekarang menuju ke ayat ke delapan. Kisah 20:6, 7, “Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya. Pada hari pertama (Minggu) dalam minggu (pekan) itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.”
Beberapa dari Anda mungkin berpikir, “Lihat, mereka memecahkan roti. Itu membuktikan bahwa Minggu adalah kudus.“ Apakah benar demikian? Alkitab berkata dalam Kisah Para Rasul 2:46 bahwa mereka memecahkan roti dari rumah ke rumah setiap hari, itu adalah hal yang biasa mereka lakukan sehari-hari. Jadi jika memecahkan roti membuat hari menjadi suci hari, berarti setiap hari adalah kudus. Namun kita tidak bisa membuat kesimpulan seperti itu.
Dan Paulus berkhotbah sampai kapan? Sampai tengah malam! Mungkin tidak ada seseorang berkhotbah/mengajar sampai tengah malam. Dari mana kita tahu Paulus disana sampai malam? Mari kita membaca dan melihat apa yang terjadi selanjutnya. Ayat 8: “Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu.” Ini adalah pertemuan pada malam hari karena ada banyak lampu.
Mari berpindah ke ayat 9: “Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati.” Mungkin saja malam itu cukup panas, ditambah fakta bahwa banyak orang yang berkumpul. Dan mereka tidak memiliki AC seperti di zaman kita sekarang ini. Dan seorang pemuda bernama Eutikhus duduk di jendela di mana untuk mungkin mendapatkan hawa udara yang lebih sejuk. Tapi karena Paulus khotbah panjang, Eutikhus tertidur. Kemudian ia jatuh keluar jendela tiga lantai bawah dan tewas (lihat, Anda tidak pernah tahu apa yang mungkin terjadi saat Anda tertidur selama pertemuan ibadah).
Ayat. 10 katakan: “Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: “Jangan ribut, sebab ia masih hidup.” Jadi Paulus, melalui kuasa Kristus membangkitkan Eutikhus. Itulah mungkin mengapa kejadian ini dicatat untuk menjelaskan mukjizat Paulus yang terjadi oleh karena kuasa Kristus.
Mari kita sekarang membaca ayat 11, 12: “Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur.” Berapa lama Paulus berbicara/berkhotbah? Sepanjang malam. Kita akan mencari tahu sejenak mengapa. Perhatikan ini adalah pertemuan malam. Jadi sebenarnya pada hari apa pertemuan itu berlangsung? Sebelum kita jawab kita perlu sepakati dulu, kapan “hari” itu dimulai?. Apakah mulai tengah malam atau saat matahari terbit atau saat matahari terbenam? Alkitab mengatakan dalam Kejadian 1 (kisah tentang peenciptaan) bahwa hari dumulai (atau juga saat terjadinya pergantian hari) adalah saat matahari terbenam. Alkitab mengatakan dalam Kejadia 1 “jadilah petang dan jadilah pagi itulah hari pertama, kedua, hari ketiga, dan seterusnya.” Jadi dalam Alkitab, hari dimulai petang hari saat matahari terbenam. Imamat 23:32 mengatakan, “… dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan sabatmu.”
Kemudian Ulangan 16:6 dan Markus 1:32 juga menyatakan petang hari adalah ketika matahari terbenam.
Mari kita menggambarkan hal itu. Matahari terbenam adalah ketika hari baru dimulai. Maka kita memiliki matahari terbit, dan matahari terbenam lagi. Itu membuat seluruh hari menurut Alkitab. Berdasarkan prinsip ini, mari kita lihat petemuan Paulus. Dia berkhotbah sepanjang malam, tetapi matahari telah terbenam, jadi pertemuan ini adalah hari pertama dalam minggu itu (lebih tepatnya itu mungkin dimulai Sabtu sore/malam setelah matahari terbenam atau yang kita mengenalnya dengan istilah “malam minggu”). Setelah berkhotbah sepanjang malam, ia melanjutkan perjalanannya pada hari berikutnya (Minggu pagi setelah “fajar menyingsing”). Jadi Paulus dengan jemaat mengadakan pertemuan pada hari pertama minggu itu.
Seorang Ahli Alkitab, Horatio B. Hacket mengatakan, “Orang-orang Yahudi memperhitungkan satu hari penuh adalah dari petang sampai petang, dan dengan prinsip tersebut petang hari pertama dari satu pekan adalah Sabtu malam kita (malam minggu).” Rasul Paulus mengadakan pelayanan terakhirnya dalam cerita itu pada Sabtu malam, dan melanjutkan perjalanan pada hari Minggu Pagi. Berapa lama perjalanan itu? “Kami berangkat lebih dahulu ke kapal dan berlayar ke Asos, dengan maksud untuk menjemput Paulus di situ sesuai dengan pesannya, sebab ia sendiri mau berjalan kaki melalui darat.” Kisah 20:13.
Lukas dan para pembantunya berlayar dari Troas ke Assos. Paulus berencana untuk melintasi semenanjung dengan berjalan kaki pada hari berikutnya. Apakah Anda tahu seberapa jauh itu? Itu sekitar 40 km. Paulus tidak akan pernah berjalan sejauh itu jika dia pikir hari Minggu adalah hari yang suci. Namun kita tahu Paulus tidak menjaga kekudusan hari Minggu sehingga ia melakukan perjalanan sejauh itu. Sebaliknya, ia terus menjaga dan menyucikan hari Sabat seperti yang diperintahkan Allah.
Mengapa Paulus berkhotbah sepanjang malam? Mari kita lihat jawabannya dalam ayat 25: “Dan sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah.” Ini adalah acara perpisahan. Paulus tahu ia mungkin tidak akan pernah lagi bisa bertemu dengan jemaat Korintus. Jadi dia berkhotbah sepanjang malam Sabtu malam dan melanjutkan perjalanannya pada hari Minggu pagi.
Sampai dengan ayat ke delapan di Kisah 20:7 kita belum menemukan bukti bahwa hari Minggu adalah hari yang disucikan.
Jadi kita telah melihat setiap ayat dalam Perjanjian Baru yang menyebutkan tentang hari pertama (hari Minggu) dalam satu pekan, dan tidak satupun yang menyatakan kepada kita untuk menjaga Hari Minggu sebagai hari yang disucikan.
Jika pemeliharaan Hari Minggu TIDAK berasal dari Alkitab, maka pasti timbul pertanyaan besar: Dari mana asal pemeliharaan Hari Minggu?
Kita akan pelajari dan bahas dalam artikel nubuatan selanjutnya dalam “SAYEMBARA PENCARIAN AYAT TENTANG HARI MINGGU BERHADIAH $10.000 (3).”