AKU AKAN MENJAGA PINTU HATIKU

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Menjaga Jalan-jalan Menuju Jiwa

Jagalah hatimu dengan sagala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Amsal 4:23

“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,” adalah nasihat orang yang bijaksana; “karena dari situlah terpancar kehidupan.” Sebagaimana manusia “berpikir dalam hatinya, demikianlah dia.” Hati itu harus dibarui oleh kasih karunia llahi, kalau tidak akan sia-sialah berusaha mencari kesucian hidup. Ia yang berusaha membangun tabiat yang agung dan luhur tapi terlepas dari kasih karunia Kristus berarti sedang membangun rumahnya di atas pasir. Jika angin topan pencobaan datang, rumah itu akan rubuh. Doa Daud haruslah menjadi permohonan tiap-tiap jiwa: “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh.” Dan setelah menjadi orang yang turut menerima karunia sorga, kita harus menuju kesempurnaan, yang “dipelihara dalam kekuatan Allah, karena imanmu.”

Namun demikian kita mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan untuk menolak pencobaan. Mereka yang tidak mau jatuh pada jerat setan haruslah siap siaga menjaga pintu-pintu masuk jiwa; mereka harus menghindarkan bacaan, pandangan, atau pendengaran yang mengingatkan pikiran yang keji. Janganlah membiarkan pikiran itu mengembara tidak menentu terhadap hal-hal yang dapat merugikan jiwa. . . . Hal ini menuntut doa yang tekun dan berjaga-jaga dengan tidak henti-hentinya. Kita harus dibantu oleh pengaruh kehadiran Roh Kudus yang akan mengangkat pikiran ke atas dan menjadikannya kebiasaan memikirkan hal-hal yang suci dan kudus. Dan kita harus rajin belajar Firman Allah. “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firmanMu.” Kata pemazmur, “Dengan hatiku aku menyimpan janjiMu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.

Engkau hendak menjadi pengawal yang setia terhadap mata, telinga dan pikiran yang sia-sia dan buruk menodai jiwamu. Hanya kasih karunia sajalah yang dapat melaksanakan pekerjaan yang paling disenangi ini.

Hidupku Kini, hal. 87


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *