Jelaslah bahwa hari Sabat yang mula-mula tetap dipelihara bersama-sama dengan perayaan Hari Tuhan oleh orang-orang Kristen di Gereja bagian Timur, sekitar tiga ratus tahun setelah kematian Juruselamat kita.”—A Learned Treatise of the Sabbath, hlm. 77
Orang-orang Kristen yang mula-mula
“Orang-orang Kristen yang mula-mula mempunyai satu penghormatan yang besar terhadap hari Sabat, dan menggunakan waktu itu untuk beribadah dan berkhotbah. Tidak diragukan lagi bahwa mereka meneruskan kebiasaan ini dari para rasul itu sendiri, sebagaimana yang terdapat dalam beberapa ayat di Alkitab.”Dialogue on the Lord’s Day,” hlm. 189. London; 1701, oleh Dr. T. H. Morer (Seorang pendeta Gereja di Inggris).
“…. Hari Sabat menjadi satu ikatan yang menyatukan mereka dengan kehidupan seluruh umat, dan dengan memelihara hari Sabat sebagai hari kudus, maka mereka bukan hanya mengikuti teladan Yesus, melainkan juga perintah Yesus.” “Geschichtedes Sonntags,” hlm. 13, 14.
“Orang-orang Kristen yang sederhana itu tetap memelihara hari Sabat orang Yahudi; … jadi orang-orang Kristen, untuk satu waktu yang cukup lama secara bersama-sama, mengadakan pertemuannya pada hari Sabat, di mana sebagian dari isi hukum Taurat dibacakan; dan hal ini berlangsung terus sampai diadakan konsili Laodikia.” “The Whole Works of Jeremy Taylor, Vol IX, hal. 416 (Edisi R. Heber, Vol XII, hlm. 416).
Gereja Mula-Mula
Jelaslah bahwa hari Sabat yang mula-mula tetap dipelihara bersama-sama dengan perayaan Hari Tuhan oleh orang-orang Kristen di Gereja bagian Timur, sekitar tiga ratus tahun setelah kematian Juruselamat kita.”—A Learned Treatise of the Sabbath, hlm. 77
Istilah “Hari Tuhan” di atas dimaksudkan oleh penulis itu adalah hari Minggu dan bukan Hari Tuhan yang benar sebagaimana dinyatakan Alkitab sebagai hari Sabat. Kutipan ini menunjukkan bahwa hari Minggu itu muncul di lingkungan orang Kristen abad mula-mula segera setelah kematian para Rasul. Ingatlah bahwa Paulus telah menubuatkan bahawa “satu kemurtadan” besar dari Kebenaran itu akan terjadi segera setelah kematiannya.
Orang Kristen Abad ke-2
“Orang-orang Kristen bukan Yahudi juga memelihara hari Sabat,”Gieseler’s “Church History,” Vol. 1, bab 2, par. 30, 93.
Abad ke-2, ke-3, ke-4
“Sejak zaman para rasul sampai konsili Laodikia, yaitu sekitar tahun 364, pemeliharaan hari Sabat yang kudus orang Yahudi terus berlanjut, seperti yang dapat dibuktikan dari banyak penulis: ya, meskipun keputusan konsili menentangnya.” “Sunday a Sabbath.” John Ley, hlm.163. London: 1640.