Kecurahan Roh Kudus
Kemudfan dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. la mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya. Wahyu 18:1
Akhir dari segala perkara sudah dekat. Allah sedang menjamah setiap pikiran yang terbuka untuk menerima kesan-kesan Roh KudusNya. la sedang mengirim utusan agar mereka menyampaikan amaran itu di setiap tempat. Allah sedang menguji ketekunan sidangNya dan kemauan mereka untuk menyerah pada pimpinan Roh. Pengetahuan harus dipertambahkan. Utusan-utusan sorga harus kelihatan berlari ke sana ke mari, berusaha sedapat-dapatnya mengamarkan orang-orang tentang datangnya hari penghakiman dan menyampaikan berita sukacita tentang keselamatan melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Derajat kebenaran akan ditinggikan. Roh Allah sedang menggerakkan hati orang-orang, dan mereka yang menyambut pengaruh roh itu akan menjadi terang di dunia ini. Di mana-mana mereka tampak keluar memberitakan terang yang mereka terima itu kepada orang-orang lain sebagaimana yang terjadi setelah turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta. Dan sementara mereka membiarkan terang mereka bersinar, semakin lama mereka menerima semakin banyak kuasa Roh itu. Dunia ini menjadi terang dengan kemuliaan Allah.
Pekabaran ini akan ditutup dengan kuasa dan kekuatan yang jauh lebih hebat dari seruan tengah malam. Hamba-hamba Allah, yang dipenuhi dengan kuasa dari atas, dengan wajah mereka yang diterangi, dan memancarkan sinar penyerahan yang kudus, keluar memberitakan pekabaran yang dari sorga itu.
Banyak orang sedang memuji Allah. Orang-orang sakit disembuhkan, dan tanda-tanda mujizat Iainnya diadakan. Suatu roh pengantaraan tampak, sebagaimana dinyatakan sebelum Hari Pentakosta yang besar itu. Ratusan dan ribuan orang tampak melawat keluarga-keluarga dan membukakan Firman Allah di hadapan mereka. Hati diyakinkan oleh Kuasa Roh Kudus, dan roh pertobatan yang sungguh-sungguh tampak dengan jelas. Setiap pintu rumah terbuka bagi pemberitaan kebenaran itu. Dunia ini tampak diterangi dengan pengaruh sorgawi itu.
Hidupku Kini, hal. 65