Oleh: Joe Crews
Tiga Hari Tiga Malam
Sejumlah pendapat yang paling kuat dan kontroversial ditujukan mengenai pernyataan Yesus mengenai Yunus dan ikan besar. Cukup anehnya, isu utamanya bukan mengenai fakta yang sering ditentang, mengenai seorang pria yang ditelan oleh seekor monster laut.Hal yang menentukan bagi kebanyakan adalah seputarlamanya Yunus berada di dalam perut ikan. Berikut ini tepatnya kata-kata yang Yesus gunakan untuk menggambarkan pengalaman dari nabi yang kabur ini: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.
Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.
Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” Matius 12:39-41.
Sekarang, pernyataan Yesus ini sangatlah berpengaruh dalam banyak hal. Yang pertama, dengan nyata ditegaskan bahwa cerita Yunus di Perjanjian Lama adalah sebagaimana Alkitab mencatatkannya. Namun lebih daripada itu, peristiwa ini merupakan tanda bagi kematian, pemakaman, dan kebangkitan Kristus. Yesus menyebutkan pemberitaan Yunus dalam dua kesempatan sebagai tanda kepada orang Farisi yang tidak setia.
Saat ini ada sejumlah kecil orang Kristen yang membuat isu yang hebat mengenai “tiga hari tiga malam.” Mereka bersikeras bahwa Yesus menggunakan pernyataan itu karena Ia berada di dalam kuburNya tepat tujuh puluh dua jam, tidak sedetikpun lebih ataupun kurang. Keyakinan ini membawa mereka kepada kesimpulan bahwa Kristus telah disalibkan pada Rabu petang dan dibangkitkan pada jam yang sama di hari Sabat petang. Dengan ini, mereka menilai tepat tujuh puluh dua jam lamanya Yesus dikuburkan sebagaimana yang mereka percayai.
Apakah intepretasi ini selaras dengan semua tulisan di Alkitab mengenai topik ini?Apakah ini cocok dengan catatan inspirasi lainnya yang juga menyinggung mengenai jangka waktu? Apakah ada informasi lain dalam Firman TUHAN yang akan membuat lebih jelas bagaimana seharusnya memahami arti dari tiga hari tiga malam? Untungnya, kita memiliki bukti Alkitab yang cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Faktanya, dalam tujuh belas kesempatan berbeda, Yesus ataupun teman-temanNya berbicara mengenai waktu kematian dan kebangkitannya. Sepuluh kali dinyatakan bahwa kebangkitan akan terjadi pada “hari yang ketiga,” dan hanya satu kali Yesus berkata mengenai kematianNya menggunakan “tiga hari tiga malam.” Tidak diragukan, semua pernyataan ini digunakan untuk menjelaskan suatu peristiwa yang sama. Terlihat tidak ada perbedaan mengenai hal ini. “hari ketiga,” “dalam tiga hari,” “setelah tiga hari,” dan “tiga hari tiga malam” adalah istilah yang sama yang Alkitab gunakan mengenai kebangkitan Yesus.
Pemaknaannya tidak bisa secara harafiah.
Sekarang coba tanyakan: Dapatkah semua pernyataan ini kita ambil secara benar-benar harafiah dan tetap selaras satu dengan yang lainnya? Jelas tidak! Sebagai contoh, “sesudah tiga hari” akan dengan langsung diartikan lebih dari tujuh puluh dua jam. “dalam tiga hari” bias juga diartikan kurang dari tujuh puluh dua jam, dan “tiga hari tiga malam” hanya dapat diartikan tepat tujuh puluh dua jam. Dan “hari ketiga” menimbulkan masalah yang lebih, yang segera akan kita dapatkan.
Apakah ini terdengar amat-sangat membingungkan? Jika demikian, itu hanya karena seseorang menggunakan pemahaman pribadinya dalam mengartikan Firman TUHAN. Kita harus membiarkan Alkitab sendiri yang menjelaskannya, dan lebih khusus lagi, kita harus mengizinkan Kristus memberikan makna dari setiap kata yang Ia ucapkan. Ini akan menjadi suatu kesalahan besar bagi siapa saja yang menyatakan dan memaksakan penyesuaian dari intepretasi tersebut tanpa melihat kepada enam belas tulisan yang lainnya mengenai subjek ini.
Apakah mungkin bagi seluruh ayat ini dijelaskan dan tidak bertentangan satu dengan yang lainnya? Jika ini semua tidak selaras, maka Yesus sendiri patut disalahkan karena membentuk suatu kebingungan, karena Dia menggunakan berbagai pernyataan disaat yang berbeda mengenai kematian dan kebangkitanNya. Dalam Matius 12:40 Ia mengatakan, “tiga hari tiga malam,” tapi dalam Markus 8:31 Ia berkata, “sesudah tiga hari.” Dia mengacu kepada hal yang sama dalam Yohanes 2:19 yaitu, “dalam tiga hari” dan dalam lima kesempatan lain Ia berkata, “pada hari ketiga.” Matius 16:21, 17:23, 20:19; Lukas 13:32, 24:46.
Perhitungan Inklusif
Satu-satunya cara kita dapat menyelaraskan pernyataan-pernyataan Yesus yang kelihatannya kontradiktif ini, adalah dengan memahaminya dalam terang perhitungan inklusif soal waktu (inclusive reckoning). Ini adalah metode yang digunakan di seluruh Alkitab dalam menghitung waktu, dan kita harus menggunakan metode yang sama sekarang, atau kita akan mendapat kekacauan besar. Sebuah desakan tak alasan untuk menggunakan idiom bahasa Inggris di abad ke-21 dalam mengartikan bahasa Yunani atau Ibrani kuno malahan telah membawa suatu pandangan yang ekstrim. Yesus dan murid-muridNya mengucapkan dan menuliskan dalam keselarasan dengan penulisan umum yang digunakan mengenai waktu, dan penggunaan ini mengakui metode perhitungan inklusif (inclusive reckoning of time). Dengan kata lain, ini berarti suatu bagian dari suatu hari, dihitung sebagai satu hari.
Sebelum kita kembali kepada Alkitab untuk kejelasan dari prinsip ini, mari kita baca pernyataan yang kuat dari Jewish Encyclopedia mengenai hal ini. “Sebagian waktu singkat di pagi hari pada hari ketujuh, dihitung sebagai hari kejutuh; penyunatan dilakukan pada hari kedelapan, sekalipun, hari pertama berakhir beberapa menit setelah kelahiran sang bayi, ini dihitung sebagai satu hari.” Vol. 4, p. 475. Betapa jelasnya ini mendefinisikan metoda Ibrani dalam menghitung waktu. Sebagian kecil dari suatu hari, dihitung sebagai seluruh periode 24 jam. Inilah gaya bahasa dan kalimat Ibrani. Banyak pertentangan yang akan timbul dari Perjanjian Lama dan Baru bilamana prinsip ini diabaikan. Kita harus membandingkan Alkitab dengan Alkitab dan menggunakan konstruksi kalimat dari bahasa yang digunakan untuk menulis Alkitab. Perhitungan Inklusif (Inclusive Reckoning) telah digunakan oleh seluruh penulis Alkitab.
Mari sekarang kita perhatikan beberapa contoh penggunaan metode ini dalam Alkitab yang akan menerangkan masalah ini. Dalam Kejadian 7:4 TUHAN berkata kepada Nuh, “Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi.” Tapi di ayat 10 kita membaca , “Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi.” Para pembaca yang terbatas, menilai ini sebagai “pada hari yang ketujuh.”Kasihan sekali orang yang mencoba untuk mengkronologikan hal ini. Kapankah air bah datang? Dalam tujuh hari? Pada hari yang ketujuh? Atau setelah tujuh hari? Jawabannya mudah, saat perhitungan inklusif digunakan. Hari dimana ALLAH berkata kepada Nuh dihitung sebagai hari pertama, dan hari dimana hujan dimulai adalah hari ketujuh. Sekalipun jika TUHAN berbicara tepat 10 menit sebelum hari pertama berakhir, itu tetap dihitung satu dari tujuh. Prinsip yang sama ditunjukkan dalam penyunatan bayi. Kejadian 17:12 menyatakan dengan spesifik “Anak yang berumur delapan hari.” Tetapi Lukas 1:59 menyatakan “pada hari yang kedelapan.” Lukas 2:21 menggunakan ekspresi yang lain: “Dan ketika genap delapan hari.”
Bukti yang lebih lagi mengenai perhitungan inklusif dapat dilihat saat Yusuf berurusan dengan saudara-saudaranya. “Dan dimasukkannyalah mereka bersama-sama ke dalam tahanan tiga hari lamanya.Pada hari yang ketiga berkatalah Yusuf kepada mereka: “Buatlah begini, maka kamu akan tetap hidup;…pergilah kamu…” Kejadian 42:17-19. Perhatikan juga masalah pajak antara raja Rehabeam dan rakyatnya. “Datanglah kembali kepadaku lusa…Lalu…Lusanya datanglah segenap rakyat kepada Rehabeam.” 2 Tawarikh 10:5,12.
Ini hanyalah beberapa contoh dari sekian banyak contoh yang dapat dikutip untuk menguatkan pokok yang penting ini. Pemahaman Ibrani hanya membutuhkan sebagian dari satu hari untuk dimasukkan dalam perhitungan waktu.
Hari Ketiga
Sekarang kita siap untuk menerapkan aturan jelas yang dibentuk kepada waktu Yesus berada di dalam kubur. Setidaknya sebagian dari hari ketiga harus dimasukkan dalam periode kematianNya. Ekspresi yang Yesus paling sering gunakan dalam menggambarkan kebangkitan adalah “hari ketiga.” Dia mempertahankan istilah pengulanganNya atas dasar Kitab Suci. “Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,” Lukas 24:46.
Kedua murid di jalan ke Emaus menggunakan ekspresi yang sama ketika mereka berbicara tentang peristiwa mengerikan seputar penyaliban. Tidak menyadari bahwa mereka sedang berbicara dengan Yesus, yang telah dibangkitkan sebelumnya pada hari yang sama, salah satu dari mereka berkata, “telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.” Lukas 24:21.
Jelas, orang-orang itu mengerti bagaimana menghitung dan menentukan hari yang ketiga. Mereka tahu karena itu adalah idiom umum dalam bahasa mereka. Tetapi Yesus tidak meninggalkan pertanyaan dalam hal ini. Terlihat bahwa Dia mengantisipasi kebingungan orang Kristen di kemudian hari yang mungkin tidak tahu tentang perhitungan inklusif. Oleh karena itu, Dia memberikan suatu penjelasan yang jelas, meyakinkan tentang bagaimana untuk menentukan hari ketiga dimana tidak seorang pun perlu meragukannya lagi. “Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku,” Lukas 13:32, 33.
Betapa sederhananya Yesus membuat ini! Bahkan seorang anak dapat mengetahui kapan hari ketiga tiba. Hari ketiga akan selalu menjadi hari setelah “besok” dari setiap peristiwa tertentu. Hari pertama dihitung secara keseluruhan, seluruh hari kedua, dan hari ketiga secara keseluruhan.
Sekarang kita bisa memahami percakapan Yesus dengan para pemimpin Yahudi dan mengapa mereka menafsirkannya seperti itu. Dia berkata, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Yohanes 2: 19-21 Kemudian, setelah penyaliban, imam kepala berkata kepada Pilatus, “Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia.” Matius 27:63, 64.
Dengan definisi Kristus mengenai waktu di hadapan kita, gambaran ini menjadi fokus yang jelas. Bernubuat mengenai kematian dan kebangkitan-Nya sendiri, Dia berkata, “Hari ini (penyaliban) dan besok (di dalam kubur), dan hari ketiga Aku akan disempurnakan (kebangkitan).” Semuanya ada tiga hari di dalam urutannya. Meskipun dia meninggal pada akhir sore hari, sepanjang hari akan dihitung sebagai hari pertama. Hari kedua akan sepanjang Sabat ketika ia tidur di makam. Meskipun ia dibangkitkan pada dini pada hari ketiga, perhitungan inklusif akan membuat itu salah satu dari tiga hari.
Kebangkitan Pada Hari Minggu
Sekarang saatnya untuk menentukan hari-hari sebenarnya dalam minggu ketika peristiwa ini terjadi. Sekali lagi, kita kagum pada keselarasan yang sempurna dari Kitab Suci pada pembahasannya. Tidak ada yang mempertanyakan bahwa Dia bangkit pada hari Minggu, hari pertama dalam minggu itu. Markus tegas menyatakan, “Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Markus 16: 9. Minggu adalah hari pertama minggu itu, dan itu adalah ketika Dia dibangkitkan. Tidak ada kata yang lebih jelas. Bahkan susunan bahasa Yunani asli nya, tidak memungkinkan untuk ada arti lain. Dia tidak bangkit dari kubur pada hari Sabtu, sebagaimana beberapa orang berpendapat. Baik itu Dia disalibkan pada hari Rabu. tidak ada sedikitpun bukti Alkitab bahwa Dia mati pada hari keempat dalam minggu.
Menurut catatan yang diinspirasikan, Kristus dihukum mati pada “hari persiapan,” dan hari persiapan tidak Rabu. Dalam semua halaman sejarah Alkitab, hari persiapan adalah Jumat. Coba lihat Mark 15:42, 43, ” Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat., Yusuf, orang Arimatea … memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.”
Beberapa orang mungkin mempertanyakan apakah ini bisa menjadi salah satu dari hari-hari Sabat dari sistem upacara tahunan. Perhatikan kata-kata ini, ” Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib–sebab Sabat itu adalah hari yang besar–maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. “Yohanes 19:31.
Hari setelah penyaliban itu tidak hanya Sabat mingguan di hari ketujuh, tetapi itu adalah hari Sabat istimewa. Ini berarti bahwa Sabat tahunan yang terjadi hanya pada tahun tertentu, jatuh pada hari Sabat mingguan. Dalam hal ini adalah hari raya Roti Tidak Beragi. Lukas jelas mengidentifikasikan hari persiapan itu sebagai hari tepat sebelum hari Sabat mingguan. ” Hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai. Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat, tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. “Lukas 23: 54-24:1.
Tentunya tidak ada pertanyaan untuk hal waktu yang terlibat. Dia meninggal pada hari persiapan, atau sehari sebelum hari Sabat mingguan. Keesokan harinya ditetapkan sebagai “hari Sabat menurut hukum Taurat.” Karena perintah itu mengatakan, “hari ketujuh adalah hari Sabat,” kita tahu bahwa ini pastinya adalah hari yang kita sebut Sabtu. Selanjutnya, setelah menggambarkan peristiwa hari persiapan dalam ayat 55 dan hari Sabat dalam ayat 56, ayat berikutnya mengatakan, ” tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. “Lukas 24:1
Harap perhatikan bahwa setelah menyiapkan rempah-rempah pada sore hari penyaliban (Jumat), dan beristirahat selama hari Sabat (Sabtu), mereka datang ke makam dengan rempah-rempah pada hari pertama minggu (Minggu) untuk melakukan pekerjaan urapan. Ini adalah kesempatan pertama mereka setelah hari Sabat untuk melaksanakan persiapan yang dibuat pada hari Jumat sore. Adalah ketika mereka menemukan bahwa Kristus telah bangkit.
Jika penyaliban terjadi pada hari Rabu, bagaimana kita bisa menjelaskan mengapa para wanita menunggu sampai hari Minggu untuk datang ke kubur itu? Mengapa mereka tidak datang hari Kamis atau Jumat untuk mengurapi tubuh-Nya? Apakah mereka tidak mengerti bahwa setelah empat hari Tubuhnya akan membusuk dan pekerjaan kasih mereka akan sia-sia? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini merupakan argument terkuat melawan pemikiran penyaliban pada Rabu.
Alkitab, pada kenyataannya, menawarkan bukti yang tidak diragukan, bahwa tidak ada yang akan melakukan pengurapan dalam situasi seperti itu. Ketika Lazarus telah mati selama empat hari, Yesus memerintahkan untuk memindahkan batu dari makamnya. Marta, saudara Lazarus, memprotes seperti berikut, ” Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati. ” Yohanes 11:39.
Kata-kata Martha mengungkapkan fakta bahwa tidak ada wanita pada hari itu akan menilai adalah mungkin mempersiapkan tubuh untuk dimakamkan empat hari setelah kematian. Untuk Martha tampaknya ini adalah suatu tindakan irasional bahkan untuk membuka makam Lazarus. Untuk wanita lain yang menyiapkan rempah-rempah itu, sama tidak masuk akalnya untuk masuk ke kubur Kristus empat hari setelah Ia disalibkan.
Melihat bukti Alkitabiah yang sangat mengagumkan dan bertentangan dengan penyaliban pada hari Rabu, bagaimana bisa beberapa orang masih memeluk ide ini? Seluruh skema didasarkan pada interpretasi satu tulisan Alkitab yang diputar balikkan. Frasa “Tiga hari tiga malam” dibuat-buat dan dipaksakan untuk cocok dengan bentuk gaya bahasa Inggris, bukannya dengan penggunaan umum dari orang yang hidup pada waktu itu.
Mereka yang percaya bahwa Yesus mati pada hari Rabu dan bangkit pada hari Sabtu banyak mendasari bukti mereka pada Matius 28:1 “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.
Menilai bahwa “fajar” hari pertama minggu terjadi saat matahari terbenam pada Sabtu malam sebagaimana Sabat berakhir, orang-orang ini menganggap bahwa wanita mendapati makam itu kosong di saat-saat senja hari Sabat, tepat sebelum matahari terbenam. Mereka menghitung mundur persis tujuh puluh dua jam dan tiba pada Rabu malam sebelum matahari terbenam untuk penyaliban.
Apakah ini suatu kesimpulan yang valid? Atau adakah bukti bahwa para wanita tidak bisa mengunjungi makam kosong pada Sabtu malam? Bahkan secara positif Alkitab membuktikan bahwa mereka tidak melakukannya. Kami menemukan bukti itu dalam catatan Markus mengenai kunjungan ke kubur : ” Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur? ” Markus 16:1-3.
Tidak ada pertanyaan bahwa ini adalah kunjungan di hari Minggu subuh. Saat matahari terbit. Nama para wanita yang sama disebutkan dalam buku Matius. Dapatkah kita menganggap bahwa para wanita yang sama telah ke makam malam sebelumnya dan menemukan Yesus bangkit? Mustahil. Mengapa? Karena pertanyaan yang mereka tanyakan saat mereka tiba di taman pada hari Minggu pagi, “Siapakah yang akan menggulingkan batu itu dari pintu kubur untuk kami?” Jika mereka sudah ada disana pada hari Sabtu sebelum matahari terbenam dan menemukan kubur yang kosong, mereka pastinya akan tahu bahwa batu sudah terguling dari pintu. Ini adalah suatu bukti mutlak bahwa mereka belum ke sebuah makam kosong sehari sebelumnya.
Hal ini juga membuktikan bahwa “fajar” yang ditulis Matius mengacu fajar perihal matahari terbit dan bukan matahari terbenam. Tidak ada kontradiksi diantara kedua tulisan ini.
Tujuh puluh dua jam tidaklah Alkitabiah
Mereka yang bersikeras bahwa Kristus berada di kubur tepat tujuh puluh dua jam berpendapat bahwa tiga hari tiga malam harus diambil dalam arti harfiah sepenuhnya. Tapi anggapan semacam itu benar-benar bertentangan dengan kesaksian Kitab Suci. Contoh cara Alkitab menggunakan istilah ini ditemukan dalam Ester 4:16. Kita membaca kata-kata Ratu Ester untuk Mordekhai: “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, “Esther 4:16. Jangan mengabaikan fakta bahwa mereka berpuasa tiga hari tiga malam. Tapi ayat berikutnya hamper mengatakan kepada kita,” Pada hari yang ketiga Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam istana raja, “Esther 5:1. Berikut ini adalah contoh sempurna tentang bagaimana tiga hari tiga malam berakhir pada hari ketiga! Kita telah belajar bagaimana Yesus menjelaskan hari ketiga. Dia mengatakan “pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga” Lukas 13:32. Coba berpikir sejenak! Ketika Yesus berjalan dengan dua murid di jalan ke Emaus pada hari Minggu sore, setelah kebangkitan, Kleopas mengatakan, “telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi” Lukas 24:21.
Tidak ada yang menyangkal bahwa ini adalah pada hari Minggu. Coba perhatikan, jika Yesus telah disalibkan pada Rabu sore, Kleopas pasti akan mengatakan “Hari ini adalah hari kelima sejak peristiwa itu.”Coba hitung – Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan terakhir Ming-gu! Kemudian pada hari yang sama, hari pertama minggu itu, Yesus membuat pernyataan ini: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, ” Lukas 24:46. Siapa yang benar? Yesus benar dan Kleopas juga benar! Mereka yang mengaku penyaliban pada Rabu yang salah. Kristus mati pada hari Jumat, persiapan untuk hari Sabat – itu adalah hari pertama. Ia beristirahat di makam pada hari Sabat menurut hukum – itu adalah hari kedua. Dia bangkit pada hari pertama dari minggu yang adalah hari Minggu – itu adalah hari ketiga! Betapa sederhananya!
Para pendukung dari penyaliban Rabu menggunakan argumen licik untuk menjelaskan kata-kata Kleopas di jalan ke Emaus. Mereka berpendapat bahwa ia tidak menghitung tiga hari dari saat kematian Kristus, melainkan sejak penyegelan makam oleh penguasa Romawi di hari setelah Ia disalibkan. Untuk dugaan teoritis ini tidak ada suatu bukti dalam Alkitab. Kleopas tidak berbicara tentang pengadilan Yesus dan peristiwa-peristiwa tertentu yang mengarah ke penyaliban-Nya. Dengan mengambil sedikit penafsiran eksegetis, siapapun kemungkinan bisa kembali mencapai ke peristiwa-peristiwa untuk memperhitungkan hari ketiga. Tetapi tanpa imajinasi dan pemikiran pribadi, setiap point di luar kematian Kristus dapat digunakan dalam menghitung tiga hari. Dalam setiap teks terkait, hari ketiga dihitung dari saat kematian-Nya di kayu salib.
Matius mengatakan Dia akan “dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Matius 16:21. Markus menuliskan bahwa Dia harus “dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari” Markus 8:31. Catatan Lukas melaporkan bahwa Dia harus “dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Lukas 9:22.
Berulang kali, Kitab Suci menekankan kematian Yesus sebagai titik awal dari tiga hari. Untuk mulai menghitung satu hari penuh setelah penyaliban tidak hanya tidak Alkitabiah tapi terlalu imajiner (opini). Penyegelan makam tidak pernah sekalipun disebutkan sehubungan dengan periode waktu kematian-Nya.
Ungkapan “tiga hari tiga malam” tidak menunjukkan perhitungan yang tepat dari jam, menit, detik. Kita membaca bahwa selama “empat puluh hari dan empat puluh malam” Kristus di padang gurun pencobaan. Namun, para penulis dua kitab Injil menyatakan itu hanya sebagai periode “empat puluh hari,” menunjukkan bahwa ilham itu tidak menunjukkan dengan tepat jam atau menit.
Empat harinya Kornelius
Sekarang mari kita perhatikan contoh akhir yang jelas dari perhitungan inklusif, yang mana seharusnya menempatkan hal ini untuk melekat bagi setiap pembaca dengan pemikiran terbuka. Hal ini diambil dari Perjanjian Baru dan mengungkapkan secara baik, bagaimana penomoran hari pada zaman Yesus. Dalam Kisah Para Rasul 10: 3 Kornelius “Dalam suatu penglihatan, kira-kira jam tiga petang, jelas tampak kepadanya seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya”
Sekarang ikuti ceritanya dengan seksama. Dalam penglihatan, ia diperintahkan untuk mengirim orang ke Yope dan memanggil Petrus. ”Setelah malaikat yang berbicara kepadanya itu meninggalkan dia, dipanggilnya dua orang hambanya beserta seorang prajurit yang saleh dari orang-orang yang selalu bersama-sama dengan dia. Dan sesudah ia menjelaskan segala sesuatu kepada mereka, ia menyuruh mereka ke Yope. Keesokan harinya ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. “Ayat 7-9. Sementara berdoa, ia mendapat penglihatan, dan orang-orang mengetuk pintu ketika penglihatannya berakhir. Ayat 17. Perlu diperhatikan bahwa ini adalah satu hari setelah Cornelius menerima malaikat yang mengunjunginya.
Petrus mengundang orang-orang untuk masuk. Dia “Ia mempersilakan mereka untuk bermalam disitu. Keesokan harinya ia bangun dan berangkat bersama-sama dengan mereka, dan beberapa saudara dari Yope menyertai dia” Ayat 23. Perhatikan bahwa ini adalah saat hari kedua sejak orang-orang itu dikirim oleh Cornelius. “Dan pada hari berikutnya sampailah mereka di Kaisarea. Kornelius sedang menantikan mereka “Ayat 24.
Ini adalah hari ketiga sejak Cornelius mendapat penglihatan malaikatnya. Tapi jangan lewatkan titik beberapa menit kemudian ini, sewaktu berbicara dengan Petrus, Cornelius mengatakan, “Empat hari yang lalu kira-kira pada waktu yang sama seperti sekarang, yaitu jam tiga petang, aku sedang berdoa di rumah. Tiba-tiba ada seorang berdiri di depanku, pakaiannya berkilau-kilauan “Ayat 30.
Sekarang kita memahaminya – sudah tepat tiga hari, dalam hitungan jam. Namun Cornelius mengatakan, “Empat hari yang lalu.” Bagaimana dia bisa mengatakan itu empat hari padahal itu baru tiga hari? Karena dia menggunakan perhitungan inklusif, yang berarti bahwa sebagian dari empat hari terlibat. Dengan cara yang sama Alkitab menjelaskan waktu kematian Kristus sebagai tiga hari tiga malam meskipun itu hanya bagian dari ketiga hari itu.
Minggu Paskah membuktikan kebangkitan
Sekarang kita dibawa ke tulisan lain yang merupakan bukti akhir yang mendukung bahwa kebangkitan Yesus terjadi pada hari Minggu. Itu adalah bukti tertentu yang Paulus gunakan dalam percakapan persuasifnya kepada orang Korintus mengenai kebangkitan. Ia mengatakan, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; ” 1 Korintus 15: 3,4.
Hal ini paling signifikan, bahwa Paulus menegaskan kematian Yesus, dan juga kebangkitan-Nya pada hari ketiga, atas dasar Kitab Suci. Terbukti, Paulus memahami bahwa Perjanjian Lama berisi nubuatan-nubuatan yang menetapkan urutan waktu penyaliban dan kebangkitan. Menurut Paulus, Yesus harus bangkit pada hari ketiga untuk memenuhi firman Allah, Selain itu, Yesus juga menyatakan, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, “Lukas 24:46.
Apakah ada di Alkitab -“Ada tertulis”- dalam Perjanjian Lama yang dapat menetapkan hari yang sebenarnya bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati? Ada! Dan itu bisa didapati dengan ibadah tahunan khusus perayaan Paskah!
Dalam Imamat 23: 5, 6 kita membaca tentang dua hari pertama dari minggu Paskah yang penuh khidmat. “Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN. Dan pada hari yang kelima belas bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi.”
Saat ini kita tidak akan menggunakan waktu untuk menetapkan hari dalam seminggu untuk perayaan khusus ini. Hal ini bukan yang mendasar untuk membangun bukti kita cari. Biarkan pikiran Anda memahami kebenaran ini – hari yang keempat belas bulan itu adalah hari korban Paskah, dan hari kelima belas adalah hari raya roti tidak beragi.
Pertanyaan berikutnya adalah: Apa yang terjadi pada hari keenam belas bulan? Sekarang kita akan membuktikan dari Kitab Suci bahwa berkas hasil pertama dibawa pada hari keenam belas. Perayaan ini adalah yang pertama kali dirayakan ketika orang Israel tiba di tanah perjanjian. Allah memerintahkan dalam kata-kata ini: “Apabila kamu sampai ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, dan kamu menuai hasilnya, maka kamu harus membawa seberkas hasil pertama dari penuaianmu kepada imam, dan imam itu haruslah mengunjukkan berkas itu di hadapan TUHAN, supaya TUHAN berkenan akan kamu. Imam harus mengunjukkannya pada hari sesudah sabat itu.”Imamat 23:10, 11.
Sabat apa yang ayat ini bicarakan? Sabat mingguan atau Paskah Sabat tahunan? Jawabannya muncul saat kita membaca pengalaman nyata dari perjalanan masuk mereka ke tanah perjanjian, dituliskan oleh Joshua. Allah mengatakan kepada mereka bahwa setelah memasuki tanah perjanjian, mereka harus menyerahkan buah sulung kepada-Nya sebelum makan dari panen pertama mereka sendiri. Joshua menggambarkan bagaimana Israel menyeberangi sungai Yordan sementara sungai itu meluap pada saat musim panen. “sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai” Yosua 3:15. Hal ini sangat penting untuk dipahami karena gandum itu siap untuk dituai, dan mereka akan lebih cepat bisa menikmati hasil tanah dan membawa tumpukan hasil pertama kepada Tuhan.
Setelah melintasi sungai Jordan yang deras dengan sepatu yang tetap kering, setelah Allah mengembalikan gulungan air itu, orang Israel berkemah di Gilgal. “Ketika para imam, pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu, keluar dari tengah-tengah sungai Yordan, dan baru saja kaki para imam itu dijejakkan di tanah yang kering, maka berbaliklah air sungai Yordan itu ke tempatnya dan mengalir seperti dahulu dengan meluap sepanjang tepinya. Bangsa itu telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal sepuluh bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho. “Joshua 4: 18,19.
Sekarang kita tiba di kejadian berikutnya yang berlangsung empat hari kemudian. “Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang keempat belas bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. ” Joshua 5:10.
Dalam ketaatan yang sangat kepada perintah Tuhan, para pengembara yang bersyukur dan lelah ini berhenti untuk mempersembahkan domba Paskah pada tanggal empat belas bulan pertama. Ayat berikutnya mengatakan kepada kita apa yang terjadi pada hari berikutnya, “Lalu pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. ” Joshua 5:11.
Harap perhatikan bahwa mereka merayakan hari raya roti tidak beragi pada hari kelima belas dari bulan itu, menyusul pemotongan domba Paskah pada hari keempat belas. Mereka juga makan manna yang terakhir, karena tanaman gandum yang baru gandum siap untuk dipanen. Kami terus membaca untuk menemukan apa yang terjadi pada hari berikutnya, yang merupakan hari keenam belas bulan. “Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan. ” Joshua 5:12.
Setumpuk hasil pertama adalah untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebelum mereka makan dari hasil tanah. Sejak mereka mulai memakan buah dari tanah pada hari keenam belas, setelah hari raya roti tidak beragi, dapat dipastikan bahwa mereka mempersembahkan hasil pertama juga pada hari itu. Harap diingat bahwa Tuhan telah memerintahkan mereka untuk mempersembahkan buah pertama dari panen “pada hari sesudah hari Sabat.” Imamat 23:11. Itu memang pada hari setelah hari Sabat tahunan roti tidak beragi dimana segerombol tumpukan hasil pertama dipersembahkan, dan panen yang baru, mulai dimakan oleh orang-orang pada hari yang sama.
Sekarang urutan peristiwa Paskah nyata dengan sangat jelas, dan kami akan menyusunnya dalam urutan, tepat sesuai yang diungkapkan dalam Kitab Suci.
1. Hari Keempat belas – Pemotongan domba Paskah
2. Hari Kelimabelas – Hari raya Roti Tidak Beragi
3. Hari Keenambelas – Hasil panen pertama dibawakan
Dengan kepastian sejarah pada hal ini, inilah kesaksian Josephus, orang sejaman Yesus dan seorang sejarawan: “Nisan…adalah awal dari tahun kami, pada hari yang keempat belas bulan Lunar…yang juga disebut Paskah…perayaan roti tidak beragi menggantikan Paskah, pada hari kelima belas bulan itu, berlangsung selama tujuh hari …. Tapi pada hari kedua roti tidak beragi, yang merupakan hari keenam belas bulan itu, mereka terlebih dahulu mengambil buah dari hasil bumi….mereka juga dalam penantian hasil pertama dari bumi, mengorbankan seekor anak domba, sebagai korban bakaran kepada Allah. “Buku III, Bab X, par. 5 , pp. 79, 80.
Kristus korban paskah kita
Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana fakta-fakta ini berhubungan dengan waktu kematian dan kebangkitan Kristus. Di sinilah keindahan Alkitab mengungkapkan dirinya sendiri. Yesus sajalah makna dari semua perlambangan dan upacara ini. Dia adalah Domba Paskah yang sesungguhnya. Itulah sebabnya Yohanes berseru, “Lihatlah Anak Domba Allah ”” Yohanes 1:36. Paulus menunjukkan bagaimana Yesus menggenapi Paskah: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran. “1 Korintus 5: 7, 8.
Inilah tepatnya mengapa Yesus mati di hari keempat belas bulan Nisan. Dia melakukannya untuk menggenapi Kitab Suci. Paulus menyatakan bahwa “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, ” 1 Korintus 15:3 Dia harus mati pada hari yang sama saat domba Paskah mati supaya menggenapi lambing nubutan dan menunjukkan identitas-Nya sebagai Domba Paskah yang sesungguhnya.
Namun sebagaimana Yesus mati pada hari yang diungkapkan Kitab Suci, Ia juga “telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;” 1 Korintus 15:4 Ia bukan hanya korban Paskah kita, tapi Dia juga hasil pertama (Buah Sulung)! Paulus menghubungkannya secara khusus dengan kebangkitan: “bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” 1 Korintus 15:20. Sekali lagi dalam ayat 23, “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.”
Tidak heran, bahwa kemudian, Paulus menulis dengan begitu percaya diri tentang kebangkitan pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci. Kristus bangkit dari antara orang mati sebagai yang sulung dari orang-orang yang tidur. Dia adalah kiasan dari segerombolan berkas, dan kebangkitan-Nya berlangsung pada hari yang sama dimana segerombolan berkas itu akan dipersembahkan di hadapan Tuhan.
Sekarang kita dapat mengerti mengapa Yesus dan para pengikut-Nya menggunakan istilah “hari ketiga” melebihi yang lain untuk menggambarkan nubuatan kebangkitan. Nubuatan telah menetapkan ratusan tahun sebelumnya bahwa Dia akan menggenapi semua perlambangan dan bayangan seputar peraturan Paskah. Sebagai Buah Sulung, penting sekali bagi Kristus untuk “dipanen” dan “disajikan” di hadapan Tuhan “pada keesokan harinya setelah hari Sabat.” Pada tahun penyaliban, Sabat Paskah bertepatan dengan hari Sabat mingguan, menjadikannya “hari penting.” Yohanes 19:31. Hari itu adalah hari setelah Sabat itu dimana Yesus bangkit dari kubur – pada hari Minggu.
Ketika Maria melihat Dia di taman setelah kebangkitan-Nya, Yesus berkata, “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Yohanes 20:17. Mengapa Yesus meminta Maria untuk tidak menahan-Nya atau menghalangi-Nya (sebagaimana teks Yunani menyiratkannya)? Karena Ia harus naik pada hari yang sama untuk menyajikan diriNya sendiri hadapan Bapa sebagai buah sulung dari antara orang mati.
Bukti Alkitab dari tiga hari berurutan selama minggu Paskah ini, benar-benar menghancurkan teori yang menyatakan penyaliban pada Rabu. Dia harus mati pada hari Jumat untuk menggenapi Kitab Suci mengenai kematian-Nya sebagai Domba Paskah. Dia harus dibangkitkan pada hari ketiga setelah kematian-Nya untuk menggenapi perlambangan Kitab Suci mengenai hasil pertama (Buah Sulung). Hanya tiga hari dapat terlibat dalam urutan waktu, atau Firman Allah akan rusak.
Dalam terang dari bukti Alkitab yang tak terbantahkan dan luar biasa ini, secara positif kita dapat menegaskan bahwa Yesus tidak, dan tidak mungkin, dibangkitkan pada hari Sabat. Ataupun Dia telah disalibkan pada hari Rabu.
Masalah yang ada disini adalah jauh lebih dalam daripada yang kebanyakan orang pahami. Kalau saja Kristus tidak menggenapi setiap kiasan dan perlambangan dalam Perjanjian Lama mengenai kematian dan kebangkitan-Nya untuk penebusan, Dia akan menjadi penipu dan penipuan.
Amatlah penting bahwa setiap nubuatan mengenai Mesias harus digenapi dalam kehidupan dan kematian-Nya. Dalam arti khusus, pratanda kemenangan-Nya atas kubur adalah batu penjuru dari harapan untuk orang yang percaya, kepada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sama seperti berkas hasil pertama gandum memegang janji dan jaminan panen melimpah, terlebih lagi kebangkitan yang mulia dari Tuhan kita yang terpuji, adalah jaminan panen besar dalam kebangkitan yang akan segera berlangsung. “sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup. ” Yohanes 14:19.
Perlambangan yang bertentangan dengan kami
Yang menyedihkan adalah bahwa beberapa orang Kristen masih melihat pada perlambangan kematian dan upacara seakan penggenapan yang sesungguhnya belum pernah datang. Karena Yesus adalah Korban dosa yang sesungguhnya, korban binatang harian berhenti tepat pada saat Dia mati di kayu salib. Tabir di Bait Suci terbelah dari atas ke bawah, menandakan bahwa ada tidak ada lagi darah yang dipercikan di tempat kudus. Matius 27:51. Domba sembelihan di altar itu hanya menjadi tanda yang menunjuk kepada kematian Mesias. Ketika tanda mengarah kepada korban yang dituju, adalah tidak mungkin ada tanda yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, pengorbanan hanya menjadi ritual kosong yang tanpa arti, setelah kematian penebusan Yesus.
Dalam cara yang sama, pelayanan Paskah tahunan, dengan kiasan dan perlambangannya, menunjuk kepada pengorbanan Anak Domba Paskah yang sesungguhnya, di kayu salib. Perlambangan domba tahunan, roti tak beragi, dan sejumlah berkas tahunan adalah perlambangan yang menunjuk kepada tubuh, Kristus. Setelah kematian dan kebangkitan-Nya, perayaan yang dulu akan sama tak berartinya seperti korban harian penghapus dosa. Dalam artinya, untuk melanjutkan perayaan perlambangan setelah penggenapannya datang akan menjadi penyangkalan bahwa Kristus adalah penggenapan yang sesungguhnya. Inilah sebabnya mengapa Paulus berbicara mengenai perlambangan yang sudah digenapi, sebagaimana yang sering diperdebatkan orang Kristen. “dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: … Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. “Kolose 2:14, 16, 17.
Coba perhatikan bukti yang jelas bahwa daging dan minuman persembahan, serta hari-hari suci tertentu dan beberapa sabat yang adalah sebagai perlambangan, berakhir ketika Yesus mati. Sekarang mari kita bertanya: sabat yang mana yang dipakukan ke kayu salib dan dibatalkan oleh kematian Yesus? Paulus menjelaskan bahwa itu adalah “hari-hari sabat yang merupakan perlambangan dari apa yang akan datang.” Hal ini tentu saja bukan Sabat minggunan hari ketujuh. Sabat ini ada sebelum dosa masuk ke dalam dunia. Itu tidak bisa menjadi perlambangan. Perlambangan dilakukan sebagai akibat dari dosa dan menunjuk kepada pembebasan dari dosa. Tapi ada hari-hari Sabat tahunan lainnya yang merupakan perlambangan, dan mereka secara khusus dijelaskan dalam Imamat 23:24, 25. Itu jatuh pada hari-hari tertentu pada bulan dan datang hanya sekali setahun. “Katakanlah kepada orang Israel, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari perhentian penuh…yakni hari pertemuan kudus. … Kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada Tuhan.” Ini adalah perayaan meniup seruani tahunan. Ini disebut hari sabat, tetapi itu adalah sabat tahunan, sabat yang sebagai perlambangan.
Tiga hari Sabat tahunan lainnya dijelaskan di dalam pasal yang sama, salah satunya adalah hari Sabat Paskah dan yang lainnya adalah hari raya roti tidak beragi. Ayat 37 dan 38 meringkas semua dari ini dalam kata-kata: “Itulah hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN, yang harus kamu maklumkan sebagai hari pertemuan kudus untuk mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN, yaitu korban bakaran dan korban sajian, korban sembelihan dan korban-korban curahan, setiap hari sebanyak yang ditetapkan untuk hari itu, belum termasuk hari-hari Sabat TUHAN.
Tulisan-tulisan ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa sabat tahunan yang sebagai perlambangan berbeda dengan hari Sabat mingguan milik Tuhan yang dirayakan setiap hari ketujuh. Tapi jangan lewatkan point ini: Paulus tidak menunjukkan bahwa Sabat mingguan dihapuskan di kayu salib. Dia menunjuk hanya kepada sabat yang menjadi perlambangan dari penggenapan yang akan datang. Daging dan minuman, jelas memiliki hubungan dengan berbagai macam persembahan yang diperlukan pada perayaan hari sabat itu. Inilah yang dipakukan di kayu salib! Paskah dan hari raya roti tidak beragi termasuk dalam sabat-sabat yang dihapuskan itu.
Tidak ada orang Kristen saat ini yang masih perlu untuk merayakan hari-hari raya tahunan dan perayaan perlambangan ini. Paulus menyiratkan bahwa untuk melakukannya adalah tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Kekristenan. Itu semua sekarang adalah bentuk yang mati, tidak ada maknanya sama sekali. Sama seperti hewan korban untuk dosa tidak berarti lagi sejak Kristus telah datang, sehingga semua perlambangan dan bayangan lainnya adalah tak berarti sejak Domba yang sesungguhnya telah mati. Inilah sebabnya mengapa Paulus menulis, “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran. ” 1 Korintus 5: 7, 8.
Semoga kita meneguhkan iman kita pada Korban Penghapus Dosa yang sesungguhnya, Paskah yang sebenarnya, dan Buah Sulung yang sesungguhnya, menolak untuk ditarik kembali kepada bentuk dan upacara perlambangan yang sudah tidak memiliki arti.