Teladan Hidup yang Disucikan
Hari-hari SabatKu Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah Tuhan, yang menguduskan mereka. Yehezkiel 20:12
Hari Sabat yang disebutkan Yohanes sebagai hari Tuhan, adalah hari di mana Yehovah telah berhenti setelah menyelesaikan pekerjaan penciptaan yang besar, itulah hari yang diberkati dan disucikannya, sebab Iis berhenti pada hari itu. Yohanes di pulau Patmos memelihara hari Sabat itu sama sucinya dengan ketika ia masih mengajar orang banyak pada jaman itu. Batu-batu gersang di sekelilingnya, mengingatkan Yohanes pada gunung Horeb yang berbatu dan bagaimana Allah menyatakan hukum-Nya kepada orang banyak di sana, dengan berkata, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.”
Putera Allah berfirman kepada Musa di atas puncak Gunung. Allah menjadikan batu-batu yang ada di situ kemah Semayang-Nya. Bait suci-Nya ialah Gunung-Gunung yang kekal. Sang Pembuat Undang-undang yang Ilahi itu telah turun ke atas gunung yang berbatu untuk menyerukan hukum-Nya agar didengar oleh orang banyak, sehingga mereka boleh mendapat kesan melalui kebesaran dan kehebatan penampilan kuasa dan kemuliaan-Nya, serta merasa gentar untuk melanggar perintah-perintahNya…. Hukum Yehovah tidak dapat berubah dan loh batu di mana Ia menuliskan hukum-Nya adalah batu yang keras yang menandakan kekebalan perintahnya. Gunung Horeb yang berbatu menjadi suatu tempat keramat bagi segala orang yang mengasihi dan menghormati hukum Allah.
Sementara Yohanes merenung-renungkan pemandangan di Horeb, Roh-Nya yang menyucikan hati yang ketujuh itu turun ke atasnya. Ia merenungkan dosa Adam yang melanggar hukum ilahi, dan akibat yang mengerikan dari pelanggaran itu. Kasih Allah yang tak terhingga itu, kebesarannya tak dapat dilukiskan dengan bahasa yaitu dalam mengaruniakan Putera-Nya untuk menebus bangsa manusia yang hilang. Ia meminta supaya gereja dan dunia memperhatikan barang yang disuratkannya.
Semua orang yang menghormati hari Sabat itu sebagai suatu tanda di antara mereka dengan Allah . . . akan menyatakan prinsip pemerintahan-Nya. Setiap hari mereka akan menunaikan hukum-hukum kerajaan-Nya. Mereka akan berdoa setiap hari agar kesucian hari Sabat menjadi bagian mereka.
Hidupku Kini, hal. 261
roma 14 ayat 5 – 6
Saudara Steffan yang terkasih dalam Kristus, terima kasih sudah berkomentar.
Dalam belajar Alkitab kita gunakan metode exegese, yaitu dengan mengizinkan Alkitab menjelaskan dirinya sendiri, sehingga kita perlu melihat konteks pembicaraan sebelum menyimpulkan pelajaran apakah yang mau disampaikan, bukan dengan mengartikan sesuai prediksi pembaca.
2 Petrus 3:15 (TB) … seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.
2 Petrus 3:16 (TB) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.
Konteks Roma 14 adalah terjadinya perselisihan dalam jemaat antara orang kafir Roma yang bertobat dengan orang Yahudi. Orang Yahudi tidak ada permasalahan untuk menyantap daging yang telah dipersembahkan kepada para dewa kafir, sedangkan bagi para petobat kekafiran ini masalah. Paulus mengulang kembali di 1 Korintus 8:9-12
Ada juga yang menganggap ada hari-hari penting, kita harus tahu budaya Roma dengan horoskop, ada hari-hari keberuntungan dll, seperti di Indonesia ada hari Jumat Kliwon dianggap spesial. Paulus katakan semua hari sama saja.
Paulus menegur jemaat, khususnya dari orang Yahudi untuk menghargai perasaan jemaat dari mantan orang kafir Roma ini. Supaya tidak saling menghakimi.
jadi dalam pasal ini bukan membahas tentang makanan, halal haram ataupun sabat, bukan juga Paulus membatalkan sabat, karena Paulus juga menekankan pentingnya ibadah pada hari sabat dalam tulisannya di kitab Ibrani pasal 4,
Ibrani 4:4-6, 9-11 (TB) Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: “Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya.”
Dan dalam nas itu kita baca: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.”
Jadi sudah jelas, bahwa ada sejumlah orang akan masuk ke tempat perhentian itu, sedangkan mereka yang kepadanya lebih dahulu diberitakan kabar kesukaan itu, tidak masuk karena ketidaktaatan mereka.
Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah.
Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya.
Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.
Jadi tidak mungkin Paulus, seorang yang sama menulis pengajaran yang saling bertolak belakang.
Terima kasih.